Kitab Zikir dan Doa

 KITAB DZIKIR DAN DO'A.
Segala pujian bagi Allah yang melengkapi kasih-sayangNya, yang meratai rahmatNya, yang memberi balasan kepada hambaNya dari ingatan (dzikir) mereka dengan ingatanNya. Maka berfirman Allah Ta'ala: فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ (Fadzkuruuni adz-kurkum).
Artinya: "Maka ingatlah kepada Aku, supaya Aku ingat pula kepadamu". — S. Al-Baqarah ayat 152. Dan digalakkanNya mereka meminta dan berdo'a dengan amarNya, yaitu firmanNya: ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ (Ud'uunii astajib lakum).
Artinya: "Mendo'alah kepadaKu, nanti Kuperkenankan (permintaan) kamu itu". - S. Al-Mu'min, ayat 60. Maka diberiNya harapan kepada orang yang tha'at dan orang yang ma'siat, orang dekat dan yang jauh, menghamparkan diri kehadhirat keagunganNya, dengan mengangkatkan segala hajat dan cita-cita, dengan firmanNya:
فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
(Fa-innii qariibun ujiibu da'watad-daa'i idzaa da'aani).
Artinya! "Maka sesungguhnya Aku dekat. Aku memperkenankan permintaan orang yang meminta, apabila ia meminta (berdo'a) kepadaKu." - S. Al-Baqarah, ayat 186.
Selawat kepada Muhammad penghulu nabi-nabiNya dan kepada keluarga dan sahabatnya-teman-temannya yang baik dan jujur. Dan sejahteralah kiranya dengan kesejahteraan yang banyak!
Kemudian dari itu, sesudah tilawah Kitabu'llah 'Azza wa Jalla, maka tiadalah ibadah yang dikerjakan dengan lisan yang lebih utama, daripada mengingati (berdzikir) kepada Allah Ta'ala dan mengangkatkan hajat dengan berbagai macam do'a yang ikhlas kepada Allah Ta'ala.Dari itu, maka tak boleh tidak dari uraian keutamaan dzikir secara umum.
Kemudian secara terperinci tentang bentuk dzikir dan uraian keutamaan do'a, syarat-syarat dan adabnya. Dan menaqalkan do'a-do'a yang diterima dari Nabi dan para shahabat, yang mengumpulkan segala maksud agama dan dunia. Dan do'a-do'a tertentu untuk meminta ampunan, perlindungan dan lain-lain.Dan terurailah maksud yang demikian dengan menyebutkan lima bab:
Bab Pertama: tentang keuntamaan dzikir dan faedahnya, secara kesimpulan dan perincian.
Bab Kedua: tentang keutamaan do'a dan adabnya, keutamaan istighfar (meminta ampun pada Allah Ta'ala) dan berselawat kepada Rasulu'llah  صلى الله عليه وسلم
Bab Ketiga: tentang do'a-do'a pilihan yang diterima dari para shahabat (do'a ma'tsur) dan yang disandarkan kepada yang mempunyainya dan sebab-sebab dari do'a itu.
Bab Keempat: tentang do'a-do'a pilihan yang dibuang sandarannya (al-isnad), dari do'a-do'a yang diterima dari para shahabat. Bab Kelima: tentang do'a-do'a yang diterima dari para shahabat, ketika terjadi peristiwa-peristiwa tertentu.
BAB PERTAMA: tentang keutamaan dzikir dan faedahnya secara kesimpulan dan penguraian dari ayat-ayat, hadits-hadits dan atsar-atsar.
Ditunjukkan kepada keutamaan dzikir secara kesimpulan, dari ayat-ayat, oleh firman Allah s.w.t.: "Maka ingatlah kepada Aku, supaya Aku ingat pula kepadamu!" - S. Al-Baqarah, ayat 152.
Berkata Tsabit Al-Bannani r.a.: "Sesunggunya aku tahu, manakala aku diingati oleh Tuhanku 'Azza wa Jalla, maka susahlah mereka itu dari kerenanya".Lalu mereka bertanya: "Bagaimanakah kamu tahu yang demikian?" Menjawab Tsabit AI-Bannani: "Apabila aku ingat kepadaNya, niscaya Ia ingat kepadaku". Berfirman Allah Ta'ala:
 اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
(Udzkuruliaaha dzikran katsii-raa).
Artinya: "Ingatilah Allah sebanyak-banyaknya". - S. Al-Ahzab, ayat 41. Berfirman Allah Ta'ala: "Maka apabila kamu berangkat dari 'Arafah, ingatlah Allah dekat Peringatan-Suci (Al-Masy-'ari'l-Haram) dan ingatlah Dia, sebagaimana kamu telah ditunjukiNya", S. Al-Baqarah, ayat 198.
Dan firman Allah 'Azza wa Jalla: "Setelah kamu selesai mengerjakan hajji, ingatlah Allah sebagai kamu mengingati bapamu sendiri atau lebih dari itu". - S. Al-Baqarah, ayat 200.
Dan firman Allah Ta'ala:"Orang-orang yang mengingati Allah, ketika berdiri dan duduk dan ketika berbaring".- S.Ali 'Imran, ayat 191.
Dan firman Allah Ta'ala: "Apabila kamu telah selesai mengerjakan shalat, maka ingatlah Allah diwaktu berdiri , diwaktu duduk dan ketika berbaring. - S. An-Nisa', ayat 103. Berkata Ibnu 'Abbas r.a.: "Artinya: Ingatilah Allah pada malam dan siang, didarat dan dilaut, dalam perjalanan dan ditempat tinggal, waktu kaya dan miskin, waktu sakit dan sehat, secara berbisik dan dengan terang - terangan".
Berfirman Allah Ta'ala tentang celaan terhadap orang-orang munafiq: "Mereka (orang-orang munafiq) tiada mengingati Allah, kecuali sedikit sekali". — S. An-Nisa, ayat 142.
Dan firman Allah 'Azza wa lalla: "Dan ingatilah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan takut dan bukan dengan suara keras, diwaktu pagi dan petang. Dan janganlah engkau termasuk sebahagian dari orang-orang lalai". S.Al—A'raf ayat 205.
Firman Allah Ta'ala: "Dan sesungguhnya mengingati Allah itu amat besar manfa'atnya".- S. AI-Ankabut, ayat 45.

Berkata Ibnu 'Abbas r.a.: "Mengingati Allah Ta'ala itu mempunyai dua segi: -
1.Bahwa Allah Ta'ala mengingati kamu adalah lebih besar daripada kamu . mengingati Dia.
2.Bahwa mengingati Allah itu adalah lebih besar dari segala ibadah yang lain.
Demikianlah tersebut pada ayat-ayat tadi dan pada ayat-ayat yang lain yang tidak diterangkan disini.
Adapun hadits, maka bersabda Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم "Orang yang berdzikir kepada Allah (mengingati Allah) diantara orang-orang yang lalai, adalah seperti pohon kayu hijau, ditengah-tengah pohon kayu yang kering". (1).
Dan sabda Nabi صلى الله عليه وسلم"Orang yang berdzikir kepada Allah diantara orang-orang yang lalai, adalah seperti orang yang berperang, diantara orang-orang yang lari dari medan perang".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم "Berfirman Allah 'Azza wa Jalla: "Sesungguhnya Aku bersama hambaKu, selama ia mengingati Aku dan bergerak dua bibirnya menyebutkan Aku".
Bersabda Nabiصلى الله عليه وسلم "Tidak berbuatlah anak Adam (manusia) dari sesuatu perbuatan, yang lebih melepaskan dia dari azab Allah, dari berdzikir kepada Allah 'Azza wa Jalla" (2). Lalu para shahabat bertanya: "Wahai Rasulu'llah! Tidakkah jihad fi sabili'llah yang lebih melepaskan?"Menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم "Tidaklah jihad fi sabili'llah, kecuali engkau pukul dengan pedangmu, sehingga putus, kemudian engkau pukul dengan pedangmu sehingga putus".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم "Barangsiapa ingin bermain-main dalam kebun sorga, maka hendaklah membanyakkan dzikir kepada Allah 'Azza wa Jalla".
Ditanyakan Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم "Amalan manakah yang paling utama?"
Maka menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم"Bahwa engkau meninggal dunia dan lidahmu basah dengan menyebut Allah Azza wa Jalla".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم"Berpagi dan bersorelah dan lidahmu itu basah dengan menyebutkan Allah (berdzikir kepada Allah), dimana engkau berpagi dan bersore itu dan tak ada padamu kesalahan".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم"Sesungguhnya berdzikir kepada Allah "Azza wa Jalla pada pagi dan sore, adalah lebih utama daripada menghancurkan pedang pada sabili'Ilah dan daripada memberikan harta yang banyak terus-menerus".
1.Dirawikan Abu Naim Dari Ibnu Umar dengan Isnad Daif 2.Dirawikan Ibnu Abi Syaibah Dari Muadz Dengan Isnad Hassan.

Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم "Berfirman Allah yang Mahasuci dan Mahatinggi: "Apabila diingati Aku oleh hambaKu pada dirinya, niscaya Aku mengingati dia pada diriKu. Apabila ia menyebutkan Aku dalam kumpulan orang banyak niscaya Aku menyebutkan dia dalam kumpulan yang lebih baik dari kumpulannya. Apabila ia mendekati Aku sejengkal, niscaya Aku mendekatinya sehasta. Dan apabila ia mendekati Aku sehasta, niscaya Aku mendekatinya sedepa. Dan apabila ia berjalan kepadaKu, maka Aku berlari kepadanya". Yang dimaksudkan dengan "berlari" itu, ialah "bersegera memperkenankan".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم"Tujuh orang dinaungi oleh Allah 'Azza wa Jalla pada naunganNya, dihari yang tak ada naungan, selain ari naungan Allah. Dalam jumlah yang tujuh itu, ialah orang yang berdzikir kepada Allah pada tempat yang sepi. Lalu berlinanglah air matanya dari ketakutan kepada Allah" (1).
Berkata Abu'd-Darda':"Bersabda Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم "Adakah tidak aku beritahukan kepadamu akan amalanmu yang baik dan lebih suci pada Tuhanmu, yang terlebih tinggi pada derajatmu dan yang terlebih baik bagi kamu, daripada memberikan perak dan emas dan yang terlebih baik bagi kamu daripada menjumpai musuhmu, lalu kamu pukul lehernya dan dipukulnya leher kamu?"Para shahabat itu menjawab: "Yang manakah itu, wahai Rasulu'llah?" Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab: "Berkekalan mengingati (berdzikir) akan Allah 'Azza wa Jalla" (2).

Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم "Berfirman Allah 'Azza wa Jalla:"Barangsiapa menghabiskan waktunya berdzikir kepadaKu, tanpa meminta kepadaKu, niscaya Aku berikan kepadanya, yang lebih utama, daripada apa yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta" (3).
Adapun dari atsar: maka berkata Al-Fudlail: "Sampai kepada kami riwayat, bahwa Allah 'Azza wa Jalla berfirman: "Wahai hambaKu! Berdzikirlah kepadaKu sesudah Shubuh sejam, sesudah 'Ashar sejam, niscaya Aku cukupkan kepadamu apa yang diperlukan diantara kedua waktu tadi!"
Berkata setengah ulama: "Bahwa Allah 'Azza wa Jalla berfirman: "Barang manapun hamba yang Aku melihat kepada hatinya, maka Aku melihat, kebanyakan daripadanya berpegang teguh dengan mengingati Aku, dimana Aku memegang kendali siasatnya dan adalah Aku yang duduk, yang bercakap-cakap dan yang mengawaninya".
Berkata Al-Hasan: "Dzikir itu dua: berdzikir akan Allah 'Azza wa Jalla antara diri engkau dan Allah 'Azza Jalla. Alangkah bagusnya dan alangkah besar pahalanya. Dan yang lebih utama dari itu, ialah mengingati Allah s.w.t. pada apa yang diharamkan oleh Allah 'Azza wa Jalla".
1.Dirawikan Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.
2.Dirawikan At Tirmidzi ,ibnu madjah dan Alhakim dan Abi Darda dan sahih isnad
3.Dirawikan Al Bukhari dan Al Baihaqi Dari Umar Bin Al Khattab.

Diriwayatkan: "Bahwa tiap-tiap nyawa yang keluar dari dunia itu haus, selain orang yang berdzikir akan Allah 'Azza wa Jalla".
Berkata Mu'az bin Jabal r.a.: "Tiadalah sesuatu yang membawa kepada penyesalan bagi ahli sorga, selain dari sa'at-sa'at yang lalu pada mereka, dimana mereka tiada berdzikir akan Allah s.w.t. padanya". Wa'llahu Ta'ala a'lam! Allah yang Mahatinggi, yang Mahatahu!

KEUTAMAAN MAJLIS DZIKIR.
Bersabda Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم "Tidaklah duduk suatu kaum pada suatu majelis (tempat duduk), dimana mereka berdzikir akan Allah 'Azza wa Jalla, melainkan mereka dikelilingi oleh malaikat, diliputi oleh rahmat dan disebutkan mereka oleh Allah Ta'ala dalam golongan orang yang dihadliratNya" (1).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم'Tidaklah suatu kaum yang berkumpul berdzikir akan Allah Ta'ala, yang tidak bermaksud dengan yang demikian itu, selain wajahNya, melainkan diserukan mereka oleh penyeru dari langit: "Bangunlah, dimana kamu telah diampunkan! Sesungguhnya segala keburukan kamu telah digantikan dengan kebaikan bagimu".
Bersabda pula Nabi صلى الله عليه وسلم "Tidak duduklah suatu kaum pada suatu tempat duduk, dimana mereka tiada berdzikir (menyebut nama /mengingati) akan Allah s.w.t. padanya dan tiada berselawat akan Nabi صلى الله عليه وسلم melainkan adalah yang demikian itu menjadi suatu penyesalan kepadanya pada hari kiamat' (2)
Bersabda Nabi Daud a.s.: "Wahai Tuhanku! Apabila Engkau melihat aku melewati majelis orang berdzikir, kemajelis orang-orang lalai, maka pecahkanlah kakiku, supaya tidak sampai kepada mereka. Karena itu adalah suatu ni'mat yang Engkau anugerahkan kepadaku".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم"Suatu majelis yang baik akan menutupkan (dosa) dari orang mu'min, pada dua juta majelis yang jahat" (3).
Berkata Abu Hurairah r.a.: "Bahwa penduduk langit memperhatikan rumah-rumah penduduk bumi, yang disebutkan padanya nama Allah Ta'ala, sebagaimana diperhatikan bintang-bintang dilangit".
Berkata Sufyan bin 'Uyainah r.a: "Apabila-berkumpullah suatu kaum yang berdzikir akan Allah Ta'ala, niscaya berpisahlah setan dan dunia. Lalu berkata setan kepada dunia: 'Tidakkah kamu melihat apa yang diperbuat mereka?" Lalu menjawab dunia: "Tinggalkanlah mereka! Karena apabila mereka bercerai-berai nanti, niscaya aku pegang leher mereka dan aku bawa kepadamu".

1.Dirawikan Muslim dari Abu Hurairah
2.Dirawikan At tirmidzi dari Abu Hurairah.
3.Menurut Al Iraqi,Beliau tidak pernah menjumpai hadis ini

Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a., bahwa ia masuk kepasar, seraya mengatakan; "Aku lihat kamu disini, sedang pusaka dari Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم. dibagi-bagikan daiam masjid".
Maka pergilah manusia kemasjid dan meninggalkan pasar. Lalu mereka tiada melihat pusaka itu. Maka mereka bertanya: "Wahai Abu Hurairah! Kami tak ada melihat pusaka yang dibagi-bagikan dalam masjid. Menjawab Abu Hurairah. "Apakah yang kamu lihat disitu?" Mereka menjawab: "Yang kami lihat, ialah suatu kaum berdzikir akan Allah 'Azza wa Jalla dan membaca Al-Qur'an".
Maka nenyambung Abu Hurairah: "Itulah pusaka Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم.".
Diriwayatkan Al-A'masy dari Abi Shalih dan Abi Shalih meriwayatkan dari Abi Hurairah dan Abi Sa'id Al-Khudri, dari Nabi صلى الله عليه وسلم., bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Bahwa Allah 'Azza wa Jalla mempunyai malaikat-malaikat yang meninjau dibumi, lebih-lebih tentang penulisan-penulisan amalan manusia. Apabila mereka mendapati suatu kaum yang berdzikir akan Allah 'Azza wa Jalla, niscaya mereka panggil-memanggil sesama mereka: "Pergilah kepada tujuanmu!" Lalu mereka pun datang mengelilingi orang yang berdzikir itu sampai kelangit".
Maka berfirman Allah yang Mahasuci dan Mahatinggi: "Barang apakah yang sewaktu kamu tinggalkan hambaKu, yang dikerjakan mereka?"
Menjawab para malaikat: "Kami tinggalkan mereka memuji Engkau, mengagungkan Engkau dan mengucapkan tasbih kepada Engkau". Maka berfirman Allah yang Mahasuci dan yang Mahatinggi: "Adakah mereka melihat Aku!" Menjawab para malaikat: 'Tidak!"
Maka berfirman Allah yang Mahaagung: "Bagaimanakah, kalau mereka melihat Aku?"
Menjawab para malaikat: "Jikalau mereka melihat Engkau, niscaya bertambah-tambahlah pen-tasbih-an, pemujian dan pengagungan mereka". Berfirman Allah Ta'ala kepada para malaikat: "Dari apakah mereka berlindung?"
Menjawab para malaikat: "Dari neraka!"
Maka berfirman Allah Ta'ala: "Adakah mereka melihat neraka itu?" Menjawab para maiaikat: 'Tidak!"
Maka berfirman Allah 'Azza wa Jalla: "Bagaimanakah kalau mereka melihatnya?"
Menjawab para malaikat: "Jikalau mereka melihat neraka itu, niscaya sangat la h mereka Jari daripadanya dan menjauhkan diri". Maka berfirman Allah 'Azza wa Jalla: "Apakah yang mereka cari?" Menjawab para malaikat: "Sorga!"
Maka berfirman Allah Ta'ala: "Adakah mereka melihat sorga?" Menjawab para malaikat: "Tidak!"
Maka berfirman Allah Ta'ala: "Bagaimanakah kalau mereka melihatnya?" Menjawab para malaikat: "Kalau mereka melihat sorga itu, maka sesungguhnya sangatlah ingin mereka kepadanya".
Maka berfirman Allah yang Mahaagung: "Sesungguhnya, Aku mengaku padamu, bahwa telah Kuampunkan dosa mereka!"
Menjawab para malaikat: "Dalam golongan mereka itu, ada si Anu, yang tiada berkehendak kepada mereka. Ia datang, hanya karena ada suatu keperluan".
Maka berfirman Allah 'Azza wa Jalla: "Mereka itu adalah kaum, yang tidak merugi orang yang duduk bersama mereka".

KEUTAMAAN TAHLIL. Bersabda Nabi  صلى الله عليه وسلم,
أفضل ما قلته أنا والنبيون من قبلي لا إله إلا الله وحده لا شريك له
(Afdlalu maa qultu ana wan- nabiyyuuna min qablii "laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariika I ah).Artinya: "Yang lebih utama dari apa yang aku bacakan dan yang dibacakan oleh para nabi sebelumku, ialah: "Laa illaaha i'lla'llaahu wahdahu laa syariika lah".Artinya: 'Tiada Tuhan yang disembah, selain Allah yang Esa, tiada sekutu bagiNya" (1).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Barangsiapa membaca: لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير "Laa ilaaha i'lla'Haa hu wahdahu laa syariika lah, lahu'l-mulku wa lahu'l-hamdu wa hua 'alaa kullii syai-in qadiir", - Artinya:'Tiada Tuhan yang disembah, selain Allah yang Esa, tiada sekutu bagiNya. BagiNya kerajaan dan bagiNya pujian dan Dia mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu", pada tiap-tiap hari seratus kali, niscaya adalah baginya menyamai dengan memerdekakan sepuluh orang budak. Dan dituliskan baginya seratus kebaikan, dihapuskan daripadanya seratus kejahatan dan memeliharakannya dari setan pada hari itu sampai sore. Dan seorangpun tiada mengerjakan amalan, yang lebih utama dari-pada apa yang dikerjakannya itu, kecuaii seseorang yang berbuat amalan lebih banyak dari itu" (2).
1.Sudah di terangkan dalam Bab Haji Dahulu
2.Dirawikan Bukhari dan muslim dari abu Hurairah

Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم 'Tiadalah seorang hamba yang berwudlu', lalu membaguskan wadlu'nya, kemudian mengangkatkan matanya kelangit, lalu membaca: أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله  "Asyhadu an laa ilaaha i'llallaah, wahdahuu laa syariika lah, wa asyhadu a'nna Muhammadan 'abduhu warasuluh", - artinya:"Aku mengaku bahwa tiada Tuhan yang disembah, selain Allah yang Esa, tiada sekutu bagiNya. Dan aku mengaku, bahwa Muhammad itu hambaNya dan RasulNya" - melainkan dibukakan baginya segala pintu sorga, ia masuk dari mana ia suka" (1).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم"Tidaklah atas orang-orang yang selalu membaca" لا إله إلا الله  Laa ilaaha i'lla'llaah, ketakutan didalam kubur dan pada kebangkitan. Seolah-olah aku melihat mereka ketika ditiup sangka-kala, menggerak-gerakkan kepalanya dari tanah, seraya mengucapkan: "Segala pujian bagi Allah yang telah menghilangkan dari kami kegundahan. Sesungguhnya Tuhan kami itu, maha pengampun dan maha bersyukur" (2).
Bersabda pula Nabi صلى الله عليه وسلم kepada Abu Hurairah:"Wahai Abu Hurairah! Sesungguhnya tiap-tiap kebajikan yang engkau kerjakan, akan ditimbang pada hari qiamat, kecuali pengakuan: Tiada Tuhan yang disembah, selain Allah لا إله إلا الله  Lailaha i'lla'llah), maka ini tidak diletakkan dalam neraca. Karena kalau diletakkan dalam sebelah daun neraca orang yang mengucapkannya dengan sebenarnya dan diletakkan langit dan bumi yang tujuh lapis dan barang yang didalamnya, dalam sebuah lagi dari daun neraca itu, nescaya adalah لا إله إلا الله "Laa ilaaha i'lla'liaah" lebih berat dari itu" (3).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Jikalau datanglah orang yang membacakan لا إله إلا الله Laa ilaaha i'lla'liaah" dengan sebenar-benarnya, dengan dosa yang memenuhi bumi, niscaya diampunkan oleh Allah baginya yang demikian itu".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Wahai Abu Hurairah! Talkinkan orang yang mati dengan syahadat (pengakuan) bahwa: Tiada Tuhan yang disembah, selain Allah   لا إله إلا الله(La ilaha i'lla'llah)", karena syahadat itu menghancurkan segala dosa". Lalu aku (Abu Hurairah) bertanya: "Ini untuk orang yang mati, maka bagaimana pula untuk orang yang hidup?" Menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Lebih-lebih lagi menghancurkan!"
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Barangsiapa mengucapkan لا إله إلا الله "Laa ilaaha i'lla-llaah" dengan ikhlas, niscaya masuk sorga".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم "Sesungguhnya semua kamu akan masuk sorga, selain orang yang enggan dan lari dari Allah 'Azza wa Jalla, sebagai larinya unta dari pemiliknya". Maka ditanyakan kepada Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Wahai Rasulu'llah! Siapakah yang enggan dan yang lari dari Allah itu?"
Menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم "Orang yang tidak mengucapkan لا إله إلا الله"Laailaaha i'lla'liaah". Dari itu, maka perbanyakkanlah membacakan لا إله إلا الله"Laa ilaaha i'lla'liaah" sebelum lagi terdinding antara kamu dan لا إله إلا الله Laa ilaaha i'lla'llaah".

1.Dirawikan AdDaraqutni Dari uqbah bin Amir
2.Dirawikan Abu Yu'la AtThabrani Dan AlBaihaqi dari ibnu umar dengan sanad dlaif 
3.Menurut Aliraqi ini adalah Maudhu

Karena, itu adalah kalimah tauhid, yaitu: kalimah ikhlas, kalimah taqwa, kalimah thayyibah, da'wah kebenaran (da'wah al-haq), tali yang kokoh kuat dan harga sorga". Berfirman Allah 'Azza wa Jalla:هَلْ جَزَاءُ الإحْسَانِ إِلا الإحْسَانُ(Hal jazaa-u'l-ihsaani i'lla'l-ihsaan") - S. Ar-Rahman, ayat 60.
Artinya: "Balasan perbuatan baik (al-ihsan), tiada lain dari yang baik juga (al-ihsan)".
Maka ada yang mengatakan: al-ihsan didunia, ialah membaca "Laa ilaaha illa'l-laah" dan diakhirat, ialah sorga,
Begitu pula firman Allah Ta'ala: "Orang-orang yang berbuat kebaikan mendapat (pahala) yang baik dan tambahannya". — S. Yunus, ayat 26.
Diriwayatkan oleh Al-Barra bin 'Azib, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Barangsiapa membaca لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير "Laa ilaaha i'llallaah wahdahu laa-syarika lah, lahu'l-mulku wa lahu'l-hamdu wa hua 'alaa ku'lli sya-in qadiir", adalah itu menyamai dengan memerdekakan seorang budak".
Diriwayatkan oleh 'Amr bin Syu'aib dari bapanya. Bapanya meriwayatkan dari neneknya, dimana neneknya itu berkata: "Bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda "Barangsiapa membaca sehari duaratus kali لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير "Laa ilaaha i'lla'llaahu wahdahu laa syariika lah lahu'l-mulku wa lahu'Ihamdu wa hua 'alaa ku'lli syai-in qadiir". niscaya tidak didahulukan dia oleh seseorang sebelumnya dan tidak akan didapati dia oleh seseorang kemudiannya, selain orang yang berbuat lebih utama dari amal perbuatannya itu" (1).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم "Barangsiapa membaca disalah satu kedai لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد يحيى ويميت وهو على كل شيء قدير  "Laa ilaaha i'lla'llaahu wahdahu laa syariika lah, lahu'l-mulku wa lahu'Ihamdu, yuhyii wa yumiitu wa hua 'alaa ku'lli syai-in qadiir", niscaya dituliskan oleh Allah untuknya sejuta kebajikan dan dihapuskan daripadanya sejuta kejahatan dan dibangun untuknya sebuah rumah didalam sorga".
Diriwayatkan: "Bahwa hamba apabila membaca: لا إله إلا الله "Laa ilaaha i'lla'liaah", lalu datanglah kalimah ini kedaftar suratan amalannya (shahifah). Kalimah itu tidak melalui pada sesuatu kesalahan, melainkan dihapuskannya, sehingga diperolehnya kebajikan seperti itu. Lalu duduklah kalimah tadi disampingnya".
Pada Hadits-Shahih, dari Abi Ayyub, dari Nabi صلى الله عليه وسلم, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: "Barangsiapa membaca لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير "Laa ilaaha i'lla'Maahu wahdahu laa syariika lah, lahu'l-mulku wa lahu'l-hamdu wa hua 'alaa ku'lli syai-in qadiir" sepuluh kali, niscaya adalah dia seperti orang yang memerdekakan empat jiwa dari putra Ismail s.a." (2)
Dalam Hadits-Shahih juga, dari 'Ubbadah bin Ash-Shamit, dari Nabi صلى الله عليه وسلم. bahawa Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Barangsiapa bangun pada malam hari, lalu
1.Dirawikan Amr Bin Syuib
2 Dirawikan Bukhari dan Muslim dari abu Ayyub
Dalam Hadits-Shahih juga, dari 'Ubbadah bin Ash-Shamit, dari Nabi صلى الله عليه وسلم. bahawa Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Barangsiapa bangun pada malam hari, lalu membaca
لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم ثم قال اللهم اغفر لي  
Laa ilaaha illa'llaahu wahdahu la syariikalah, lahu'l-znuiku wa lahu'i hamdu wa hua alaa ku'lli syain-in qadiir. subhaana-'llaah waIhamdu ii'llaah, wa laa ilaaha i'lla'liaah, wa'llaahu akbar, wa laa haula la la qu'wwata i'llaabi'llaahi'l-'aliyyiradhiim". Kemudian, membaca اللهم اغفر لي  '"Allaa-hu'mma'ghfirlii," niscaya diampunkan dosanya. Atau ia mendoa, niscaya diterima do'anya. Dan kalau ia mengambil wudhu'. lalu mengerjakan shalat, niscaya diterima shalatnya"(1).


KEUTAMAAN TASBIH, TAHMID DAN DZIKIR-DZIKIR LAIN.
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم"Barangsiapa membaca tasbih سبحان الله  (Subhana'llah) sesudah tiap-tiap shalat, tigapuluh tiga kali, membaca tahmid الحمد لله  (Alhamdu ii'llah) tigapuluh tiga kali, membaca takbir (Allahu akbar) tigapuluh tiga kali dan menyudahkan untuk genap seratus, dengan "La ilaaha i'lla'llaahu wahdahu la syariika lah, lahu'l-mulku wa lahu'l-hamdu, wa huwa 'alaa ku'lli syai-in qadi r", niscaya diampunkan segala dosanya, meskipun dosa itu seperti buih. dilaut".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم"Barangsiapa membaca: سبحان الله وبحمده "Subhana'llaahi wa bihamdih" sehari seratus kali, niscaya dihapuskan kesalahannya.. walaupun seperti ombak lautan".
Dan diriwayatkan: bahwa seorang lelaki datang kepada Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم seraya bertanya: ''Berpaling daripadaku dunia dan sedikitlah harta dalam tanganku". Maka bersabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم "Maka dimanakah engkau dari selawat malaikat dan tasbih segala makhluk dan dengan itu, mereka dianugerahkan rezeki?".
Menyambung Ielaki itu: "Apakah itu, wahai Rasulullah?"
Menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم "Bacakanlah  سبحان الله وبحمده "Subhaana'llaah wa bihamdih,سبحان الله العظيم Sub-haana'llaahi'l-'aadhiim. أستغفر الله  Astaghfiru'llaah" seratus kali di antara terbit fajar sampai engkau mengerjakan shalat Shubuh, niscaya datanglah kepadamu dunia, dengan terpaksa dan merendahkan diri. Dan dijadikan oleh Allah 'Azza wa Jalla dari tiap-tiap kalimah itu, seorang malaikat, yang mengucapkan tasbih kepada Allah Ta'ala, sampai kepada hari kiamat, dimana pahalanya untukmu".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم"Apabila hamba (hamba Allah) membaca الحمد لله "Alhamduli'llah", niscaya memenuhilah di antara langit dan bumi. Apabila membacaالحمد لله  "Alhamdulillah" kali yang kedua, niscaya memenuhilah diantara langit ketujuh sampai kepada lapisan bumi yang dibawah. Dan apabila membaca الحمد لله "Al-hamdu-li'llah" kali yang ketiga, maka berfirmanlah Allah 'Allah 'Azza wa Jalla: "Mintaiah, supaya Aku berikan!" (2).

1.Dirawikan AlBukhari dari Ubbadah bin as Shamit
2.Menurut Al Iraqi Beliau tidak pernah menjumpai hadis ini , Bunyinya Amat Ganjil

Berkata Rifa'ah Az-Zargi: "Pada suatu hari kami bershalat dibelakang Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم Maka tatkala Nabi صلى الله عليه وسلم mengangkat kepalanya dari ruku' dan membaca سمع الله لمن حمده "Sami'a'llahhu liman hamidah", lalu seorang laki-laki dibelakang Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم  membaca  ربنا لك الحمد حمدا كثيرا طيبا مباركا فيه   "Ra'bbanaa laka'l-hamdu hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiih". Maka sewaktu Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم meninggalkan shalatnya (memberi salam), lalu bertanya  من المتكلم آنف ا  "Siapakah yang berbicara tadi?" (1).
Maka menjawab yang berbicara itu: أنا يا رسول الله      "Saya, wahai Rasulu'llah:  
Lalu menyambung Nabi صلى الله عليه وسلم . لقد رأيت بضعة وثلاثين ملكا يبتدرونها أيهم يكتبها أولا "Aku telah melihat lebih tigapuluh malaikat. bersegera menuliskan kalimah itu, yang manakah diantara mereka yang pertama-tama menuliskannya". Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم,: "Amalan-amalan baik yang masih tinggal الباقيات الصالحات (Albaaqiy-yaatu'sh-shalihaat), yaitu:
لا إله إلا الله وسبحان الله والحمد لله والله أكبر ولا حول ولا قوة إلا بالله
laa ilaaha i'lla'llaah, Subhaana'llaah„ Al-hamduli'llaah, Allaahu akbar dan laa haula wa laa qu'wwata Hlaa bi'llaah" (2).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم: "Tidak adalah seorang lefaki dibumi yang membaca لا إله إلا الله وسبحان الله والحمد لله والله أكبر ولا حول ولا قوة إلا بالله "Laa ilaaha i'llallaah wa'llaahu akbar. Subhaana'llaah wa'l-hamdu li'llaah wa laa haula wa laa qu'wwata illaa. bi'llaah", niscaya diampunkan segala dosanya, walaupun seperti buih lautan", diriwayatkan Hadils ini oleh Ibnu Umar.
Diriwayatkan oleh An-Nu man bin Basyir, dari nabi صلى الله عليه وسلم dimana Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: "Mereka yang berdzikir dari keagungan Allah, tasbih, takbir dan tahmidNya itu, berkumandanglah suara :seperti suara lebah bagi kalimah-kalimah itu dikeliling 'Arasy, yang menyebutkan orang-orang yang mengucapkan kalimah-kalimah itu: "Tidakkah suka seseorang kamu bahwa senantiasalah pada sisi Allah apa yang didzikirkan itu?" (3).
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: "Adalah lebih menyukakan aku, untuk membacakan: سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر  "Subhaana'llaah wa'l-hamduli'llaah wa laa illaaha i'lla'llaahu wallaahu akbar", daripada apa yang terbitlah matahari kepadanya". Pada riwayat lain, ditambahkan oleh Nabi صلى الله عليه وسلم, لا حول ولا قوة إلا بالله "Laahaula walaa qu'wwata illaa bi'llah", seraya bersabda: "Itu, adalah lebih baik dari dunia dan isinya".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم: "Perkataan yang lebih dikasihi Allah Ta'ala adalah empat:  سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر Subhaana'llaah, Alhamdu li llaah, Laa ilaaha i'lla'liaah dan Allaahu akbar. Tiada memberi melarat kepadamu, dengan manapun engkau mulai". — diriwayatkan oleh Samrah bin Jundub.
1.Dirawikan AlBukhari
2. Dirawikan An Nasai dari  bnu Hibban dan lain lain dari abu said dan dipandangnya hadis sahih 3.Dirawikan ibnu madjah dan al hakim.

Diriwayatkan oleh Abu Malik Al-Asy'ari, bahwa  Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم.bersabda: "Bersuci adalah setengah iman, الحمد لله Al-hamduli'llah memenuhi timbangan (al-mizan), سبحان الله  Subhana'llah dan الله أكبر  Allahu akbar memenuhi diantara langit dan bumi. Shalat itu نور  nur, sedekah itu برهان  (bukti), sabar itu ضياء cahaya, Al-Quran itu حجة keterangan bagimu atau atasmu. Tiap-tiap manusia itu berjalan pagi-pagi. Maka yang menjual dirinya, adalah yang membinasakan dirinya. Atau yang membeli dirinya, maka adalah ia yang memerdekakan dirinya".
Berkata Abu Hurairah: "Bersabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم.: "Dua kalimah adalah ringan pada lidah, berat pada timbangan dan kecintaan Tuhan yang Mahapengasih, Yaitu:سبحان الله وبحمده سبحان الله العظيم  Subhaana'llaahi wa bihamdih, Subhaana'Ilaahi'l-adhiim" (1).
Berkata Abu Dzar r.a.: "Aku bertanya kepada Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم.: "Perkataan manakah yang lebih disukai oleh Allah 'Azza wa Jalla?" Maka menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم.;"Yaitu: Yang dipilih oleh Allah s.w.t. bagi malaikatNya: سبحان الله وبحمده سبحان الله العظيم  Subhaana'llaahi wa bihamdih, Subhaana'Ilaahi't-adhiim".
Berkata Abu Hurairah: "Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Sesungguhnya Allah Ta'ala memilih dari perkataan, ialah kalimah: Subhaana'llaah, Alhamduli'llaah. Laa ilaaha ilia'llaah dan Allaahu akbar". Apabila hamba mengucapkan "Subhaana'llaah", niscaya dituliskan baginya duapuluh kebajikan dan dihapuskan daripadanya duapuluh kejahatan. Apabila ia mengucapkan "Allaahu akbar", maka seperti itu pula. Lalu diterangkan oleh Abu Hurairah, sampai kepada kalimah yang penghabisan (2). Berkata Jabir: "Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم,: "Barangsiapa membaca سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر" Subhaana'llaah wa bihamdih" niscaya ditanamkan untuknya sebatang kurma didalam sorga". (3).
Dari Abu Dzar, dimana ia mengatakan: "Berkata orang-orang miskin kepada Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم.: "Telah pergi orang-orang kaya dengan memperoleh pahala, dimana mereka mengerjakan shalat seperti kami sholat, mereka berpuasa seperti kami puasa dan mereka bersedekah dengan keutamaan harta mereka".
Maka bersabda-Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Apakah tidak dijadikan oleh Allah bagimu, apa yang dapat kamu sedekahkan? Sesungguhnya bagimu dengan tiap-tiap tasbih itu sedekah, dengan tahmid dan tahlil itu sedekah, dengan takbir itu sedekah, dengan amar ma'ruf itu sedekah dan dengan nahi munkar itu sedekah. Diberikan oleh seorang kamu sesuap makanan kepada keluarganya, itupun sedekah baginya. Dan pada persetubuhan seorang kamu, itupun sedekah".

1.DirawikanAlBukhari dan Muslim
2.Dirawikan AnNasai dan Al Hakim
3.Dirawikan Attirmidzi ,AnNasai dan Lain lain.

Lalu mereka bertanya: "Wahai Rasulu'llah! Seseorang dari kami melaksanakan syahwatnya, adalah baginya pahala?"
Menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Apakah tidak kamu tahu, kalau diletakkannya syahwatnya itu pada yang haram, bukankah padanya dosa?"
Maka menjawab orang-orang miskin itu: "Ya, benar!"
Lalu Nabi صلى الله عليه وسلم. menyambung: "Begitu pula kalau diletakkannya pada
yang halal, adalah padanya pahala baginya" (1).
Berkata Abu Dzar r.a.: "Aku berkata kepada Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم.: "Telah mendahului orang-orang yang berharta dengan pahala. Mereka mengucapkan seperti yang kami ucapkan, mereka berbelanja dan kami tidak berbelanja".
Maka menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Apakah tidak aku tunjukkan kepadamu, suatu amalan, apabila engkau amalkan, niscaya engkau dapati orang yang sebelum engkau dan engkau atasi orang yang sesudah engkau, kecuali orang yang mengucapkan seperti ucapan engkau. Yaitu: Bertasbihlah akan A-IIah sesudah tiap-tiap shalat, tigapuluh tiga kali, bertahmidlah tigapuluh tiga kali dan bertakbirlah tigapuluh empat kali".
Diriwayatkan oleh Busrah, dari Nabi صلى الله عليه وسلم., bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Haruslah kamu bertasbih, bertahlil dan menquduskan Allah. Maka janganlah kamu lalai dan ikatkanlah dengan jari-jarimu, karena kalirnah-kalimah itu berbicara". Ya'ni: menjadi saksi untuk orang yang mengucapkannya pada hari kiamat (2).
Berkata Ibnu 'Umar: "Aku melihat Rasulullah صلى الله عليه وسلم. mengikatkan pembacaan tasbih" (senantiasa membacakannya, tiada lepas-lepasnya). Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم. menurut yang disaksikan oleh Abu Hurairah dan Abu Sa'id Al-Khudri: "Apabila seorang hamba membaca لا إله إلا الله والله أكبر "Laa ilaaha illaa-'llaah dan Allaahu akbar", maka berfirman Allah 'Azza wa lalla: "Benarlah hambaKu! Tiadalah yang disembah selain Aku dan Akulah yang Mahabesar". Dan apabila seorang hamba membaca:  لا إله إلا الله وحده لا شريك له "Laa ilaaha i'lla'llaahu wahdahuu laa syariika lah", maka berfirman Allah Ta'ala: "Benarlah hambaKu, tiada yang disembah selain Aku, sendirian Aku, tiada sekutu bagiKu". Dan apabila seorang hamba membaca لا إله إلا الله ولا حول ولا قوةإلا بالله "Laa ilaaha i'lla'liaah wa laa haula wa laa qu'wwata illaa bi'llaah". lalu berfirman Allah s.w.t.: "Benarlah hambaKu tiada daya dan upaya, selain dengan Aku". Barangsiapa mengucapkannya semuanya itu ketika akan meninggalkan dunia, niscaya tidak disentuhi dia oleh api neraka". Diriwayatkan oleh Mash'ab bin Sa'ad, dari bapanya, yang menerima dari Nabi صلى الله عليه وسلم., bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Adakah lemah seorang kamu berusaha tiap-tiap hari seribu kebaikan?"

1.Dirawikan Muslim  
2.Dirawikan Abu Dawud Attirmidzi dan Al Hakim

Lalu orang menanyakan: "Bagaimanakah itu, wahai Rasulu'llah?" Maka menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Ia bertasbih akan Allah seratus kali tasbih, maka dituliskan baginya seribu kebaikan dan dihapuskan daripadanya seribu kejahatan",
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Hai Abdullah bin Qais (Hai Abu Musa)! Apakah tidak aku tunjukkan kepadamu suatu gudang dari gudang sorga?" Menjawab Abullah bin Qais: "Belum!"
Menyambung Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Bacakanlah: "Laa haula wa laa qu'wwata i'ilaa billah" Pada riwayat yang lain: "Tidakkah aku ajarkan engkau kalimah dan gudang dibawah 'Arasy, yaitu: "Laa haula wa laa qu'wwata illaa bi'llaah". Pada riwayat yang lain: "Tidakkah aku ajarkan engkau kalimah dari gudang dibawah 'Arasy, yaitu: "Laa haula wa laa qu'wwata illaa bi'llaah " (1) Berkata Abu Hurairah: "Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Apakah tidak aku tunjukkan kamu, suatu amalan dari gudang sorga dibawah 'Arasy. yaitu: perkataan: لا حول ولا قوة إلا بالله "Laa haula wa laa qu'wwata i'ilaa billaah?" Berfirman Allah Ta'ala: "Telah menyerah hambaKu dan ia memperoleh keselamatan" (2).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Barangsiapa membaca ketika pagi-pagi:
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبالقرآن إماما وبمحمد صلى الله عليه وسلم نبيا رسولا
(Radliitu bi'llaahi ra'bban wa bil-islaami diinan wa bi'l-Qur-aani imaa man wa bi Muhammadin shallallaahu aiaihi wa sallama nabi'yyan wa rasuulaa).Artinya: "Aku rela Allah Tuhanku, Islam agamaku, Al-Quran imamku dan Muhammad صلى الله عليه وسلم. Nabi dan Rasul", niscaya berhaklah dia memperoleh kerelaan Allah pada hari kiamat". Dan pada suatu riwayat: "Barangsiapa membaca yang demikian, niscaya dia direlai Allah" (3).
Berkata Mujahid: "Apabila keluarlah seseorang dari rumahnya, lalu membaca: بسم الله "Bismi'liah, maka berkata malaikat: "Engkau telah memperoleh petunjuk! "Apabila ia membaca: توكلت على الله "Tawa'kkaltu'ala'Tlaah" — aku bertawakkal kepada Allah - maka berkata malaikat: "Cukuplah bagi engkau". Dan apabila ia membaca: لا حول ولا قوة إلا بالله "Laa haula wa laa qu'wwata 'illaa bi'llaah", maka  berkata malaikat: "Engkau telah menjaga diri!" Maka bercerai-berai lah setan daripadanya, seraya mereka mengatakan: "Tak usahlah kamu bermaksud pada orang yang telah memperoleh petunjuk, telah merasa cukup dan teiah menjaga diri. Tak adalah jalan bagimu kepadanya!"
Kalau anda mengatakan: "Mengapakah kiranya berdzikir akan Allah s.w.t. serta begitu ringan pada lisan dan sedikit sekali memerlukan tenaga, menjadi begitu utama dan lebih bermanfaat dari sejumlah ibadah yang Iain, yang disertai dengan banyak kesulitan padanya?"

1)Dirawikan AlBukhari dan Muslim
2)Dirawikan AnNasai dan Al Hakim
3)Dirawikan Abu Dawud dan An Nasai Dan AlHakim dan Sahih isnad

Maka aku menjawab, bahwa ketahuilah kiranya-, bahwa penyelidikan tentang ini tidaklah layak, selain dengan ilmu-mukasyafah
Dan batas yang diperbolehkan menerangkannya pada ilmu mu'amalah, ialah, bahwa yang membawa bekas yang bermanfa'at, yaitu: dzikir yang terus-menerus, disertai kehadiran hati
Adapun dzikir dengan lisan dan hati itu lalai, adalah sedikit faedahnya. Dalam beberapa hadits terdapat pula, yang menunjukkan kepada yang demikian. Kehadiran hati pada sekejap waktu dengan dzikir dan lengah dari mengingati Allah 'Azza wa Jalla serta sibuk pula dengan dunia, adalah sedikit faedahnya. Tetapi kehadiran hati serta Allah Ta'ala terus-menerus atau pada kebanyakan waktu, adalah yang diutamakan pada ibadah, Bahkan, dengan itu menjadi mulia ibadah-ibadah yang tain. Dan itulah tujuan dari hasil ibadah yang dikerjakan (ibadah 'amaliyah). Dzikir itu mempunyai awal dan akhir. Awalnya, mewajibkan jinak hati dan cinta. Akhirnya, mewajibkan: jinak hati dan cinta. Dan timbullah daripadanya - dan itulah yang dicari - jinak hati dan cinta. Seorang murid pada permulaan pekerjaannya, kadang-kadang ia secara berat sekali membelokkan hati dan lisan nya dari waswas. kepada dzikir mengingati Allah 'Azza wa Jalla. Kalau ia memperoleh taut'ik. untuk terus-menenerus, niscaya jinaklah hatinya dan tertanamlah dalam qalbunya kecintaan kepada yang didzikirkan itu: yaitu Allah Ta'ala. Dan tidak wajarlah ini untuk diherankan. Karena menurut biasa yang terlihat, engkau sebutkan seseorang yang jauh, yang tak hadir dihadapan seseorang, engkau ulang-ulangi menyebutkan hal-keadaannya pada orang itu. Maka cintalah dia akan orang yang jauh itu dan kadang-kadang ia asyik dengan sifat dan banyak menyebutkannya. Kemudian, apabila ia asyik dengan banyak menyebutkan yang dirasakan berat pada mulanya, niscaya jadilah pada akhirnya dirasakan perlu kepada banyak menyebutkan itu, dimana ia tidak dapat bersabar daripadanya. Karena orang yang mencintai sesuatu, niscaya banyak ia menyebutkannya. Dan orang yang membanyakkan menyebut sesuatu, meskipun dengan perasaan berat, niscaya ia mencintainya.
Maka seperti itulah, permulaan berdzikir itu terasa berat, sampai kepada menghasilkan kejinakan hati dengan "yang didzikirkan" dan kekasih-sayangan kepadaNya. Kemudian, tidak sabar lagi pada akhirnya, lalu yang positif itu menjadi positif dan buah itu menjadi berbuah. Dan inilah arti perkataan sebahagian mereka: "Aku menghadapi kesulitan dengan Al-Qur'an selama dua puluh tahun. Kemudian aku merasa ni'mat dengan Al-Qur'an, selama duapuluh tahun. Dan keni'matan itu tidak datang, selain dari kejinakan hati dan kecintaan. Dan kejinakan hati sa-yangan itu, tidak timbul, selain daripada terus-terusan menghadapi kesulitan dan keberatan pada masa yang panjang, sehingga keberatan itu menjadi biasa.
Maka bagaimanakah dipandang ini jauh dari kebenaran, sedang manusia itu pada mulanya merasa berat memperoleh makanan yang akan mengenyangkannya. Merasa kesulitan memakannya. Dan membiasakan diri padanya, lalu kemudian menjadi bersesuaian dengan tabiatnya. Sehingga ia tidak sabar lagi daripadanya.

"Jiwa itu membiasakan memikul apa yang dirasa berat, sehingga apa yang dibiasakannya, menjadi terbiasa". Artinya: apa yang dirasanya berat pada mula-mula, menjadi tabi'at pada kesudahannya. Kemudian, apabila telah diperoteh kejinakan hati dengan berdzikir kepada Allah s.w.t., niscaya terputuslah hatinya dari yang lain dari dzikir kepada Allah. Dan selain Allah 'Azza wa Jalla, itulah yang akan berpisah dengan dia ketika mati. Maka tiada kekal bersama dia didalam kubur, keluarga, harta, anak dan kekuasaan. Dan tiada yang kekal, selain daripada dzikir kepada Allah 'Azza wa Jalla.
Kalau ia sudah merasa hatinya jinak dengan dzikir, niscaya bersenang-se-nanglah dan merasa enaklah ia dengan dzikir itu, dengan habisnya segala penghalang yang membelokkannya dari berdzikir. Karena segala keperluan yang penting dalam hidup duniawi, menghalanginya dari berdzikir kepada Allah 'Azza Jalla. Dan sesudah mati, penghalang itu tidak ada lagi. Seakan-akan ia telah memperoleh kesempatan yang penuh antaranya dan kecintaannya. Maka amat besar lah kegembiraannya dan terlepas dia dari pen jar a, dimana ia terlarang didalamnya menghubungi dengan apa yang menjinakkan hatinya. Karena itulah, bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Sesungguhnya roh suci diilhamkan kedalam hatiku, maka cintailah apa yang engkau cinta, "karena engkau akan bercerai dengan dia". Yang dimaksudkan, yaitu : tiap-tiap apa yang berhubungan dengan dunia.
Sesungguhnya itu akan fana baginya dengan mati. Seluruh manusia diatas dunia itu fana dan kekallah wajah Tuhanmu, yang mempunyai keagungan dan kemuliaan.
Sesungguhnya dunia itu fana dengan mati, bagi seseorang, sehingga dunia itu fana bagi dirinya sendiri ketika sampai ajalnya.
Kejinakan hati dengan dzikir, diperoleh kelazatan oleh hamba sesudah matinya, sehingga ia memperolah tempat disamping Allah 'Azza wa Jalla. Dan ia menaiki dari dzikir kepada perjumpaan dengan Allah (al-liqa'). Yang demikian itu, sesudah dikumpulkan apa yang didalam kubur dan diperoleh apa yang didalam dada. Dan tidak diingkarinya akan kekalnya dzikir kepada Allah 'Azza wa Jalla bersama dia sesudah mati. Kalau diingkarinya, maka dikatakannya: "Dia sudah ditiadakan, maka bagaimanakah masih kekal bersamanya dzikir kepada Allah 'Azza wa Jalla?"
Sesungguhnya dia tidak ditiadakan dengan ketiadaan yang mencegah dzikir, tetapi ketiadaan dari dunia, dari alam dhahir dan alam yang dapat dipersaksikan ('alamul-mulki wasy-sya-hadah). Tidak dari alam al-malakut (alam yang tidak dapat dipersaksikan dengan mata kepala). Dan ditunjukkan kepada apa yang kami sebutkan itu dengan sabda Nabi صلى الله عليه وسلم.:

"Kubur itu adakalanya sebuah lobang dari lobang-lobang neraka atau sebuah taman dari taman-taman sorga". Dan dengan sabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Roh orang-orang syahid itu dalam perut burung-burung hijau" (1). Dan dengan sabda Nabi صلى الله عليه وسلم. kepada orang-orang kafir musyrik yang terbunuh pada perang Badr: "Hai Anu! Hai Anu!" — oleh Nabi صلى الله عليه وسلم. disebutkan namanya — "Adakah kamu peroleh dengan sebenarnya, apa yang dijanjikan oleh tuhanmu? Adapun aku sesungguhnya telah memperoleh dengan sebenarnya, apa yang dijanjikan oleh Tuhanku". Maka umar r.a. mendengar ucapan Nabi صلى الله عليه وسلم. tadi, lalu bertanya: "Wahai Rasulu'llah! Bagaimanakah mereka itu mendengar dan betapakah mereka itu menjawab, pada hal mereka itu telah menjadi bangkai?" Maka menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Demi Allah, yang jiwaku didalam tanganNya: "Tidaklah kamu lebih mendengar akan perkataanku bila dibandingkan dengan mereka. Hanya mereka itu tidak sanggup menjawabnya" (2).
Dan hadits didalam sahihnya ini, adalah sabdanya صلى الله عليه وسلم. itu terhadap orang-orang kafir musyrik. Adapun orang-orang mu'min dan orang-orang syahid, maka bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Roh mereka, adalah dalam perut burung-burung hijau yang bergantungan dibawah 'Arasy" (3). Keadaan tersebut dan apa yang ditunjukkan dengan kata-kata tadi kepadanya, tidaklah meniadakan (menafikan) akan dzikir kepada Allah 'Azza wa Jalla. Berfirman Allah Ta'ala: "Janganlah kamu menyangka orang-orang yang terbunuh dijalan Allah itu, mati, tetapi mereka itu hidup mendapat rezeki pada sisi Tuhannya. Mereka itu gembira dengan kurnia yang diberikan Allah kepada mereka dan mereka merasa girang terhadap orang-orang yang masih tinggal dibelakang mereka ..........sampai akhir ayat". - S. Ali Imran, ayat 169 dan 170. Dan karena kemuliaan dzikru'Ilah 'Azza wa Jalla (dzikir kepada Allah 'Azza wa Jalla), maka besarlah derajat ke-syahid-an, karena yang dicari, ialah kesudahan. Dan yang dimaksudkan dengan kesudahan, ialah meninggalkan dunia dan datang kepada Allah. Dan hati itu karam dengan kecintaan kepada Allah 'Azza wa Jalla dan putus segala hubungan dengan yang lain.
Kalau hamba itu sanggup menjadikan cita-citanya karam dengan kecintaan kepada Allah 'Azza wa Jalla, maka ia tidak sanggup mati diatas keadaan yang demikian, selain dalam barisan perang. Dia memutuskan harapan dari nyawanya, keluarganya, hartanya dan anaknya, bahkan dari dunia seluruhnya. Dia bermaksud syahid untuk hidupnya dan dia memandang enteng pada hatinya akan hidupnya itu untuk mencintai Allah 'Azza wa Jalla dan mencari kerelaanNya. Maka tidaklah menjuruskan diri kepada Allah, yang lebih agung dari itu.

1.Dirawikan Muslim dari Ibnu Mas'ud.
2.Dirawikan Muslim dari Anas.
3.Dirawikan Ibnu Majah dari Ka'ab bin Malik.

Dan karena itulah, agungnya urusan kesyahidan. Dan datang padanya kelebihan-kelebihan yang tidak terhingga banyaknya.
Diantaranya, ialah tatkala syahid Abdu'llah bin 'Amr Al-Anshari pada hari perang Uhud. Maka bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم. kepada Jabir: "Tidakkah aku menyatakan kegembiraan kepadamu, wahai Jabir?"
Menjawab Jabir: "Ada! Diberikan engkau oleh Allah kiranya
kegembiraan dengan kebajikan!"
Menyambung Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Sesungguhnya Ailah 'Azza wa Jalla telah menghidupkan ayahmu. Didudukkannya dihadapanNya dan tak ada antaranya dan Allah itu tabir". Berfirman Allah Ta'ala: "Bercita-citalah kepadaKu, wahai hambaKu akan apa yang engkau kehendaki, niscaya akan Aku berikan kepadamu!"
Maka berkata orang syahid itu: "Wahai Tuhanku, kembalikanlah aku kedunia, sehingga aku terbunuh sekali lagi pada jalanMu dan NabiMu!" Maka berfirman Allah 'Azza wa Jalla: "Telah dahululah hukumKu, bahwa mereka (orang-orang yang telah mati), tidak akan kembali lagi kedunia"(1).
Kemudian, terbunuh itu adalah sebab bagi kesudahan (sababu'l-khatimah) pada keadaan yang seperti ini. Karena kalau dia tidak terbunuh dan ia masih tinggal beberapa waktu, mungkin kembali kerinduan dunia kepadanya. Dan melebihi daripada apa yang menguasai pada hatinya dari dzikir kepada Allah 'Azza wa Jalla.
Karena inilah, maka sangatlah ketakutan ahli-ma'rifat (ahlu'l-ma-rifah) akan kesudahan (al-khatimah) itu. Sesungguhnya hati, walaupun ia membiasakan berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla, tetapi ia berbalik-balik. Tidak terlepas dari penyelewengan kepada kerinduan dunia. Dan senantiasa pada kelemahan yang meliputinya. Apabila tergambar pada akhir keadaan, pada hatinya urusan dunia dan mempengaruhi kepadanya, lalu ia berangkat dari dunia dalam keadaan yang begini, maka mungkinlah pengaruh dunia mempengaruhi kepadanya. Lalu rindulah ia sesudah mati dan bercita-cita kembali kedunia Yang demikian itu adalah karena sedikit ia memperoleh bahagian diakhirat. Karena manusia itu mati diatas dasar apa ia hidup dahulunya. Dan dibangkitkan diatas apa ia meninggal. Maka keadaan yang lebih menyelamatkan dari bahaya tersebut, ialah: kesudahan dengan syahid, apabila tidak ada maksud dari orang syahid itu untuk memperoleh harta atau supaya ia dikatakan: orang berani atau lain dari itu, sebagaimana tersebut pada hadits. Tetapi maksudnya adalah mencintai Allah 'Azza wa Jalla serta meninggikan KalimahNya.

1. Dirawikan At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Jabir dan shahih isnadnya.

Hal inilah yang dikatakan: "Sesungguhnya Allah telah membeli diri dan harta orang-orang yang beriman dengan' memberikan sorga untuk mereka" - S. Al-Bara-ah, ayat 111.
Orang yang seperti ini, ialah orang yang menjual dunia dengan akhirat. Dan perihal orang syahid itu, sesuai dengan maksud ucapan kita: "Laa ilaaha i'lla'liaah", karena tak ada maksudnya selain dari Allah 'Azza wa Jalla. Tiap-tiap maksud adalah disembah dan tiap-tiap yang disembah adalah tuhan. Dan orang syahid itu mengucapkan dengan lidah keadaannya (lisanu'lhal-nya) akan "Laa ilaaha i'lla'liaah", karena tak ada maksudnya, selain Allah. Dan barangsiapa mengucapkan yang demikian dengan lisannya dan tidak disokong oleh peri-halnya, maka urusannya adalah pada kehendak Allah 'Azza wa Jalla. Dan tidaklah ia aman dari bahaya. Dan karena itulah, diutamakan oleh Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم. akan ucapan "Laa ilaaha i'lla'liaah" dari dzikir-dzikir yang lain. Nabi صلى الله عليه وسلم. menyebutkan yang demikian secara mutlak pada tempat-tempat menggemarkan beribadah (tempat-tempat at-targhib). Kemudian, menyebutkan pada sebahagian tempat, akan kebenaran dan keikhlasan. Sekali Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Barangsiapa membaca "Laa ilaaha i'lla'liaah" dengan ikhlas (mukhlish)". Pengertian "ikhlas" ialah: perihalnya membantu akan apa yang diucapkan.
Maka bermohonlah kita kepada Allah Ta'ala, kiranya menjadikan kita pada masa kesudahan (al-khatimah), termasuk orang yang mencintai "Laa ilaaha i'lla'liaah" pada keadaan, ucapan, dhahir dan batin. Sehingga kita meninggalkan dunia, tidak menoleh kepadanya, tetapi merasa bosan dengan dunia dan ingin sekali menjumpai Allah.
Sesungguhnya barangsiapa ingin menjumpai Allah Ta'ala, niscaya Allah pun, ingin bertemu dengan dia. Dan barangsiapa tidak suka berjumpa dengan Allah, niscaya Allah tidak suka bertemu dengan dia. Maka inilah tanda-tanda penunjuk kepada pengertian-pengertian dzikir yang tidak mungkin ditambahkan lagi dalam "Ilmu Mu'amalah".

BAB KEDUA: mengenai adab do'a, kelebihannya dan kelebihan sebahagian do'a yang diterima dari para shahabat, keutamaan al-istighfar dan selawat kepada Nabi صلى الله عليه وسلم.

KEUTAMAAN DO'A
Berfirman Allah Ta'ala:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي
(wa idzaa sa-alaka ibaadii 'annii fa-innii qariibun ujii-bu da'watad- daa'i idzaa da'aani fal-yastajiibuu lii).Artinya: "Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepada engkau tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku memperkenankan do'a (permintaan) orafig yang meminta, apabila ia meminta kepadaKu. Sebab itu, perkenankanlah seruanKu!" - S. Al-Baqarah, ayat 186. Berfirman Allah Ta'ala:
 ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
(Ud'uu rab-bakum tadlar-ru'an wa khuf-yatan innahuu laa yu-hibbul-mu'-ta-diin).Artinya: "Bermohonlah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan rahasia (suara jiwa). Sesungguhnya Tuhan itu tidak menyukai orang-orang yang melanggar batas". - S. Al-A'raf, ayat 55. Berfirman Allah Ta'ala: "Dan Tuhan kamu berfirman: "Mendo'alah kepadaKu, nanti Kuperkenankan (permintaan) kamu itu! Sesungguhnya orang yang menyombongkan dirinya dari menyembah Aku, akan masuk neraka jahannam dengan kehinaan".  S. Al-Mu'min ayat 60. Berfirman Allah 'Azza wa Jalla: "Katakan! Serulah Allah atau serulah Rahman. Mana saja (nama Allah) yang kamu seru. Dia mempunyai nama-nama yang baik". S. Al-Isra', ayat 110.
Diriwayatkan oleh An-Nu'man bin Basyir, dari Nabi صلى الله عليه وسلم. bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم. membaca:ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ (Ud'uuni astajib lakum) - S. Al-Mu'min, ayat 60.Artinya: "Mendo'alah kepadaKu, nanti Kuperkenankan (permitaan) kamu itu" ......... sampai akhir ayat. Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم. "Doa itu otak ibadah" (1).

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: 'Tidak ada sesuatu yang lebih mulia pada Allah 'Azza wa Jalla, selain dari pada do'a" (2).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Sesungguhnya hamba itu, tidak disalahkannya dari do'a oleh salah satu dari tiga: adakalanya dosa yang diampunkan , adakalanya disegerakan dan adakalanya kebajikan yang disimpan baginya".
Berkata Abu Dzar r.a.: "Mencukupilah dari do'a bersama kebajikan, akan apa yang mencukupkan makanan dari garam". Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Mintalah pada Allah Ta'ala dari kurniaNya! Maka sesungguhnya Allah Ta'ala menyukai diminta. Dan yang terutama dari ibadah, ialah menantikan ke lapangan" (3).
ADAB DO'A: Adalah sepuluh:
Pertama: memilih waktu mulia untuk berdo'a, seperti hari 'Arafah dari tahunanr bulan Ramadlan dari bulanan, hari Jum'at dari mingguan, waktu sahur dari sa'at-sa'at malaman. Berfirman Allah Ta'ala: "Dan diwaktu sahur (ujung malam), mereka berdo'a memohonkan ampun". - S. Adz-Dzariyat, ayat 18. Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Allah Ta'ala turun pada tiap-tiap malam kelangit dunia ketika tinggal sepertiga malam yang penghabisan. Maka berfirman Allah Ta'ala: "Barangsiapa meminta (berdo'a) padaKu, maka akan Aku terima do'anya itu. Barangsiapa meminta padaKu, maka akan Aku berikan. Dan barangsiapa meminta ampun padaKu, maka Aku ampunkan dosanya" (4). Ada orang mengatakan, bahwa Nabi Ya'qub a.s. sesungguhnya bersabda: "Akan aku meminta ampun pada Tuhanku bagimu", untuk ia berdo'a pada waktu sahur. Maka orang mengatakan, bahwa ia bangun pada waktu sahur mendo'a dan anak-anaknya meng-amin-kan dibelakangnya. Maka diwahyukan oleh Allah 'Azza wa Jalla kepadanya: "Sesungguhnya telah Kuampunkan dosa mereka dan Kujadikan mereka menjadi nabi". Kedua: mengambil segala hal-keadaan yang mulia. Berkata Abu Hurairah r.a.: "Sesungguhnya pintu-pintu langit itu terbuka ketika bergerak segala barisan pada jalan Allah Ta'ala (sabili'llah), ketika turun hujan dan ketika didirikan shalat-shalat fardlu. Dari itu, ambillah kesempatan mendo'a padanya!"
Berkata Mujahid: "Sesungguhnya shalat itu ditentukan pada sa'at-sa'at yang baik. Maka haruslah kamu mendo'a dibelakang shalat-shalat itu!"

1).Dirawikan AtTirmidzi dari Anas, hadits qharib.
2.)Dirawikan AtTirmidzi dari Abu Hurairah, hadits qharib.
3).Dirawikan AtTirmidzi dari Ibnu Mas'ud.
4).Dirawikan AlBukhari dan Muslim dari Abu Hurairah

Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم: "Do'a diantara adzan dan iqamah, tidak akan ditolak" (1).
Bersabda pula Nabs صلى الله عليه وسلم.: "Orang yang berpuasa, tidak akan ditolak do'anya" (2).
Pada hakikatnya. waktu muiia itu kembali pula kepada hal-keadaan mulia. Karena waktu sahur adalah waktu kebersihan hati, keikhlasan dan kosongnya dari segala gangguan.
Hari 'Arafah dan hari Jum'at adalah waktu berkumpul segala cita-cita dan hati tolong-menolong dengan memperoleh hujan rahmat dari Allah 'Azza wa Jalla. Maka inilah salah satu sebab kemuliaan waktu, seiain dari rahasia-rahasia yang ada padanya, yang tidak dapat dilihat oleh manusia. Dan keadaan sujud juga lebih wajar untuk dikabulkan do'a. Berkata Abu Hurairah r.a.: "Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Hamba yang paling dekat dengan Tuhannya, ialah orang yang sujud. Dari itu, perbanyakkanlah do'a pada sujud!" (3).
Diriwayatkan Ibnu 'Abbas r.a. dari Nabi صلى الله عليه وسلم. bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Sesungguhnya dilarang aku membaca Al-Qur'an sedang ruku' atau sujud. Adapun ruku', maka agungkanlah Tuhan yang Mahatinggi padanya. Adapun sujud, maka bersungguh-sungguhlah dengan do'a padanya, karena do'a itu layaklah diterima bagimu".
Ketiga: mendo'a itu dengan menghadap kiblat dan mengangkatkan kedua tangan, dimana kelihatan putih kedua ketiaknya. Diriwayatkan Jabir bin Abdu'llah, bahwa Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم.: "datang ketempat wuquf di 'Arafah dan menghadap kiblat serta senantiasa ia mendo'a, sehingga terbenamlah matahari" (4).
Berkata Salman: "Bersabda Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم.: "Bahwa Tuhanmu itu hidup, lagi mahapemurah. Ia malu kepada hambaNya apabila mereka mengangkatkan tangan kepadaNya, bahwa ditolaknya dengan tangan kosong "(5).
Diriwayatkan Anas, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم.: "mengangkatkan kedua tangannya, sehingga kelihatan putih kedua ketiaknya, pada do'a dan ia tidak meng-isyaratkan dengan jarinya" (6).
Diriwayatkan Abu Hurairah r.a., bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم. lalu pada orang yang sedang berdo'a dan mengisyaratkan dengan kedua jari telunjuknya. Lalu bersabdalah Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Esa—Esa!" Artinya: dicukupkan dengan satu telunjuk saja.
Berkata Abu'd-Darda' r.a.: "Angkatlah segala tangan itu, sebelum dirantai dengan rantai!"
1.Dirawikan Abu Dawud dan At-Tirmidzi dan Anas.
2).Dirawikan At-Tirmidzi dan Ibnu Majah .dari Abu Hurairah.
3).Dirawikan Muslim dari Abu Hurairah.
4).Dirawikan Muslim dari Jabir.
5).Dirawikan Abu Dawud dan At-Tirmidzi dan dipandangnya hadits hasan.
6).Dirawikan Muslim dari Anas.

Kemudian, seharuslah disapukan muka dengan kedua tangan pada akhir do'a. Berkata Umar r.a.: "Adalah Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم. apabila memanjangkan kedua tangannya pada do'a, tidak menarikkannya sebelum menyapukan mukanya dengan kedua tangan itu" (1). Berkata Ibnu 'Abbas: "Adalah Nabi صلى الله عليه وسلم, apabila mendo'a, merapatkan kedua tapak tangannya dan membuat perut kedua tapak tangan itu mengiringi mukanya" (2).
Itulah keadaan tangan dan tidak mengangkatkan mata kelangit. Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Hendaklah dicegah orang-orang banyak itu daripada mengangkatkan matanya kelangit ketika mendo'a atau hendaklah mata itu dipincingkan!" (3).
Keempat: merendahkan suara, antara merendahkan benar dan mengeraskan. Karena diriwayatkan, bahwa Abu Musa AI-Asy-'ari berkata: "Kami datang bersama Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم. Tatkala kami telah dekat dengan Madinah, lalu beliau bertakbir dan manusia ramaipun bertakbir dan mengeraskan suaranya. Lalu Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Wahai manusia! Sesungguhnya yang engkau serukan itu, tidaklah tuli dan jauh. Sesungguhnya yang engkau serukan adalah diantara kamu dan leher kenderaan kamu" (4). Berkata 'A' isyah r.a. tentang firman Allah 'Azza wa Jalla:
وَلا تَجْهَرْ بِصَلاتِكَ وَلا تُخَافِتْ بِهَا
(Wa laa tajhar bishalaatika wa laa tukhaafit bihaa". — S.Al-Isra', ayat 110.
Artinya: "Janganlah engkau keraskan suara dengan shalatmu dan jangan (pula) diam saja".  Ya'ni: dengan do'amu. Dan telah dipujikan Allah 'Azza wa Jalla akan nabiNya Zakaria a.s., dimana Ia berfirman: "Ketika ia berseru kepada Tuhannya. dengan suara yang lembut (berbisik)". - S. Maryam, ayat 3. Berfirman Allah 'Azza wa Jalla: "Berdo'alah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan rahasia (suara jiwa") S. Al-A'raf, ayat 55.
Kelima: tidak memaksakan diri dengan susunan yang bersajak pada do'a. Karena keadaan orang yang mendo'a itu, sewajarnyalah dengan keadaan merendahkan diri. Dan memberatkan diri dengan yang tersebut tadi, tidaklah bersesuaian. Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Akan ada suatu golongan, yang melewati batas pada do'a". Berfirman Allah 'Azza wa Jalla: "Berdo'alah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan rahasia (suara-jiwa); sesungguhnya Tuhan itu tidak menyukai orang-orang yang melanggar batas". — S. Al-A'raf, ayat 55. Ada yang mengatakan: maksudnya ialah memberatkan diri dengan bersajak.

1.Dirawikan At-Tirmidzi dan katanya hadits gharib.
2.Dirawikan Ath-Thabrani dengan sanad dla'if.
3.Dirawikan Muslim dari Abu Hurairah.
4.Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim.

Yang lebih utama, ialah tidak melampaui do'a-do'a yang datang dari Nabi صلى الله عليه وسلم., shahabat dan tabi'in (do'a yang ma'tsur). Kadang-kadang orang yang mendo'a itu melewati batas pada do'anya. Lalu meminta apa yang tidak dikehendaki oleh kemuslihatannya. Dari itu, maka tidak seorangpun yang dapat menyusun do'anya dengan baik.
Karena itulah, diriwayatkan dari Mu'az r.a., bahwa ulama itu diperlukan dalam sorga, karena dikatakan kepada penduduk sorga: "Bercita-citalah! "Maka mereka tiada tahu, bagaimana bercita-cita itu, sebelum mereka mempelajari dari para ulama. Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Awaslah bersajak pada do'a! Memadailah seorang kamu mengatakan dalam do'anya: "Wahai Allah Tuhanku! Sesungguhnya aku meminta padaMu sorga dan yang mendekatkan kepadanya dari perkataan dan perbuatan. Aku berlindung dengan Engkau dari neraka dan yang mendekatkan kepadanya dari perkataan dan perbuatan" (1).
Dalam suatu hadits, tersebut; "Akan datang suatu kaum yang melampaui batas pada do'a dan bersuci".
Setengah salaf, lalu pada seorang tukang pangkas, yang berdo'a dengan bersajak, maka ditegurnya: "Adakah engkau begitu bersusah-payah menyusun kata kepada Allah? Sesungguhnya aku mengaku sudah melihat seorang kekasih bangsa 'Ajam (bukan 'Arab), mendo'a dan tidak melebihkan ucapannya dari: "Wahai Allah Tuhanku! Jadikanlah kami orang yang baik! Wahai Allah Tuhanku! Janganlah Engkau siarkan keburukan kami pada hari kiamat! Wahai Allah Tuhanku! Berilah kepada kami taufik bagi kebajikan!" Dan manusia ramai mendo'a dari tiap-tiap sudut dibelakangnya dan dia dikenal dengarr keberkatan do'anya". Berkata setengah mereka: "Berdo'alah dengan lidah kehinaan dan kejahatan, tidak dengan lidah kefasihan dan kelancaran kata-kata!" Dan dikatakan, bahwa para ulama dan segolongan orang-orang shalih (al-ab-dal), tidak melebihkan pada do'anya diatas tujuh perkataan atau kurang lagi. Dan dibuktikan untuk itu dengan penghabisan surat "Al-Baqarah". Karena Allah Ta'ala tidak menerangkan dari hal do'a-do'a hambaNya pada suatu tempatpun yang lebih banyak dari itu. Ketahuilah, bahwa yang dimaksud dengan "sajak", ialah: memberatkan do'a dengan penyusunan kata-kata, yang mana, demikian itu tidak bersesuaian dengan kerendahan dan kehinaan diri. Kecuali, pada do'a-do'a yang diterima dari Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم. itu, kalimat-kalimat yang berseimbangan (berwazan). Tetapi tidaklah secara memberatkan, seperti bacaan (do'a) Nabi صلى الله عليه وسلم.:
1. Kata Allraqi, hadits ini gharib.
أسألك الأمن من يوم الوعيد والجنة يوم الخلود مع المقربين الشهود والركع السجود الموفين بالعهود إنك رحيم ودود وإنك تفعل ما تريد
(As-aluka'l-amna jauma'l-wa'iid, wa'lja'nnata jauma'l-khuluud, ma'al-mu-qar-rabiina-sy-syu-huud, wa'rru'kka'is-sujuud, al-muufiina bi'l-'u-huud, i'nnaka rahiimu'wwaduud, wa a'nnaka tafalu maaturiid). Artinya: "Aku meminta padaMu keamanan pada hari yang dijanjikan azab, balasan dari dosa (jauma'l-wa'iid), aku meminta sorga pada hari kekekalan, bersama orang-orang yang didekatkan, lagi yang menyaksikan, orang-orang yang ruku' dan sujud, orang-orang yang menepati dengan janji-janji yang dijanjikan. Sesungguhnya Engkau mahapengasih, lagi penyayang. Dan sesungguhnya Engkau berbuat apa yang Engkau kehendaki!" (1). Dan contoh-contoh yang lain seperti itu.
Maka hendaklah dibatasi kepada do'a-do'a yang diterima dari Nabi صلى الله عليه وسلم., shahabat dan tabi'in. Atau bermohon dengan lidah kerendahan dan ketun-dukan hati, tanpa bersajak dan memberatkan تكلف (taka'lluf). Maka merendahkan diri itu, adalah dikasihi oleh Allah 'Azza wa Jalla. Keenam: merendahkan diri dan khusyu' serta gemar dan takut ( kepada Allah Ta'ala). Berfirman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya mereka telah berlomba-lomba dalam usaha-usaha kebaikan dan mereka mendo'a kepada kami dengan pengharapan dan perasaan takut"  S. Al-Anbia, ayat 90. Berfirman Allah 'Azza wa Jalla: "Berdo'alah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan "rahasia (suara jiwa)". - S. Al-A'raf, ayat 55. Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Apabila dikasihi oleh Allah seseorang hamba, niscaya dicobanya, sehingga terdengar ia merendahkan diri (التضرع at-tadla'rru')" (2).
Ketujuh: menetapkan hati dengan mendo'a dan meyakini akan diterima serta membenarkan harapan pada do'a itu. Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Janganlah diucapkan oleh seseorang kamu apabila mendo'a: "Wahai Allah Tuhanku! Ampunilah dosaku, kalau Engkau kehendaki! Wahai Allah Tuhanku'. Kasihanilah aku, kalau Engkau kehendaki!", untuk menetapkan hati (menazamkan) permintaan itu. Karena sesungguhnya tak ada yang memaksakan Allah Ta'ala" (3).

1.Dirawikan AtTirmidzi dari Ibnu Abbas.
2.Dirawitan Abu Manaur AdDailami dari Anas.
3.Dirawikan AlBukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.

Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Apabila berdo'a seorang kamu, maka hendaklah ia membesarkan ke ingin an, karena tiada akan menyamai keagunganNya oleh sesuatu". Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Mendo'alah kepada Allah dan kamu meyakini akan diterima! Dan ketahuilah, bahwa Allah 'Azza wa Jalla tiada akan menerima do'a dari hati yang lalai" (1).
Berkata Sufyan bin'Uyainah:"Tidaklah dilarang seseorang kamu darido'a, apa yang diketahuinya dari dirinya. Maka sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla menerima do'a makhluk yang terjahat, yaitu Iblis yang telah dikutuki Allah —, karena Iblis itu berkata: "Wahai Tuhanku! Beri tangguhlah aku sampai kepada hari mereka dibangkitkan". Tuhan berfirman: "Sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang diberi tangguh" — S. Al-Hijr, ayat 36 - 37.
Kelapan: bersungguh-sungguh pada mendo'a dan mengulang-ulanginya tiga kali. Berkata Ibnu Mas'ud: "Adalah Nabi صلى الله عليه وسلم. apabila mendo'a, ia mendo'a tiga kali dan apabila meminta, ia meminta tiga kali" (2) dan seyogialah ia tidak merasa lambat. diterima do'anya itu, karena sabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Akan diterima do'a seseorang kamu, selama tidak minta disegerakan, dimana ia mengatakan: "Aku telah mendo'a, maka do'aku tidak diterima". Apabila engkau mendo'a, maka mintalah banyak-banyak pada Allah, karena sesungguhnya engkau mendo'a pada Allah yang Mahapemurah" (3).
Berkata sebahagian mereka: "Sesungguhnya aku meminta pada Allah 'Azza wa Jalla suatu keperluan, sejak duapuluh tahun yang lampau dan tidak dikabulkanNya do'aku itu, sedang aku mengharap akan dikabulkan. Dan aku meminta pada Allah Ta'ala kiranya dianugerahiNya aku taufiq untuk meninggalkan apa yang tidak penting bagiku". Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Apabila meminta seseorang kamu pada Tuhannya sesuatu permintaan, maka dimintanya pengabulan. Dari itu, hendaklah dibacakan: الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات
(Alhamdu li'Ilaahi'lladzii bi ni'matihi tati'mmu 'sh-shaalihaat". Artinya: "Segala pujian bagi Allah, dimana dengan ni'matNya, sempurnalah segala yang baik". Barangsiapa terlambat sesuatu dari permintaan itu kepadanya, maka hendaklah dibacakan:(Alhamdu li'llaahi 'alaa ku'lli" haal). Artinya: "Segala pujian bagi Allah diatas segala hal keadaan" (4).
1.Dirawikan At-Tirmidzi dari Abu Hurairah.
2.Dirawikan Muslim.
3.Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.
4.Dirawikan Al-Baihaqi dari Abu Hurairah.

Kesembilan: do'a itu dimulai dengan menyebutkan (berdzikir) akan Allah 'Azza wa Jalla. Maka janganlah dirnulainya dengan meminta. Berkata Salmah bin Al-Akwa': "Belum pernah aku mendengar Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم. memulai do'anya, selain dirnulainya dengan membacakan:سبحان ربي العلي الأعلى الوهاب (Subhaana ra'bbia'l-aliyyi'l-a'la'l-wahhaab).Artinya: "Mahasuci Tuhanku yang tertinggi, maha tinggi, yang maha pemberi".
Berkata Abu Sulaiman Ad-Darani r.a.: "Barangsiapa bermaksud meminta pada Allah sesuatu keperluan, maka hendaklah dirnulainya dengan selawat kepada Nabi صلى الله عليه وسلم. Kemudian dimintanya akan keperluannya itu. Kemudian disudahinya dengan selawat kepada Nabi صلى الله عليه وسلم. Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla menerima akan dua selawat itu dan Dia mahapemu-rah daripada meninggalkan (tidak menerima) akan do'a, diantara kedua selawat tadi".
Diriwayatkan pada suatu hadits dari Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم., bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Apabila kamu meminta pada Allah 'Azza wa Jalla suatu keperluan, maka hendaklah kamu mulai dengan selawat kepadaku. Sesungguhnyalah Allah 'Azza wa Jalla mahapemurah, daripada dimintakan padaNya dua keperluan lalu diterimaNya yang satu dan ditolaknya yang lain". Diriwayatkan hadits tersebut oleh Abu Thalib Al-Makki
Kesepuluh: adab batin. Itulah yang pokok pada diterima do'a, yaitu: taubat, mengembalikan segala hak orang yang teraniaya dan menghadapkan jiwa raga kepada Allah 'Azza wa Jalla, dengan seluruh kemauan hati. Maka itulah sebab yang mendekatkan kepada diterima do'a Diriwayatkan dari Ka'b Al-Ahbar, bahwa ia mengatakan: "Telah mendapat malapetaka manusia dengan kemarau yang hebat pada masa Musa a.s. Lalu keluarlah Musa a.s. bersama Bani Is rail, meminta hujan pada Allah Ta'ala. Mereka tidak diturunkan hujan. sehingga Musa a.s. keluar tiga kali dan tidak juga diturunkan hujan.
Maka diwahyukan oleh Allah 'Azza wa Jalla kepada Musa a.s.: "Aku tidak menerima do'amu dan do'a orang-orang bersamamu, karena pada kamu ada orang yang suka menceriterakan kekurangan orang (lalat-merah)".
Maka bermohon Musa a.s.: "Wahai Tuhanku! Siapakah dia itu, supaya kami keluarkan dia dari kami?"
Maka diwahyukan oleh Allah 'Azza wa Jalla kepada Musa a.s.: "Hai Musa! Aku larang kamu semuanya dari lalat merah (nammam) dan Aku lah Nammam".
Lalu bersabda Musa a.s. kepada Bani Israil: "Tobatlah kamu semuanya kepada Tuhanmu dari lalat merah itu!" Maka bertobatlah mereka, lalu diturunkan oleh Allah Ta'ala hujan kepada mereka". Berkata Sa'id bin Jubair: "Datanglah musim kemarau kepada manusia pada masa salah seorang dari raja-raja Bani Israil.

Lalu mereka meminta hujan. Maka bersabdalah raja itu kepada Bani Israil: "Hendaklah kiranya diturunkan oleh Allah Ta'ala kepada kita hujan atau kita sakiti Allah itu. Lalu ditanyakan raja tadi: "Bagaimanakah kita sanggup menyakitkanNya, sedang Dia dilangit?"
Maka menjawab raja itu: "Bunuhlah wali-wali dan orang-orang yang mentaatiNya. Maka yang demikian itu adalah menyakitkanNya". Maka diturunkan oleh Allah Ta'ala kepada mereka itu hujan. Berceritera Sufyan Ats-Tsuri: "Sampai kepadaku ceritera, bahwa kaum Bani Israil mengalami kemarau tujuh tahun lamanya. Sehingga mereka memakan bangkai dari tempat-tempat sampah dan memakan anak-anak kecil.
Dalam keadaan yang demikian itu, lalu mereka dibawa kebukit-bukit. Mereka itu menangis dan merendahkan diri kepada Allah Ta'ala. Maka diwahyukan oleh Allah 'Azza wa Jalla kepada nabi-nabi mereka a.s.: "Kalau berjalanlah kamu kepadaKu dengan tapak-kakimu, sehingga pecahlah lutut-lututmu, sampailah tangan-tanganmu kepuncak langit dan penatlah lidah-lidahmu dari mendo'a, tetapi Aku tidak akan mengabulkan orang yang berdo'a dari kamu dan tidak akan mengasihi orang yang menangis dari kamu sebelum kamu, sebelum kamu mengembalikan hak-hak orang yang dizalimi kepada pemiliknya".
Lalu mereka laksanakan pengembalian hak itu, maka mereka pun diturunkan hujan dari hari itu juga".
Berceritera Malik bin Dinar: "Manusia Bani Israil mendapat musibah (bencana) kemarau, lalu keluar mereka berkali^kali meminta hujan. Maka diwahyukan oleh Allah 'Azza wa Jalla pada Nabi mereka, supaya memberi tahukan kepada mereka, yang maksudnya: "Sesungguhnya kamu semua keluar kepadaKu dengan badan najis. Kamu angkatkan kepadaKu tapak-tangan, yang telah kamu tumpahkan darah dengan dia. Kamu isikan penuh perutmu dengan yang haram. Sekarang telah bersangatan benar amarahKu kepadamu dan kamu tidak bertambah dekat kepadaKu, melainkan bertambah jauh".
Berkata Abu'sh-shiddiq An - Naji: "Nabi Sulaiman a.s. keluar berdo'a meminta hujan. Maka lalulah ia dekat seekor semut yang terlentang, belakangnya diatas tanah, mengangkatkan segala kakinya kelangit, seraya mendo'a: "Ya Allah Tuhanku! Sesungguhnya kami adalah suatu makhluk dari makhlukMu dan tiada merasa cukup tanpa rezeki yang Kamu berikan. .Maka janganlah Engkau binasakan kami dengan dosa yang diperbuat oleh selain kami!"
Maka bersabda Sulaiman a.s. kepada rombongannya: "Pulanglah!
Sesungguhnya kamu telah diberikan hujan dengan do'a dari selain kamu!"
Berkata Al-Auza'i: "Serombongan manusia keluar meminta hujan (istisqa'). Maka bangunlah dalam rombongan mereka, Bilal bin Sa'd, Lalu memujikan Allah Ta'ala dan menyanjungNya. Kemudian berkata: "Wahai rombongan orang yang telah hadir! Tidakkah kamu mengaku kepada Allah Ta'ala dengan perbuatan jahat?"
Lalu mereka itu menjawab: "Ya Allah Tuhanku! Benar!"
Maka berdo'a Bilal bin Sa'd: "Ya Allah Tuhanku! Sesungguhnya kami
telah mendengar Engkau berfirman:
 مَا عَلَى الْمُحْسِنِينَ مِنْ سَبِيلٍ
(Maa 'ala'l-muhsiniina min sabiil". — S. Al-Baraah, ayat 91 Artinya: "Tidak ada jalan terhadap orang-orang yang berbuat kebaikan (untuk menyalahkannya)". Kami telah mengaku, berbuat kejahatan, maka adakah pengampunan Engkau, selain kepada orang-orang yang seperti kami? Wahai Allah Tuhanku! Ampunilah kami, kasihanilah kami dan turunkanlah kepada kami hujan!" Maka Bilal mengangkatkan kedua tangannya dan orang banyakpun mengangkatkan tangannya. Maka turunlah hujan kepada mereka".
Dikatakan kepada Malik bin Dinar: "Do'akanlah pada Tuhanmu bagi kami!"
Maka menjawab Malik: "Sesungguhnya kamu memperlambatkan turunnya hujan dan aku memperlambatkan pencegahannya". Diriwayatkan, bahwa Isa a.s. keluar meminta hujan. Maka tatkala mereka itu telah bosan, lalu bersabda Isa a.s.: "Siapa dari kamu yang berbuat dosa, pulanglah! "Maka pulanglah mereka itu semuanya dan tak ada yang tinggal bersama Isa a.s. pada lapangan yang kering itu, selain seorang saja. Lalu bersabda Isa a.s. kepadanya: "Adakah engkau berdosa?" Maka menjawab orang yang seorang itu: "Demi Allah, aku tak tahu sedikitpun bahwa aku berdosa, kecuali pada suatu hari aku mengerjakan shalat, maka lalulah dekatku seorang wanita. Lalu aku menoleh kepadanya dengan mataku ini. Sewaktu wanita itu melintasi aku, maka aku masukkan jariku kedalam mataku, kemudian aku tarikkan kembali dan aku ikuti lagi wanita itu dengan mataku".
Maka bersabda Isa a.s. kepadanya: "Berdo'alah kepada Allah, supaya aku membaca "amin" kepada do'amu!"
Diterangkan, bahwa orang itu lalu mendo'a, maka menampaklah awan hitam dilangit, kemudian langit itu mencurahkan hujan. Merekapun memperoleh air.
Berkata Yahya Al-Ghassani: "Telah ditimpakan kemarau kepada manusia pada masa Daud a.s. Maka mereka memilih tiga orang dari ulamanya, lalu keluar meminta hujan untuk mereka. Berdo'a seorang dari yang tiga itu: "Ya Allah Tuhanku! Sesungguhnya Engkau telah menurunkan dalam Taurat Engkau, bahwa kami mema'afkan orang yang berbuat kezaliman kepada kami. Ya Allah Tuhanku! Sesungguhnya kami telah berbuat kezaliman terhadap diri kami sendiri, maka ma'afkanlah kami!" Berdo'a ulama yang kedua: "Ya Allah Tuhanku! Sesungguhnya telah Engkau turunkan dafam Taurat Engkau, bahwa kami memerdekakan budak-budak kami. Wahai Allah Tuhanku! Sesungguhnya kami adalah budak Engkau, maka merdekakanlah kami!"
Berdo'a ulama yang ketiga: "Wahai Allah Tuhanku! Sesungguhnya telah Engkau turunkan dalam Taurat Engkau, bahwa tidaklah kami menolak orang-orang miskin apabila mereka berdiri dipintu-pintu kami. Wahai Allah Tuhanku! Sesungguhnya kami adalah orang-orang miskin Engkau, kami berdiri dipintu Engkau. Maka janganlah Engkau tolak do'a kami!" Maka hujanpun diturunkan kepada mereka.
Berkata 'Atha' As-Salmi: "Kami tidak diberikan hujan, lalu kami keluar meminta hujan. Tiba-tiba kami bertemu dengan Sa'dun Gila (AI-Majnun) dipekuburan. Maka ia melihat kepadaku, seraya berkata: "Hai 'Atha'! Adakah ini hari kebangkitan atau dikumpulkan apa yang dalam kubur?" Maka aku menjawab: "Tidak! Hanya kami tidak diturunkan hujan, maka kami keluar meminta hujan".
Lalu bertanya Sa'dun Gila: "Dengan hati bumi atau dengan hati langit?" Aku menjawab: "Dengan hati langit!"
Maka menyambung Sa'dun: "Amat jauh itu, hai 'Atha'! Katakanlah kepada orang-orang yang tekebur itu: "Janganlah kamu tekebur! "Karena yang mengecam itu melihat". Kemudian ia menoleh kelangit dengan matanya, seraya mendo'a: "Wahai Tuhanku, yang mengaturku dan yang memerintahkanku! Janganlah Engkau binasakan negeri Engkau disebabkan dosa hamba Engkau! Tetapi dengan rahasia-yang tersembunyi dari nama-nama Engkau dan apa yang disembunyikan oleh hijab-hijab dari segala rahmat Engkau, tidaklah lain, melainkan kiranya Engkau sirami kami dengan air yang banyak membanjir, yang hiduplah hamba-hambaMu dengan air itu dan yang menghilangkan kehausan negeri dengan dia. Wahai kiranya Yang Mahakuasa atas segala sesuatu!" Berkata 'Atha' seterusnya: "Maka belum lagi habis kata-kata itu diucapkan, lalu mengguruhlah langit dan kilat sambung-menyambung dan turunlah hujan, seperti dicurahkan dari langit. Maka Sa'dun berpaling, seraya bermadah:
"Beroleh kemenangan orang zahid dan 'abid,
mereka melaparkan perut karena Tuhannya.
Tidak menidurkan mata yang sakit karena cinta,
maka lalulah malam, sedang mereka berjaga-jaga.
Disibukkan mereka oleh ibadah kepada Allah Ta'ala,
sampai orang menyangka, diantara mereka ada yang gila......."

Berkata lbnu'I-Mubarak: "Aku datang ke Madinah pada tahun kemarau benar. Maka keluarlah manusia meminta hujan. Lalu akupun keluar bersama mereka. Tiba-tiba datanglah seorang budak hitam, dengan memakai dua helai kain kasar. Dia bersarung dengan yang sehelai dan yang sehelai lagi diletakkannya diatas bahunya. Ia duduk dekatku, maka aku dengar ia mendo'a: "Wahai Tuhanku! Adakah Engkau jadikan segala wajah, yang banyak dosa dan perbuatan jahat pada sisiMu? Telah Engkau tahan hujan dari langit untuk Engkau ajarkan hambaMu dengan yang demikian. Maka aku bermohon pada Engkau, wahai yang maha penyantun, yang mempunyai belas-kasihan! Wahai yang tidak dikenal hamba daripadaNya-selain kebaikan. Kiranya menurunkan hujan kepada mereka. jam demi jam!"
Maka terus-meneru.slah budak hitam itu mengucapkan: jam demi jam, sehingga langit berpakaian dengan mendung dan turunlah hujan dari segala penjuru.
Berkata lbnu'I-Mubarak: "Aku pergi kepada AI-FudlaiL maka ia bertanya: "Mengapakah aku melihat engkau susah?" Lalu aku menjawab: "Ada suatu hal yang telah dialami oleh orang lain, lebih dahulu dari kami. Maka dapat diatasinya, tetapi kami tidak". Lalu aku ceriterakan kepadanya ceritera itu. Maka berteriaklah Al-Fudlail, seraya jatuh pingsan".
Diriwayatkan, bahwa Umar bin AJ-Khaththab r.a. meminta hujan dengan 'Abbas r.a. Sewaktu Umar telah selesai dari do'anya, lalu mendo'a 'Abbas: "Ya Allah Tuhanku! Sesungguhnya tidaklah turun bencar.a dari langit, selain disebabkan dosa. Dan dosa itu tidak akan hilang, selain dengan taubat. Dan orang banyak telah menghadapkan wajahnya kepada Engkau, disebabkan aku, karena kedudukanku dari Nabi Engkau صلى الله عليه وسلم.! Inilah tangan kami, kami angkatkan kepada Engkau dengan segala dosa dan kami telah nasehat-menasehati sesama kami dengan taubat! Engkaulah penggembala, yang tidak menyia-nyiakan yang telah hilang dan tidak meninggalkan yang sudah pecah dirumah yang disia-siakan. Sesungguhnya yang kecil, telah merendakan diri, yang besar telah berperasaan halus. Telah meninggilah suara dengan pengaduan dan Engkau mengetahui r.kan rahasia dan yang tersembunyi. Wahai Allah Tuhanku! Maka turunkanlah hujan dengan rahmatMu, sebelum mereka berputus asa. Lalu binasalah mereka. Sesungguhnya, tiada yang berputus asa dari rahmat Allah, selain orang-orang kafir".
Berkata Umar r.a. seterusnya: "Belum lagi habis perkataannya, lalu terangkatlah langit seperti bukit-bukit".

KEUTAMAAN SELAWAT KEPADA RASULULLAH صلى الله عليه وسلم. DAN KELEBIHAN RASULU'LLAH صلى الله عليه وسلم.
Berfirman Allah Ta'ala: (Innallaaha wa malaa-ikatahu yushalluuna 'alan-nabiyyi ya-ayyuhalla dziina aa manuu shalluu alaihi wa sallimuu tasliimaa).
Artinya: "Sesungguhnya Allah dan malaikatNya menyampaikan rahmat (selawat) kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman! Hendaklah kamu menyampaikan selawat dan salam kepadanya dengan sepenuh kehormatan!" — S. Al-Ahzab, ayat 56. Diriwayatkan bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم.: "datang pada suatu hari dan kegembiraan menampak pada wajahnya. Lalu Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Sesungguhnya datang kepadaku Jibril a.s. seraya berkata: "Apakah tak rela engkau, wahai Muhammad, bahwa tidak mengucapkan satu selawat oleh seseorang dari umat engkau kepada engkau, melainkan aku berdo'a (meminta rahmat) kepadanya sepuluh kali? Dan tidak mengucapkan salam seseorang dari umat engkau kepada engkau, melainkan aku mengucapkan salam (meminta kesejahteraan) kepadanya sepuluh kali?" (1).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.:"Barangsiapa berselawat kepadaku,niscaya malaikat berselawat (mendo'akan rahmat) kepadanya, akan apa yang ia telah selawatkan kepadaku. Maka hendaklah ia sedikitkan atau banyakkan ketika itu!" Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Manusia yang paling utama bagiku, ialah yang paling banyak berselawat kepadaku" (2).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Cukuplah kikir seorang mu'min, bahwa disebutkan aku padanya, maka ia tidak berselawat kepadaku" (3). Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Banyakkanlah berselawat kepadaku pada hari Jum'at!" Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Barangsiapa berselawat kepadaku dari umatku, niscaya dituliskan baginya sepuluh kebajikan dan dihapuskan daripadanya sepuluh kejahatan". Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Barangsiapa membaca, ketika mendengar adzan dan iqamah:اللهم رب هذه الدعوة التامة والصلاة القائمة صل على محمد عبدك ورسولك وأعطه الوسيلة والفضيلة والدرجة الرفيعة والشفاعة يوم القيامة  1.Arti do'a tersebut, ialah: "Wahai Allah Tuhanku, yang memiliki do'a yang sempurna ini . dan shalat yang didirikan, berilah rahmat kepada Muhammad hambaMu dan rasulMu! . Anugerahilah kepadanya jalan (al-wasilah), kelebihan, derajat tinggi dan syafa'at pada , hari kiamat!"
(Allaahu'mma ra'bba haadzihi'dda'wati'ttaa-mmati wa'sh-shalaati'l-qaa-imah, sha'lli 'alaa Muhamamadin 'abdika wa rasulik. Wa a'thihi'lwasiilatawa'l-fadiilata wa'ddarajata'rrafiiah.wa'sy-syafaa'ata yauma'l-qiyamah)
Nescaya bertempatlah syafaatku baginya (Hadits ini dirawikan Al-Bukhari dari Jabir.)

1.Dirawikan An-Nasa-i dan Ibnu Hibban dari Abu Thalhah dengan isnad baik. 2.Dirawikan At-Tirmidzi dari Ibnu Mas'ud.hadits ini baik dan gharib.
3.Dirawikan qasim bin Ashbagh dari Al-Hasan bin Ali.

Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Barangsiapa mengucapkan selawat didalam kitab (suatu tulisan), niscaya senantiasalah malaikat mengucapkan istighfar (meminta ampun) untuknya, selama namaku ada pada kitab itu" (1).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Sesungguhnya dibumi itu ada malaikat-malaikat yang berjalan keliling yang menyampaikan salam dari umatku kepadaku". Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Tidaklah seseorang yang mengucapkan salam kepadaku, melainkan dikembalikan oleh Allah kepadaku rohku, sehingga aku menjawab salam kepadanya" (2).
Ditanyakan kepada Nabi صلى الله عليه وسلم.: Wahai Rasulu'llah! Bagaimanakah kami berselawat kepadamu?"Menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Bacalah: "Allaahu'mma sha'lli 'alaa Muhammaddin 'abdika wa 'alaa aalihi wa azwaajihi wadzurriyyaatihi, kamaa she'llaita'alaa Ibraahiima wa-aali Ibraahiim,wabaarik'alaa Muhammadin wa azwaajihi wa dzurriyyaatihi, kamaa baarakta'alaa Ibraahiima wa-aali Ib-raahiim, i'nnaka hamiidu'mmajiid" (3).
Diriwayatkan, bahwa 'Umar bin Al-Khaththab r.a. terdengar menangis setelah wafat Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم., seraya mengatakan: "Demi ibu-bapaku, wahai Rasulullah! Sesungguhnya adalah suatu yang baru lagi mulia (agama Islam), engkau berpidato dihadapan manusia untuk yang baru itu. Tatkala manusia bertambah banyak, engkau ambil mimbar untuk engkau perdengarkan kepada mereka. Maka amat sedihlah yang baru itu berpisah dengan engkau, sehingga engkau letakkan tangan engkau diatasnya, maka barulah ia tentram. Umatmu adalah lebih utama merindukan engkau, karena engkau berpisah dengan mereka.
Demi ibu-bapaku, wahai Rasulu'llah, Sesungguhnya telah sampai kelebihan engkau pada sisiNya, bahwa dijadikanNya tha'at kepada engkau akan tha'at kepadaNya. Berfirman Ia 'Azza wa Jalla: "Barangsiapa mentha'ati Rasul itu, sesungguhnya dia telah mentha'ati Allah". - S. An-Nisa, ayat 80.
Demi ibu-bapaku, wahai Rasulu'llah! Sesungguhnya telah sampai kelebihan engkau pada sisiNya, dengan dikabarkanNya kepada engkau akan dima'afkanNya engkau, sebelum Ia mengabarkan kepada engkau dengan dosa. Maka berfirman Ia yang Mahatinggi: "Telah dima'afkan Allah engkau! Mengapa engkau izinkan mereka (tinggal?)" — S.AI-Baraah, ayat 43.

1.Dirawikan Ath-Thabrani dari Abu Hurairah, dengan sanad dla'if.
2.Dirawikan Abu Dawud dari Abu Hurairah, dengan sanad baik.
3.Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hamid As-Sa'idi.

Demi ibu-bapaku, wahai Rasulu'llah! Sesungguhnya telah sampai kelebihan engkau pada sisiNya. Bahwa diutuskanNya engkau penghabisan dari nabi-nabi dan disebutkanNya engkau pada permulaan dari nabi-nabi itu. Berfirman Allah 'Azza wa Jalla: "Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari engkau (Muhammad), dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa anak Maryam dan Kami ambil dari mereka perjanjian yang sungguh-sungguh". - S. Al-Ahzab, ayat 7. Demi ibu-bapaku, wahai Rasulu'llah! Sesungguhnya telah sampai kelebihan engkau pada sisiNya,bahwa penduduk neraka itu ingin mentha'ati engkau. sedang mereka adalah di'azabkan diantara lapisan-lapisan neraka. Mereka mengatakan: "Wahai! Alangkah baik kiranya (hendaknya) kami patuh kepada Allah dan patuh kepada Rasul!" - S. Al-Ahzab, ayat 66.
Demi bapa dan ibuku, wahai Rasulu'llah! Sungguh, kalau adalah Musa anak 'Imran, diberikan oleh Allah kepadanya batu, dimana, lalu terpancar-pancar daripadanya air Iaksana sungai. Maka apakah yang lebih mena'jubkan lagi, dengan jari-jari engkau, dimana terbit daripadanya air? Diberi rahmat oleh Allah kiranya kepada engkau!
Demi bapa dan ibuku, wahai Rasulu'llah! Sesungguhnya adalah Sulaiman anak Daud, diberikan oleh Allah kepadanya angin, pagi-paginya sebulan dan sorenya sebulan. Maka apakah yang lebih mena'jubkan lagi dari burak, dimana engkau diberangkatkan malam hari (di-isra'-kan) diatas burak itu, kelangit ketujuh, kemudian engkau bershalat Subuh dari malam engkau itu di Abthah? Diberi rahmat oleh Allah kiranya engkau! Demi bapa dan ibuku, wahai Rasulu'llah! Sesungguhnya kalau adalah Isa anak Maryam, diberikan oleh Allah kepadanya, dapat menghidupkan kembali orang mati, maka apakah yang lebih mena'jubkan lagi dari kambing yang diracuni, ketika ia berbicara dengan engkau, sedang ia sudah digoreng, dimana lengannya berkata kepada engkau: "Jangan engkau makan aku, karena aku beracun!"
Demi bapa dan ibuku, wahai Rasulu'llah! Sesungguhnya telah berdo'a Nuh terhadap kaumnya, dengan mengatakan: "Wahai Tuhanku! Jangan Engkau biarkan orang-orang yang bersalah itu bertempat tinggal dimuka bumi!" — S. Nuh, ayat 26. Dan kalaulah engkau berdo'a terhadap kami seperti itu, niscaya binasalah kami semuanya. Maka sesungguhnya telah membungkuk belakang engkau, berdarah muka engkau dan hancur-luluh sendi-sendi engkau, tetapi enggan engkau mengatakan, selain yang kebajikan. Lalu engkau berdo'a: "Wahai Allah Tuhanku! Ampunilah kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui!"
Demi bapa dan ibuku, wahai Rasulu'llah! Sesungguhnya telah diikuti akan engkau didalam kesedikitan umur engkau dan kependekan usia engkau, oleh apa yang tidak diikuti akan Nuh didalam kebanyakan umurnya dan kepanjangan usianya. Sesungguhnya telah beriman kepada engkau, jumlah yang banyak. Dan tidak beriman kepada Nuh, selain dari jumlah yang sedikit.

Demi bapa dan ibuku, wahai Rasulu'llah! Jikalau tidaklah engkau mengambil teman duduk, selain yang sepadan bagi engkau, tentulah tidak engkau duduk-duduk dengan kami. Jikalau tidaklah engkau mengawini, selain yang sepadan dengan engkau, tentulah tidak engkau mengawini pada golongan kami. Dan jikalau tidaklah engkau mewakilkan, selain kepada orang yang sepadan bagi engkau, tentulah tidak engkau mewakilkan kepada kami. Maka sesungguhnya - demi Allah — engkau telah duduk-duduk bersama kami, kawin dengan golongan kami dan mewakilkan sesuatu kepada kami. Engkau pakai bulu, engkau kendarai keledai, engkau ikutkan orang dibelakang engkau, engkau letakkan makanan engkau diatas lantai dan engkau mengambil makanan itu dengan jari-jari engkau, karena engkau merendahkan diri. Diberi rahmat dan kesejahteraan oleh Allah kepada engkau!"
Berkata sebagian mereka: "Adalah aku menuliskan hadits dan membacakan selawat kepada Nabi صلى الله عليه وسلم. didalamnya dan tidak membacakan salam. Maka aku bermimpi Nabi صلى الله عليه وسلم. didalam tidur, yang menanyakan kepadaku: "Mengapa tidak engkau sempurnakan selawat kepadaku dalam tulisanmu itu?" Maka tidaklah aku tuliskan lagi sesudah itu, melainkan aku mengucapkan selawat dan salam kepadanya". Diriwayatkan dari Abi'l-Hasan, yang mengatakan: "Aku bermimpi Nabi صلى الله عليه وسلم. didalam tidur, maka aku bertanya: "Wahai Rasulu'llah! Dengan apa dibalasi Asy-Syafi'i, dimana ia mengatakan didalam kitabnya "Ar-Risalah". "Diberi rahmat kiranya oleh Allah kepada Muhammad, setiap-kali ia disebutkan oleh orang-orang yang menyebutkan dan dilupakan menyebutkannya oleh orang-orang yang melupakan". Maka menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Dibalasi dia dari pihakku, dengan tidak usah berdiri untuk hisab (dikira amalannya dihari kebangkitan)".

KELEBIHAN ISTIGHFAR.
Berfirman Allah 'Azza wa Jalla: "Dan orang-orang itu, apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya dirinya sendiri, mereka ingat kepada Allah, lalu memohon ampun kepadaNya terhadap dosanya". — S. Ali 'Imran, ayat 135.
Berkata 'Alqamah dan Al-Aswad: "Berkata Abdullah bin Mas'ud r.a.: "Dalam Kitab Allah 'Azza wa Jalla ada dua ayat. Tidaklah berdosa seorang hamba akan sesuatu dosa,Talu dibacakannya kedua ayat itu dan dimintanya ampunan Allah 'Azza wa Jalla, melainkan diampunkan oleh Allah Ta'ala baginya; yaitu:
1. Ayat:
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
(Wa'lladziina idzaa fa'aluu faahisyatan au dhalamuu anfusahum — akhir ayat". (S.Ali 'Imran, ayat 135, yang artinya tersebut diatas tadi.
2. Firman Allah 'Azza wa Jalla:وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا (Wa man ya'mai suu-an au yadh-lim nafsahuu, tsu'mma yastagh-firi'llaaha yaj id i'Ilaaha ghafuu-ra'rrahiimaa) — . Artinya: "Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan atau menganiaya . dirinya sendiri, kemudian itu dia meminta ampun kepada Allah, niscaya . akan diperolehnya bahwa Allah itu Pengampun dan Penyayang". — S. An-Nisa, ayat 110.

Berfirman Allah 'Azza wa Jalla:  "Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan pohonkanlah ampunan kepadaNya, sesungguhnya Dia amat suka menerima tobat". - S. An-Nashr. ayat 3.

Berfirman Allah Ta'ala: "Dan orang-orang yang memohon ampunan (kepada Allah) pada akhir malam". ~ S. Ali 'Imran, ayat 17.
Adalah Nabi صلى الله عليه وسلم. banyak mengucapkan:
سبحانك اللهم وبحمدك اللهم اغفر لي إنك أنت التواب الرحيم
"Subhaanaka'llaahu'mma wa bihamdika'l-laahu'mma'gh-firlii, i'nnaka anta't-tawwaabu'rrahiim". Artinya: "Mahasuci Engkau, wahai Allah Tuhanku! Dan dengan pujian kepada Engkau, wahai Allah Tuhanku, ampunilah aku! Sesungguhnya Engkau amat suka menerima tobat dan pengasih" (1).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "
Barangsiapa membanyakkan istighfar, niscaya dijadikan oleh Allah 'Azza wa Jalla "baginya kelapangan dari tiap-tiap kesuslahan dan jalan keluar (way out) dari tiap-tiap kesempitan. Dan dianugerahinya rezeki dari jalan yang tidak disangkanya" (2). Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.:
"Sesungguhnya aku memohonkan ampun (beristighfar) kepada Allah Ta'ala dan bertobat kepadaNya sehari tujuh puluh kali" (3).
Ini, sedang Nabi صلى الله عليه وسلم. itu telah diampunkan apa yang terdahulu dan yang terkemudian daripada dosanya.
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.:
إنه ليغان على قلبي حتى إني لأستغفر الله تعالى في كل يوم مائة مرة
"Sesungguhnya kerinduan menutupi hatiku, sehingga aku memohonkan ampun kepada Allah Ta'ala (membaca istighfar) tiap-tiap hari seratus kali" (4)
1.Dirawikan Al-Hakim dari Ibnu Mas'ud.
2.Dirawikan Abu Dawud dan An-Nasa-i dari Ibnu Abbas.
3.Dirawikan Al-Bukhari dari Abu Hurairah.
4.Dirawikan Muslim dari Al-Agharr.
                                                                                       
Tambahan Bagi Hadis IstighfarMukasurat 952
(MUSLIM - 4870) : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dan Qutaibah bin Sa'id dan Abu Ar Rabi' Al 'Ataki semuanya dari Hammad, Yahya berkata; telah mengabarkan kepada kami Hammad bin Zaid dari Tsabit dari Abu Burdah dari Al Aghar Al Muzanni, -salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, - Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya hatiku tidak pernah lalai dari dzikir kepada Allah, susungguhnya Aku beristighfar seratus kali dalam sehari."
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ عَنْ بُشَيْرِ بْنِ     كَعْبٍ عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَيِّدُ الِاسْتِغْفَارِ
 اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ إِذَا قَالَ حِينَ يُمْسِي فَمَاتَ دَخَلَ الْجَنَّةَ أَوْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَإِذَا قَالَ حِينَ يُصْبِحُ فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ مِثْلَهُ

(BUKHARI - 5848) : Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Yazid bin Zurai' telah menceritakan kepada kami Husain telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Buraidah dari Busyair bin Ka'b dari Syaddad bin Aus dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Sesungguhnya istighfar yang paling baik adalah; jika seorang hamba mengucapkan: 'ALLAHUMMA ANTA RABBI LAA ILAAHA ILLA ANTA KHALAQTANI WA ANA 'ABDUKA WA ANA 'ALA 'AHDIKA WA WA'DIKA MASTATHA'TU A'UUDZU BIKA MIN SYARRI MAA SHANA'TU ABUU`U LAKA BIDZANBI WA ABUU`U LAKA BINI'MATIKA 'ALAYYA FAGHFIRLI FA INNAHU LAA YAGHFIRU ADZ DZUNUUBA ILLA ANTA A'UUDZU BI SYARRI MAA SHANA'TU (Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui dosaku kepada-Mu dan aku akui nikmat-Mu kepadaku, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain-Mu, dan aku meminta ampun dari segala yang pernah aku perbuat) '. Jika ia mengucapkan di waktu sore lalu meninggal, maka ia akan masuk surga. Dan jika ia membacanya di waktu pagi lalu meninggal pada hari, maka ia mendapatkan seperti itu juga (masuk surga)."

Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Barangsiapa membaca ketika meletakkan badannya ditempat tidur:  أستغفر الله العظيم الذي لا إله إلا هو الحي القيوم وأتوب إليه "Astaghfiru'llaaha'l-adhiim, al-ladzii laa ilaaha i'llaahiL, a'l-hayyu'l-qayyuum, wa atuubu ilaih", tiga kali, niscaya diampunkan oleh Allah segala dosanya, meskipun ada seperti buih lautan atau bilangan pasir yang berkumpul atau bilangan daun kayu atau bilangan hari dunia" (1).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم. pada hadits lain: "Barangsiapa membaca bacaan yang tersebut tadi, niscaya diampunkan segala dosanya, meskipun ia lari dari barisan perang (perjuangan)".
Berkata Hudzaifah: "Adalah aku tajam lidah (berkata kasar) terhadap keluargaku, maka aku berkata kepada Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم.: "Wahai Rasulu'llah! "Sesungguhnya aku takut dimasukkan aku oleh lidahku kedalam neraka!"
Maka menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Bagaimanakah engkau dengan membaca istighfar? Sesungguhnya aku meminta ampun kepada Allah (membaca istighfar) sehari seratus kali".
Berkata A'isyah r.a.: "Bersabda kepadaku Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم.: "jika engkau berbuat dosa, maka minta ampunlah kepada Allah dan tobatlah kepadaNya! Sesungguhnya tobat dari dosa itu, ialah menyesal dan membaca istighfar" (2).
Adalah Nabi صلى الله عليه وسلم. membaca dalam istighfar:اللهم اغفر لي خطيئتي وجهلي وإسرافي في أمري وما أنت أعلم به مني اللهم اغفر لي هزلي وجدي وخطئي وعمدي وكل ذلك عندي اللهم اغفر لي ما قدمت وما أخرت وما أسررت وما أعلنت وما أنت أعلم به مني أنت المقدم وأنت المؤخر وأنت على كل شيء قدير  "Allahu'mma'ghfir lii khathii-atii wa jahlii wa israfii fii amrii wa maa anta a'lamu bihii mi'nnii. Allahu'mma'ghfir lii hazlii wa ji'ddii wa khatha-ii wa 'amdii wa ku'llu dzaalika 'indii. Allahu'mma'ghfir lii maa qa'ddamtu wa maaa'khkhartu wa maa asrartu wa maa a'lantu wa maa anta a'-lamu bihii mi'nnii. Anta'l-mu-qa'd-dimu wa anta'l-mua'khkhiru wa anta 'alaa ku'lli syai-in qadiir". Artinya: "Wahai Allah Tuhanku! Ampunilah kesalahanku, kebodohanku, keroyalanku dalam urusanku dan apa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku! Wahai Allah Tuhanku! Ampunilah ke-tidak-sungguhanku dan kesungguhanku, kesalahanku dan kesengajaanku. Dan semua yang demikian itu adalah padaku! Wahai Allah Tuhanku! Ampunilah apa yang telah terdahulu aku kerjakan, apa yang telah terkemudian aku laksanakan, apa yang aku kerjakan secara rahasia, apa yang aku kerjakan secara terang dan apa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku! Engkaulah yang mendahulukan. Engkaulah yang mengemudiankan dan Engkaulah yang mahakuasa diatas tiap-tiap sesuatu!" (3). Berkata Ali r.a.: "Aku adalah orang, dimana apabila mendengar sesuatu hadits dari Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم., niscaya diberi manfa'at kiranya oleh Allah 'Azza wa Jalla kepadaku, dengan apa yang-
1.Dirawikan AtTirmidzi dari Abu sa'id, hadits gharib.
2.Dirawikan AlBukhari dan Muslim.
3.Dirawikan AlBukhari dan Muslim dari Abu Musa.
dikehendakiNya akan bermanfa'at kepadaku. Apabila memperkatakan sesuatu hadits Nabi صلى الله عليه وسلم. dengan aku, oleh seseorang dari shahabatnya, maka aku minta ia bersumpah umuk menguatkan pembicaraannya. Apabila ia bersumpah, niscaya aku benarkan dia".
Berkata Ali r.a. seterusnya: "Abubakar r.a. memperkatakan sesuasu hadits dengan aku dan benariah Abubakar r.a.dimana ia mengatakan: "Aku mendengar Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Tiadalah seorang hamba yang berdosa dengan sesuatu dosa, lalu membaguskan wudhunya, kemudian berdiri, maka mengerjakan shalat dua raka'at. Kemudian membaca istighfar (meminta ampun) pada Allah "Azza wa Jalla, melainkan diampunkan dosanya". Lalu beliau membaca firman Allah Azza wa Jaiia: "Wa'lladziina idzaa fa'aluu faahisyatan au dhalarnuu anfusahum-sampai akhir ayat". (S. Ali 'Imran, ayat 135).
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah dari Nabi صلى الله عليه وسلم., bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Sesungguhnyi; orar.g mu'min, apabila berbuat sesuatu dosa niscaya adalah suaiu titik hitam pada hatinya. Kalau ia bertobat dan mencabutkan diri dan meminta ampun (membaca istighfar), niscaya licinlah hatinya dari titik hitam itu. Kalau bertambah dosanya, maka bertambah titik hitam tadi, sehingga tertutupi. h hatinya". Itulah karat yang disebutkan oieh Allah 'Azza wa Jalla dalam Kitab Nya:
 كَلا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
(Kallaa ba! mana "alaa quluubihim maa kan-'u yaksibuun). Artinya: "Janganlah. berfikir begitu! Bahkan, apa yang telah mereka kerjakan itu menjadi karat bagi hati mereka". - S. Al-Muthaffifin, ayat 14.
Diriwayatkan Abu Hurairah r.a., bahwa Nahi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Sesungguhnya Allah s.w.t. meninggikan derajat hambaNya dalam sorga. Maka berkata hamba itu: "Bagaimanakah maka ini bagiku?" Maka berfirman Allah 'Azza wa Jalla: "Dengan pembacaan istighfar anakmu untukmu!" (1).
Diriwayatkan. "A'isyah r.a. Dahwa Nabi صلى الله عليه وسلم. membaca do'a. yang maksudnya: "Wahai Allah Tuhanku! Jadikanlah aku sebahagian dari mereka, dimana mereka apabila berbuat baik, merasa gembira dan apabila berbuat jahat meminta ampun (membaca istighfar)". Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Apabila berbuat dosa hamba dengan sesuatu dosa lalu membaca: "Allahu'mma'ghfir lii". - (Wahai Allah Tuhanku, ampunilah dosaku!), maka berfirman Allah 'Azza wa Jalla: "Telah berdosa hambaKu dengan sesuatu dosa, maka diketahuinya bahwa ia mempunyai Tuhan, yang menyiksakan dengan dosa dan mengampunkan dosa. Wahai hambaKu! Berbuatlah apa yang engkau kehendaki! Maka sesungguhnya Aku telah mengampunkan dosa engkau!" (2).

1. Dirawikan Ahmad Dari  Abu Hurairah, dengan isnad baik.
2. Dirawikan AlBukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.

Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Tiada kekal didalam dosa. orang yang mengucapkan istighfar, meskipun ia kembali daiarn sehari tujuh puluh kali". Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Bahwa seseorang yang tidak pernah sekali juga berbuat kebajikan, yang memandang kelangit lalu mengucapkan: "Bahwa aku mempunyai Tuhan. Wahai Tuhanku! Ampunilah dosaku!" Maka berfirman Allah 'Azza wa Jalla: "Telah Kuampunkan dosamu!" (1). Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Barangsiapa berbuat suatu dosa, muka ia mengetahui bahwa Allah telah melihatnya, niscaya diampunkan dosanya, walaupun ia tidak meminta ampun" (2).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Berfirman Allah Ta'ala: "Hai hambaKu! Semua kamu berdosa, kecuali orang yang telah Aku ma'afkan. Maka minta ampunlah kepadaKu, niscaya Aku ampunkan dosamu! Dan siapa yang mengetahui, bahwa Aku mempunyai kekuasaan untuk mengampunkan dosanya, niscaya ia Aku ampunkan dan tiada Aku hiraukan yang lain". Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Barangsiapa membaca: "Subhaanaka dhalamtu nafsii wa 'amiltu suu-an, faghfir lii fa i'nnahu laa jaghfiru'dz-dzu-nuuba i'llaa anta". - (Mahasuci Engkau! Aku telah menganiaya diriku sendiri dan aku telah berbuat kejahatan. Maka ampunilah dosaku dan sesungguhnya iiada yang mengampunkan dosa, selain Engkau). niscaya Aku ampunkan segala dosanya, walaupun dosa itu seperti tempat berjalan semut adanya".
Diriwayatkan: "bahwa istighfar yang lebih utama, ialah: "Allaahu'mma anta ra"bbii wa ana 'abduka khalaqtanii, wa ana 'alaa 'ahdika wa wa'dika ma'statha'tu, a'uudzu bika min sya'rri maa shana'tu, abuu-u laka bini'matika 'alayya wa abuu-u 'alaa nafsii bidzanbii.Fa qad dhalamtu nafsii wa'taraftu bidzanbii, faghfir lii dzunubii, ma qa'ddamtu minhaa wa maa a'khkhartu, fa i'nnahuu laa jaghfiru'dz-dzunuuba jamii'aha i'lla anta". Artinya: "Wahai Allah Tuhanku! Engkau Tuhanku dan aku hambaMu. Engkau jadikan aku dan aku diatas janjiMu dan perjanjianMu, menurut kesanggupanku. Aku berlindung dengan Engkau dari kejahatan yang aku perbuat. Aku mengakui bagiMu dengan keni'matanMu kepadaku dan aku mengakui atas diriku dengan dosaku. Maka sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri dan aku mengaku dengan kedosaanku. Maka ampunilah segala dosaku, apa yang telah aku kerjakan, yang dahulu dan yang kemudian daripadanya. Sesungguhnya tiadalah yang mengampunkan segala dosa, selain Engkau".
Adapun a t s a r, maka yaitu: berkata Khalid bin Ma'dan: "Berfirman Allah 'Azza wa Jalla: "Yang terlebih sayang hambaKu kepadaKu, ialah: mereka yang sayang-menyayangi dengan mencintai Aku, yang terikat hatinya dengan masjid dan yang beristighfar pada waktu sahur. Mereka itu, apabila Aku berkehendak . menyiksakan penduduk bumi, lalu Akuingat kepada mereka. Maka Kutinggalkan mereka dan Kusingkirkan siksaan dari mereka".

1. Menurut Allraqi, dia tidak mengetahui asal hadits ini
2. Dirawikan AthThabrani dari Ibnu Mas'ud dengan sanad dla'if.

ingat kepada mereka. Maka Kutinggalkan mereka dan Kusingkirkan siksaan dari mereka".
Berkata Qatadah r.a.: "Al-Qur'an itu menunjukkan kamu kepada penyakit dan obat kamu. Adapun penyakit kamu, ialah dosa dan obat kamu, ialah istighfar"
Berkata Aii-dimuliakan Allah akan wajahnya: "Kebanggaan diri itu, adalah dari orang yang akan binasa dan bersamanya ada yang melepaskannya".
Lalu orang bertanya kepadanya: "Apakah yang melepaskannya itu?" Ali menjawab: "Al-istighfar!"
Dan Ali berkata lagi: 'Tiadalah diilhamkan Allah s.w.t. kepada seseorang hamba akan istighfar, dimana Ia berkehendak meazabkannya". Berkata Al-Fudlail: "Perkataan seorang hamba: "Astaghfiru'llah", penafcirannya, ialah: "Kurangkanlah dosaku!"
Berkata setengah ulama: "Hamba itu diantara dosa dan ni'mat. Tiada diperbaiki keduanya, selain oleh pujian kepada Allah Ta'ala dan istighfar".
Berkata Ar-Rabi'bin Khaitsam r.a. "Janganlah diucapkan oleh seseorang kamu: "Astaghfiru"llaaha wa atuqbu ilaih". (Aku meminta ampun pada Allah dan aku bertobat kepadaNya). Karena itu adalah dosa dan bohong, jika tidak dikerjakan. Tetapi hendaklah diucapkan: "Allahu'mma'ghfir lii wa tub 'alayya". (Wahai Allah Tuhanku, ampunnilah dosaku dan terimalah tobatku!"
Berkata Al-Fudlail r.a: "Al-istighfar tanpa mencabut diri dari dosa, adalah tobat orang-orang pendusta". Berkata Rabi'ah Al-'Adawi-yah r.a.: "Istighfar kita memerlukan kepada banyak istighfar". Berkata setengah hukama' (ahli hikmah): "Barangsiapa mendahulukan pembacaan istighfar daripada penyesalan, adalah dia mempermain-mainkan Allah 'Azza wa Jalla, sedang ia tiada mengetahui yang demikian". Pernah terdengar seorang Arab Badui, dimana ia bergantung pada tirai Ka'bah, mengucapkan: "Wahai Allah Tuhanku! Sesungguhnya istighfarku serta aku berkekalan berbuat dosa, adalah tercela. Dan aku tinggalkan beristighfar kepadaMu, serta aku mengetahui dengan luasnya kema'afanMu, adalah suatu kelemahan. Alangkah sangatnya kesayanganMu kepadaku dengan bermacam ni'mat, sedang Engkau tidak memerlukan kepada aku! Alangkah banyaknya aku mengerjakan ma'siat, yang membawa kepada kemarahanMu, serta aku berhajat benar kepadaMu! Wahai kiranya Tuhan, apabila berjanji maka menepati akan janjinya dan apabila menjanjikan siksaan kepada orang yang berbuat ma'siat, lalu memberi maaf! Masukkanlah dosaku yang besar kedalam kema'afanMu yang agung, wahai yang maha pengasih dari segala yang pengasih!"
Berkata Abu Abdullah Al-Warraq: "Jikalau ada dosamu seumpama bilangan titik air dan ombak lautan, niscaya dihapuskan dari padamu, apabila engkau mendo'a kepada Tuhanmu dengan do'a ini, dengan ikhlas insya Allah Ta'ala. Yaitu:

"Wahai Allah Tuhanku! Sesungguhnya aku meminta ampun pada Engkau dari tiap-tiap dosa, yang aku bertobat kepada Engkau daripadanya, kemudian aku kembali padanya. Aku meminta ampun pada Engkau dari tiap-tiap apa yang aku berjanji kepada Engkau dari diriku dan tidak aku menepatinya kepada Engkau. Aku meminta ampun pada Engkau, daripada tiap-tiap perbuatan yang aku bermaksud dengan dia akan Wajah Engkau, lalu dicampurkan oleh selain Engkau. Aku meminta ampun pada Engkau daripada tiap-tiap nikmat, yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, maka aku beroleh bantuan dengan ni'mat tadi untuk berbuat kema'siatan kepada Engkau. Aku meminta ampun pada Engkau, wahai yang maha tahu yang gaib-gaib dan yang tampak dari segala dosa yang aku kerjakan dalam terang siang dan gelap malam, dihadapan orang banyak atau ditempat sunyi, dalam tempat rahasia dan tempat terang, wahai yang Maha penyantun!" Dikatakan, bahwa istighfar tadi adalah istighfar Nabi Adam a.s. dan ada yang mengatakan: istighfar Nabi Khidr a.s.

bersambung      



Categories: Share

Pembukaan

Klik Di bawah untuk pdf version Ihya Jilid 1 PDF Ihya Jilid 2 Pdf IHYA ULUMUDDIN AL GHAZALI Arabic Versio...