Kitab Zikir dan Doa
KITAB DZIKIR DAN DO'A.
Segala
pujian bagi Allah yang melengkapi kasih-sayangNya, yang meratai rahmatNya, yang
memberi balasan kepada hambaNya dari ingatan (dzikir) mereka dengan ingatanNya.
Maka berfirman Allah Ta'ala: فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ (Fadzkuruuni
adz-kurkum).
Artinya:
"Maka
ingatlah kepada Aku, supaya Aku ingat pula kepadamu". — S. Al-Baqarah ayat 152. Dan
digalakkanNya mereka meminta dan berdo'a dengan amarNya, yaitu firmanNya: ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ (Ud'uunii
astajib lakum).
Artinya:
"Mendo'alah kepadaKu, nanti Kuperkenankan (permintaan) kamu itu".
- S. Al-Mu'min, ayat 60. Maka diberiNya harapan kepada orang yang tha'at dan
orang yang ma'siat, orang dekat dan yang jauh, menghamparkan diri kehadhirat
keagunganNya, dengan mengangkatkan segala hajat dan cita-cita, dengan
firmanNya:
فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا
دَعَانِ
(Fa-innii
qariibun ujiibu da'watad-daa'i idzaa da'aani).
Artinya!
"Maka sesungguhnya Aku dekat. Aku memperkenankan permintaan orang yang
meminta, apabila ia meminta (berdo'a) kepadaKu." - S. Al-Baqarah, ayat
186.
Selawat
kepada Muhammad penghulu nabi-nabiNya dan kepada keluarga dan
sahabatnya-teman-temannya yang baik dan jujur. Dan sejahteralah kiranya dengan
kesejahteraan yang banyak!
Kemudian
dari itu, sesudah tilawah Kitabu'llah 'Azza wa Jalla, maka tiadalah ibadah yang
dikerjakan dengan lisan yang lebih utama, daripada mengingati (berdzikir)
kepada Allah Ta'ala dan mengangkatkan hajat dengan berbagai macam do'a yang
ikhlas kepada Allah Ta'ala.Dari itu, maka tak boleh tidak dari uraian keutamaan
dzikir secara umum.
Kemudian
secara terperinci tentang bentuk dzikir dan uraian keutamaan do'a,
syarat-syarat dan adabnya. Dan menaqalkan do'a-do'a yang diterima dari Nabi dan
para shahabat, yang mengumpulkan segala maksud agama dan dunia. Dan do'a-do'a
tertentu untuk meminta ampunan, perlindungan dan lain-lain.Dan terurailah
maksud yang demikian dengan menyebutkan lima bab:
Bab Pertama:
tentang keuntamaan dzikir dan faedahnya, secara kesimpulan dan perincian.
Bab Kedua:
tentang keutamaan do'a dan adabnya, keutamaan istighfar (meminta ampun pada
Allah Ta'ala) dan berselawat kepada Rasulu'llah
صلى الله عليه
وسلم
Bab Ketiga:
tentang do'a-do'a pilihan yang diterima dari para shahabat (do'a ma'tsur) dan
yang disandarkan kepada yang mempunyainya dan sebab-sebab dari do'a itu.
Bab Keempat:
tentang do'a-do'a
pilihan yang dibuang sandarannya (al-isnad), dari do'a-do'a yang diterima dari
para shahabat. Bab Kelima: tentang do'a-do'a yang diterima dari para shahabat,
ketika terjadi peristiwa-peristiwa tertentu.
BAB PERTAMA: tentang
keutamaan dzikir dan faedahnya secara kesimpulan dan penguraian dari ayat-ayat,
hadits-hadits dan atsar-atsar.
Ditunjukkan
kepada keutamaan dzikir secara kesimpulan, dari ayat-ayat, oleh firman Allah
s.w.t.: "Maka ingatlah kepada Aku, supaya Aku ingat pula
kepadamu!" - S. Al-Baqarah, ayat 152.
Berkata Tsabit Al-Bannani r.a.: "Sesunggunya aku tahu, manakala aku
diingati oleh Tuhanku 'Azza wa Jalla, maka susahlah mereka itu dari kerenanya".Lalu mereka bertanya: "Bagaimanakah kamu tahu yang
demikian?" Menjawab Tsabit AI-Bannani: "Apabila aku ingat
kepadaNya, niscaya Ia ingat kepadaku". Berfirman Allah Ta'ala:
(Udzkuruliaaha
dzikran katsii-raa).
Artinya:
"Ingatilah Allah sebanyak-banyaknya". - S. Al-Ahzab, ayat 41.
Berfirman Allah Ta'ala: "Maka apabila kamu berangkat dari 'Arafah,
ingatlah Allah dekat Peringatan-Suci (Al-Masy-'ari'l-Haram) dan ingatlah
Dia, sebagaimana kamu telah ditunjukiNya", S. Al-Baqarah, ayat 198.
Dan firman Allah 'Azza wa Jalla: "Setelah kamu selesai
mengerjakan hajji, ingatlah Allah sebagai kamu mengingati bapamu sendiri atau
lebih dari itu". - S. Al-Baqarah, ayat 200.
Dan
firman Allah Ta'ala:"Orang-orang yang mengingati Allah, ketika berdiri
dan duduk dan ketika berbaring".- S.Ali 'Imran, ayat 191.
Dan firman Allah Ta'ala: "Apabila kamu telah selesai mengerjakan shalat,
maka ingatlah Allah diwaktu berdiri , diwaktu duduk dan ketika berbaring. -
S. An-Nisa', ayat 103. Berkata Ibnu 'Abbas r.a.: "Artinya:
Ingatilah Allah pada malam dan siang, didarat dan dilaut, dalam perjalanan dan
ditempat tinggal, waktu kaya dan miskin, waktu sakit dan sehat, secara berbisik
dan dengan terang - terangan".
Berfirman Allah Ta'ala tentang celaan terhadap orang-orang munafiq: "Mereka
(orang-orang munafiq) tiada mengingati Allah, kecuali sedikit sekali".
— S. An-Nisa, ayat 142.
Dan firman Allah 'Azza wa lalla: "Dan ingatilah Tuhanmu dalam
hatimu dengan rendah hati dan takut dan bukan dengan suara keras, diwaktu pagi
dan petang. Dan janganlah engkau termasuk sebahagian dari orang-orang
lalai". S.Al—A'raf ayat 205.
Firman Allah Ta'ala: "Dan sesungguhnya mengingati Allah itu amat besar
manfa'atnya".- S. AI-Ankabut, ayat 45.
Berkata Ibnu 'Abbas r.a.: "Mengingati
Allah Ta'ala itu mempunyai dua segi: -
1.Bahwa
Allah Ta'ala mengingati kamu adalah lebih besar daripada kamu . mengingati Dia.
2.Bahwa
mengingati Allah itu adalah lebih besar dari segala ibadah yang lain.
Demikianlah tersebut pada ayat-ayat tadi dan pada ayat-ayat
yang lain yang tidak diterangkan disini.
Adapun hadits,
maka bersabda Rasulu'llah صلى الله عليه
وسلم "Orang yang berdzikir kepada Allah
(mengingati Allah) diantara orang-orang yang lalai, adalah seperti pohon kayu
hijau, ditengah-tengah pohon kayu yang kering". (1).
Dan sabda Nabi
صلى الله عليه
وسلم"Orang yang
berdzikir kepada Allah diantara orang-orang yang lalai, adalah seperti orang
yang berperang, diantara orang-orang yang lari dari medan perang".
Bersabda Nabi
صلى الله عليه
وسلم "Berfirman Allah 'Azza wa Jalla: "Sesungguhnya
Aku bersama hambaKu, selama ia mengingati Aku dan bergerak dua bibirnya
menyebutkan Aku".
Bersabda Nabiصلى الله عليه وسلم "Tidak
berbuatlah anak Adam (manusia) dari sesuatu perbuatan, yang lebih melepaskan
dia dari azab Allah, dari berdzikir kepada Allah 'Azza wa Jalla" (2). Lalu para shahabat bertanya: "Wahai Rasulu'llah!
Tidakkah jihad fi sabili'llah yang lebih melepaskan?"Menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم "Tidaklah
jihad fi sabili'llah, kecuali engkau pukul dengan pedangmu, sehingga putus,
kemudian engkau pukul dengan pedangmu sehingga putus".
Bersabda
Nabi صلى الله عليه
وسلم "Barangsiapa ingin bermain-main
dalam kebun sorga, maka hendaklah membanyakkan dzikir kepada Allah 'Azza wa
Jalla".
Ditanyakan Rasulu'llah صلى الله عليه
وسلم "Amalan manakah yang paling
utama?"
Maka
menjawab Nabi صلى الله عليه
وسلم"Bahwa
engkau meninggal dunia dan lidahmu basah dengan menyebut Allah Azza wa
Jalla".
Bersabda
Nabi صلى الله عليه
وسلم"Berpagi
dan bersorelah dan lidahmu itu basah dengan menyebutkan Allah (berdzikir kepada
Allah), dimana
engkau berpagi dan bersore itu dan tak ada padamu kesalahan".
Bersabda
Nabi صلى الله عليه
وسلم"Sesungguhnya
berdzikir kepada Allah "Azza wa Jalla pada pagi dan sore, adalah lebih
utama daripada menghancurkan pedang pada sabili'Ilah dan daripada memberikan
harta yang banyak terus-menerus".
1.Dirawikan Abu Naim Dari Ibnu Umar dengan Isnad Daif
2.Dirawikan Ibnu Abi Syaibah Dari Muadz Dengan Isnad Hassan.
|
Bersabda Nabi
صلى الله عليه
وسلم "Berfirman Allah yang Mahasuci
dan Mahatinggi: "Apabila diingati Aku oleh hambaKu pada dirinya, niscaya
Aku mengingati dia pada diriKu. Apabila ia menyebutkan Aku dalam kumpulan orang
banyak niscaya Aku menyebutkan dia dalam kumpulan yang lebih baik dari
kumpulannya. Apabila ia mendekati Aku sejengkal, niscaya Aku mendekatinya
sehasta. Dan apabila ia mendekati Aku sehasta, niscaya Aku mendekatinya sedepa.
Dan apabila ia berjalan kepadaKu, maka Aku berlari kepadanya". Yang
dimaksudkan dengan "berlari"
itu, ialah "bersegera memperkenankan".
Bersabda
Nabi صلى الله عليه
وسلم"Tujuh
orang dinaungi oleh Allah 'Azza wa Jalla pada naunganNya, dihari yang tak ada
naungan, selain ari naungan Allah. Dalam jumlah yang tujuh itu, ialah orang
yang berdzikir kepada Allah pada tempat yang sepi. Lalu berlinanglah air matanya
dari ketakutan kepada Allah" (1).
Berkata Abu'd-Darda':"Bersabda Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم "Adakah tidak aku beritahukan
kepadamu akan amalanmu yang baik dan lebih suci pada Tuhanmu, yang terlebih
tinggi pada derajatmu dan yang terlebih baik bagi kamu, daripada memberikan
perak dan emas dan yang terlebih baik bagi kamu daripada menjumpai musuhmu,
lalu kamu pukul lehernya dan dipukulnya leher kamu?"Para shahabat itu
menjawab: "Yang manakah itu, wahai Rasulu'llah?" Nabi صلى الله عليه وسلم
menjawab: "Berkekalan
mengingati (berdzikir) akan Allah 'Azza wa Jalla" (2).
Bersabda
Nabi صلى الله عليه
وسلم "Berfirman Allah 'Azza wa Jalla:"Barangsiapa
menghabiskan waktunya berdzikir kepadaKu, tanpa meminta kepadaKu, niscaya Aku
berikan kepadanya, yang lebih utama, daripada apa yang Aku berikan kepada
orang-orang yang meminta" (3).
Adapun dari atsar: maka berkata Al-Fudlail: "Sampai kepada kami riwayat,
bahwa Allah 'Azza wa Jalla berfirman: "Wahai hambaKu! Berdzikirlah
kepadaKu sesudah Shubuh sejam, sesudah 'Ashar sejam, niscaya Aku cukupkan
kepadamu apa yang diperlukan diantara kedua waktu tadi!"
Berkata setengah ulama: "Bahwa Allah 'Azza wa Jalla berfirman: "Barang
manapun hamba yang Aku melihat kepada hatinya, maka Aku melihat, kebanyakan
daripadanya berpegang teguh dengan mengingati Aku, dimana Aku memegang kendali
siasatnya dan adalah Aku yang duduk, yang bercakap-cakap dan yang
mengawaninya".
Berkata Al-Hasan:
"Dzikir
itu dua: berdzikir akan Allah 'Azza wa Jalla antara diri engkau dan Allah 'Azza
Jalla. Alangkah bagusnya dan alangkah besar pahalanya. Dan yang lebih utama dari itu, ialah
mengingati Allah s.w.t. pada apa yang diharamkan oleh Allah 'Azza wa
Jalla".
1.Dirawikan Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.
2.Dirawikan At Tirmidzi ,ibnu madjah dan Alhakim dan Abi
Darda dan sahih isnad
3.Dirawikan Al Bukhari dan Al Baihaqi Dari Umar Bin Al
Khattab.
|
Diriwayatkan: "Bahwa tiap-tiap nyawa yang keluar dari
dunia itu haus, selain orang yang berdzikir akan Allah 'Azza wa Jalla".
Berkata Mu'az bin Jabal r.a.: "Tiadalah sesuatu yang membawa kepada penyesalan bagi ahli
sorga, selain dari sa'at-sa'at yang lalu pada mereka, dimana mereka tiada
berdzikir akan Allah s.w.t. padanya". Wa'llahu Ta'ala a'lam! Allah yang
Mahatinggi, yang Mahatahu!
KEUTAMAAN MAJLIS DZIKIR.
Bersabda Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم "Tidaklah duduk suatu
kaum pada suatu majelis (tempat duduk), dimana mereka berdzikir akan Allah
'Azza wa Jalla, melainkan mereka dikelilingi oleh malaikat, diliputi oleh
rahmat dan disebutkan mereka oleh Allah Ta'ala dalam golongan orang yang
dihadliratNya" (1).
Bersabda Nabi
صلى الله عليه
وسلم'Tidaklah suatu kaum
yang berkumpul berdzikir akan Allah Ta'ala, yang tidak bermaksud dengan yang
demikian itu, selain wajahNya, melainkan diserukan mereka oleh penyeru dari langit:
"Bangunlah, dimana kamu telah diampunkan! Sesungguhnya segala keburukan
kamu telah digantikan dengan kebaikan bagimu".
Bersabda pula Nabi
صلى الله عليه
وسلم "Tidak duduklah suatu
kaum pada suatu tempat duduk, dimana mereka tiada berdzikir (menyebut nama
/mengingati) akan Allah s.w.t. padanya dan tiada berselawat akan Nabi صلى الله عليه وسلم melainkan adalah yang demikian itu menjadi
suatu penyesalan kepadanya pada hari kiamat' (2)
Bersabda Nabi Daud a.s.: "Wahai Tuhanku! Apabila
Engkau melihat aku melewati majelis orang berdzikir, kemajelis orang-orang
lalai, maka pecahkanlah kakiku, supaya tidak sampai kepada mereka. Karena itu
adalah suatu ni'mat yang Engkau anugerahkan kepadaku".
Bersabda Nabi
صلى الله عليه
وسلم"Suatu
majelis yang baik akan menutupkan (dosa) dari orang mu'min, pada dua juta
majelis yang jahat" (3).
Berkata Abu Hurairah r.a.: "Bahwa penduduk langit memperhatikan rumah-rumah
penduduk bumi, yang disebutkan padanya nama Allah Ta'ala, sebagaimana
diperhatikan bintang-bintang dilangit".
Berkata
Sufyan bin 'Uyainah r.a: "Apabila-berkumpullah suatu kaum yang berdzikir
akan Allah Ta'ala, niscaya berpisahlah setan dan dunia. Lalu berkata setan
kepada dunia: 'Tidakkah kamu melihat apa yang diperbuat mereka?" Lalu
menjawab dunia: "Tinggalkanlah mereka! Karena apabila mereka
bercerai-berai nanti, niscaya aku pegang leher mereka dan aku bawa
kepadamu".
1.Dirawikan Muslim dari Abu Hurairah
|
2.Dirawikan At tirmidzi dari Abu Hurairah.
|
3.Menurut Al Iraqi,Beliau tidak pernah menjumpai hadis ini
|
Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a., bahwa ia masuk kepasar, seraya
mengatakan; "Aku lihat kamu disini, sedang pusaka dari Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم. dibagi-bagikan daiam masjid".
Maka
pergilah manusia kemasjid dan meninggalkan pasar. Lalu mereka tiada melihat
pusaka itu. Maka mereka bertanya: "Wahai Abu Hurairah! Kami tak ada
melihat pusaka yang dibagi-bagikan dalam masjid. Menjawab Abu Hurairah.
"Apakah yang kamu lihat disitu?" Mereka menjawab: "Yang kami
lihat, ialah suatu kaum berdzikir akan Allah 'Azza wa Jalla dan membaca
Al-Qur'an".
Maka nenyambung Abu Hurairah: "Itulah pusaka Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم.".
Diriwayatkan
Al-A'masy dari Abi Shalih dan Abi Shalih meriwayatkan dari Abi Hurairah dan Abi
Sa'id Al-Khudri, dari Nabi صلى
الله عليه وسلم.,
bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Bahwa Allah 'Azza wa
Jalla mempunyai malaikat-malaikat yang meninjau dibumi, lebih-lebih tentang
penulisan-penulisan amalan manusia. Apabila mereka mendapati suatu kaum yang
berdzikir akan Allah 'Azza wa Jalla, niscaya mereka panggil-memanggil sesama
mereka: "Pergilah kepada tujuanmu!" Lalu mereka pun datang
mengelilingi orang yang berdzikir itu sampai kelangit".
Maka berfirman Allah yang Mahasuci dan Mahatinggi: "Barang apakah yang sewaktu kamu
tinggalkan hambaKu, yang dikerjakan mereka?"
Menjawab para malaikat: "Kami tinggalkan mereka memuji Engkau, mengagungkan
Engkau dan mengucapkan tasbih kepada Engkau". Maka berfirman Allah yang
Mahasuci dan yang Mahatinggi: "Adakah mereka melihat Aku!" Menjawab
para malaikat: 'Tidak!"
Maka
berfirman Allah yang Mahaagung: "Bagaimanakah, kalau mereka melihat
Aku?"
Menjawab
para malaikat: "Jikalau mereka melihat Engkau, niscaya bertambah-tambahlah
pen-tasbih-an, pemujian dan pengagungan mereka". Berfirman Allah Ta'ala
kepada para malaikat: "Dari apakah mereka berlindung?"
Menjawab
para malaikat: "Dari neraka!"
Maka
berfirman Allah Ta'ala: "Adakah mereka melihat neraka itu?" Menjawab
para maiaikat: 'Tidak!"
Maka
berfirman Allah 'Azza wa Jalla: "Bagaimanakah kalau mereka
melihatnya?"
Menjawab
para malaikat: "Jikalau mereka melihat neraka itu, niscaya sangat la h
mereka Jari daripadanya dan menjauhkan diri". Maka berfirman Allah 'Azza
wa Jalla: "Apakah yang mereka cari?" Menjawab para malaikat:
"Sorga!"
Maka
berfirman Allah Ta'ala: "Adakah mereka melihat sorga?" Menjawab para
malaikat: "Tidak!"
Maka
berfirman Allah Ta'ala: "Bagaimanakah kalau mereka melihatnya?" Menjawab
para malaikat: "Kalau mereka melihat sorga itu, maka sesungguhnya
sangatlah ingin mereka kepadanya".
Maka
berfirman Allah yang Mahaagung: "Sesungguhnya, Aku mengaku padamu, bahwa
telah Kuampunkan dosa mereka!"
Menjawab
para malaikat: "Dalam golongan mereka itu, ada si Anu, yang tiada
berkehendak kepada mereka. Ia datang, hanya karena ada suatu keperluan".
Maka
berfirman Allah 'Azza wa Jalla: "Mereka itu adalah kaum, yang tidak merugi
orang yang duduk bersama mereka".
KEUTAMAAN TAHLIL. Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم,
أفضل ما قلته أنا والنبيون
من قبلي لا إله إلا الله وحده لا شريك له
(Afdlalu
maa qultu ana wan- nabiyyuuna min qablii "laa ilaaha illallaahu wahdahu
laa syariika I ah).Artinya: "Yang lebih utama dari apa yang aku bacakan
dan yang dibacakan oleh para nabi sebelumku, ialah: "Laa illaaha
i'lla'llaahu wahdahu laa syariika lah".Artinya: 'Tiada Tuhan yang
disembah, selain Allah yang Esa, tiada sekutu bagiNya" (1).
Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم.: "Barangsiapa membaca: لا إله
إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير "Laa
ilaaha i'lla'Haa hu wahdahu laa syariika lah, lahu'l-mulku wa lahu'l-hamdu wa
hua 'alaa kullii syai-in qadiir", - Artinya:'Tiada Tuhan yang disembah,
selain Allah yang Esa, tiada sekutu bagiNya. BagiNya kerajaan dan bagiNya
pujian dan Dia mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu", pada tiap-tiap hari
seratus kali, niscaya adalah baginya menyamai dengan memerdekakan sepuluh orang
budak. Dan dituliskan baginya seratus kebaikan, dihapuskan daripadanya seratus
kejahatan dan memeliharakannya dari setan pada hari itu sampai sore. Dan
seorangpun tiada mengerjakan amalan, yang lebih utama dari-pada apa yang
dikerjakannya itu, kecuaii seseorang yang berbuat amalan lebih banyak dari
itu" (2).
1.Sudah di terangkan dalam Bab Haji Dahulu
|
2.Dirawikan Bukhari dan muslim dari abu Hurairah
|
Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم 'Tiadalah seorang hamba yang berwudlu',
lalu membaguskan wadlu'nya, kemudian mengangkatkan matanya kelangit, lalu
membaca: أشهد أن لا إله إلا الله
وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله "Asyhadu
an laa ilaaha i'llallaah, wahdahuu laa syariika lah, wa asyhadu a'nna
Muhammadan 'abduhu warasuluh", - artinya:"Aku mengaku bahwa tiada
Tuhan yang disembah, selain Allah yang Esa, tiada sekutu bagiNya. Dan aku mengaku,
bahwa Muhammad itu hambaNya dan RasulNya" - melainkan dibukakan baginya
segala pintu sorga, ia masuk dari mana ia suka" (1).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم"Tidaklah
atas orang-orang yang selalu membaca" لا إله إلا الله Laa
ilaaha i'lla'llaah, ketakutan didalam kubur dan pada kebangkitan. Seolah-olah
aku melihat mereka ketika ditiup sangka-kala, menggerak-gerakkan kepalanya dari
tanah, seraya mengucapkan: "Segala pujian bagi Allah yang telah
menghilangkan dari kami kegundahan. Sesungguhnya Tuhan kami itu, maha pengampun
dan maha bersyukur" (2).
Bersabda pula Nabi صلى الله عليه
وسلم kepada Abu Hurairah:"Wahai Abu
Hurairah! Sesungguhnya tiap-tiap kebajikan yang engkau kerjakan, akan ditimbang
pada hari qiamat, kecuali pengakuan: Tiada Tuhan yang disembah, selain Allah لا إله
إلا الله Lailaha
i'lla'llah), maka ini tidak diletakkan dalam neraca. Karena kalau diletakkan
dalam sebelah daun neraca orang yang mengucapkannya dengan sebenarnya dan
diletakkan langit dan bumi yang tujuh lapis dan barang yang didalamnya, dalam
sebuah lagi dari daun neraca itu, nescaya adalah لا إله
إلا الله "Laa
ilaaha i'lla'liaah" lebih berat dari itu" (3).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Jikalau datanglah orang yang
membacakan لا إله إلا الله Laa
ilaaha i'lla'liaah" dengan sebenar-benarnya, dengan dosa yang memenuhi
bumi, niscaya diampunkan oleh Allah baginya yang demikian itu".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Wahai Abu Hurairah! Talkinkan
orang yang mati dengan syahadat (pengakuan) bahwa: Tiada Tuhan yang disembah,
selain Allah لا إله
إلا الله(La
ilaha i'lla'llah)", karena syahadat itu menghancurkan segala dosa". Lalu aku (Abu Hurairah) bertanya:
"Ini untuk orang yang mati, maka bagaimana pula untuk orang yang
hidup?" Menjawab Nabi صلى
الله عليه وسلم.:
"Lebih-lebih lagi menghancurkan!"
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Barangsiapa mengucapkan لا إله إلا الله "Laa
ilaaha i'lla-llaah" dengan ikhlas, niscaya masuk sorga".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم "Sesungguhnya semua kamu akan masuk sorga, selain orang
yang enggan dan lari dari Allah 'Azza wa Jalla, sebagai larinya unta dari pemiliknya".
Maka ditanyakan kepada Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Wahai Rasulu'llah! Siapakah yang
enggan dan yang lari dari Allah itu?"
Menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم "Orang yang tidak mengucapkan لا إله إلا الله"Laailaaha
i'lla'liaah". Dari itu, maka perbanyakkanlah membacakan لا إله إلا الله"Laa ilaaha i'lla'liaah" sebelum lagi terdinding
antara kamu dan لا إله إلا الله Laa
ilaaha i'lla'llaah".
1.Dirawikan AdDaraqutni Dari uqbah bin Amir
2.Dirawikan Abu Yu'la AtThabrani Dan AlBaihaqi dari ibnu
umar dengan sanad dlaif
3.Menurut Aliraqi ini adalah Maudhu
|
Karena,
itu adalah kalimah tauhid, yaitu: kalimah ikhlas, kalimah taqwa, kalimah
thayyibah, da'wah kebenaran (da'wah al-haq), tali yang kokoh kuat dan harga
sorga". Berfirman Allah 'Azza wa Jalla:هَلْ جَزَاءُ الإحْسَانِ إِلا الإحْسَانُ(Hal jazaa-u'l-ihsaani
i'lla'l-ihsaan") - S. Ar-Rahman, ayat 60.
Artinya:
"Balasan perbuatan baik (al-ihsan), tiada lain dari yang baik juga
(al-ihsan)".
Maka
ada yang mengatakan: al-ihsan didunia, ialah membaca "Laa ilaaha
illa'l-laah" dan diakhirat, ialah sorga,
Begitu pula firman Allah Ta'ala: "Orang-orang yang berbuat kebaikan
mendapat (pahala) yang baik dan tambahannya". — S. Yunus, ayat 26.
Diriwayatkan oleh Al-Barra bin 'Azib, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Barangsiapa membaca لا إله إلا الله
وحده لا شريك له له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير
"Laa ilaaha i'llallaah
wahdahu laa-syarika lah, lahu'l-mulku wa lahu'l-hamdu wa hua 'alaa ku'lli
sya-in qadiir", adalah itu menyamai dengan memerdekakan seorang budak".
Diriwayatkan oleh 'Amr bin Syu'aib dari bapanya. Bapanya meriwayatkan dari
neneknya, dimana neneknya itu berkata: "Bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda "Barangsiapa membaca
sehari duaratus kali لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله
الحمد وهو على كل شيء قدير "Laa ilaaha i'lla'llaahu wahdahu laa
syariika lah lahu'l-mulku wa lahu'Ihamdu wa hua 'alaa ku'lli syai-in
qadiir". niscaya tidak didahulukan dia oleh seseorang sebelumnya dan tidak
akan didapati dia oleh seseorang kemudiannya, selain orang yang berbuat lebih
utama dari amal perbuatannya itu" (1).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم "Barangsiapa membaca disalah satu kedai لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله
الحمد يحيى ويميت وهو على كل شيء قدير "Laa
ilaaha i'lla'llaahu wahdahu laa syariika lah, lahu'l-mulku wa lahu'Ihamdu,
yuhyii wa yumiitu wa hua 'alaa ku'lli syai-in qadiir", niscaya dituliskan
oleh Allah untuknya sejuta kebajikan dan dihapuskan daripadanya sejuta
kejahatan dan dibangun untuknya sebuah rumah didalam sorga".
Diriwayatkan:
"Bahwa hamba apabila membaca: لا إله إلا الله "Laa
ilaaha i'lla'liaah", lalu datanglah kalimah ini kedaftar suratan amalannya
(shahifah). Kalimah itu tidak melalui pada sesuatu kesalahan, melainkan
dihapuskannya, sehingga diperolehnya kebajikan seperti itu. Lalu duduklah
kalimah tadi disampingnya".
Pada Hadits-Shahih, dari Abi Ayyub, dari Nabi صلى الله عليه وسلم, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: "Barangsiapa membaca لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله
الحمد وهو على كل شيء قدير "Laa ilaaha i'lla'Maahu wahdahu laa
syariika lah, lahu'l-mulku wa lahu'l-hamdu wa hua 'alaa ku'lli syai-in
qadiir" sepuluh kali, niscaya adalah dia seperti orang yang memerdekakan
empat jiwa dari putra Ismail s.a." (2)
Dalam Hadits-Shahih juga, dari 'Ubbadah bin Ash-Shamit, dari Nabi صلى الله عليه وسلم. bahawa Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Barangsiapa bangun pada
malam hari, lalu
1.Dirawikan Amr Bin Syuib
|
2 Dirawikan Bukhari dan Muslim dari abu Ayyub
|
Dalam Hadits-Shahih juga, dari 'Ubbadah bin Ash-Shamit, dari Nabi صلى الله عليه وسلم. bahawa Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Barangsiapa bangun pada
malam hari, lalu membaca
لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله
الحمد وهو على كل شيء قدير سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر ولا
حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم ثم قال اللهم اغفر لي
Laa
ilaaha illa'llaahu wahdahu la syariikalah, lahu'l-znuiku wa lahu'i hamdu wa hua
alaa ku'lli syain-in qadiir. subhaana-'llaah waIhamdu ii'llaah, wa laa ilaaha
i'lla'liaah, wa'llaahu akbar, wa laa haula la la qu'wwata
i'llaabi'llaahi'l-'aliyyiradhiim". Kemudian, membaca
اللهم اغفر لي '"Allaa-hu'mma'ghfirlii,"
niscaya diampunkan dosanya. Atau ia mendoa, niscaya diterima do'anya. Dan kalau
ia mengambil wudhu'. lalu mengerjakan shalat, niscaya diterima
shalatnya"(1).
KEUTAMAAN TASBIH, TAHMID DAN DZIKIR-DZIKIR
LAIN.
Bersabda Nabi
صلى الله عليه
وسلم"Barangsiapa
membaca tasbih سبحان الله (Subhana'llah)
sesudah tiap-tiap shalat, tigapuluh tiga kali, membaca tahmid الحمد لله (Alhamdu
ii'llah) tigapuluh tiga kali, membaca takbir (Allahu akbar) tigapuluh tiga kali
dan menyudahkan
untuk genap seratus, dengan "La ilaaha i'lla'llaahu wahdahu la syariika
lah, lahu'l-mulku wa lahu'l-hamdu, wa huwa 'alaa ku'lli syai-in qadi r",
niscaya diampunkan segala dosanya, meskipun dosa itu seperti buih. dilaut".
Bersabda Nabi
صلى الله عليه
وسلم"Barangsiapa
membaca: سبحان الله وبحمده "Subhana'llaahi
wa bihamdih" sehari seratus kali, niscaya dihapuskan kesalahannya..
walaupun seperti ombak lautan".
Dan diriwayatkan: bahwa seorang lelaki datang kepada Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم seraya bertanya: ''Berpaling
daripadaku dunia dan sedikitlah harta dalam tanganku". Maka
bersabda Rasulullah صلى الله عليه
وسلم "Maka dimanakah engkau dari selawat
malaikat dan tasbih segala makhluk dan dengan itu, mereka dianugerahkan
rezeki?".
Menyambung Ielaki itu: "Apakah itu, wahai Rasulullah?"
Menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم "Bacakanlah سبحان الله وبحمده "Subhaana'llaah wa bihamdih,سبحان الله العظيم Sub-haana'llaahi'l-'aadhiim. أستغفر الله Astaghfiru'llaah"
seratus kali di antara terbit fajar sampai engkau mengerjakan shalat Shubuh,
niscaya datanglah kepadamu dunia, dengan terpaksa dan merendahkan diri. Dan
dijadikan oleh Allah 'Azza wa Jalla dari tiap-tiap kalimah itu, seorang
malaikat, yang mengucapkan tasbih kepada Allah Ta'ala, sampai kepada hari
kiamat, dimana pahalanya untukmu".
Bersabda Nabi
صلى الله عليه
وسلم"Apabila
hamba (hamba Allah) membaca الحمد لله "Alhamduli'llah", niscaya memenuhilah di antara langit
dan bumi. Apabila membacaالحمد لله "Alhamdulillah"
kali yang kedua, niscaya memenuhilah diantara langit ketujuh sampai kepada
lapisan bumi yang dibawah. Dan apabila membaca الحمد لله "Al-hamdu-li'llah" kali yang ketiga, maka berfirmanlah
Allah 'Allah 'Azza wa Jalla: "Mintaiah, supaya Aku berikan!" (2).
1.Dirawikan AlBukhari dari Ubbadah bin as Shamit
|
2.Menurut Al Iraqi Beliau tidak pernah menjumpai hadis ini
, Bunyinya Amat Ganjil
|
Berkata Rifa'ah Az-Zargi: "Pada suatu hari kami bershalat dibelakang Rasulu'llah
صلى الله عليه
وسلم Maka tatkala Nabi صلى الله عليه وسلم
mengangkat kepalanya dari
ruku' dan membaca سمع الله لمن حمده
"Sami'a'llahhu liman
hamidah", lalu seorang laki-laki dibelakang Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم membaca
ربنا لك الحمد حمدا كثيرا طيبا مباركا فيه "Ra'bbanaa laka'l-hamdu hamdan
katsiiran thayyiban mubaarakan fiih". Maka sewaktu Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم
meninggalkan shalatnya
(memberi salam), lalu bertanya من
المتكلم آنف ا "Siapakah
yang berbicara tadi?" (1).
Maka
menjawab yang berbicara itu: أنا يا رسول الله "Saya,
wahai Rasulu'llah:
Lalu
menyambung Nabi صلى الله عليه وسلم . لقد رأيت بضعة وثلاثين ملكا
يبتدرونها أيهم يكتبها أولا "Aku telah melihat lebih tigapuluh
malaikat. bersegera menuliskan kalimah itu, yang manakah diantara mereka yang
pertama-tama menuliskannya". Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم,:
"Amalan-amalan baik yang masih tinggal الباقيات الصالحات (Albaaqiy-yaatu'sh-shalihaat),
yaitu:
لا إله إلا الله وسبحان الله والحمد لله والله
أكبر ولا حول ولا قوة إلا بالله
laa
ilaaha i'lla'llaah, Subhaana'llaah„ Al-hamduli'llaah, Allaahu akbar dan laa
haula wa laa qu'wwata Hlaa bi'llaah" (2).
Bersabda
Nabi صلى الله عليه وسلم: "Tidak adalah seorang lefaki dibumi
yang membaca لا إله إلا الله وسبحان الله والحمد لله والله
أكبر ولا حول ولا قوة إلا بالله "Laa
ilaaha i'llallaah wa'llaahu akbar. Subhaana'llaah wa'l-hamdu li'llaah wa laa
haula wa laa qu'wwata illaa. bi'llaah", niscaya diampunkan segala dosanya,
walaupun seperti buih lautan", diriwayatkan Hadils ini oleh Ibnu Umar.
Diriwayatkan oleh
An-Nu man bin Basyir, dari nabi صلى الله عليه وسلم dimana Nabi صلى الله عليه وسلم
bersabda: "Mereka
yang berdzikir dari keagungan Allah, tasbih, takbir dan tahmidNya itu,
berkumandanglah suara :seperti suara lebah bagi kalimah-kalimah itu dikeliling
'Arasy, yang menyebutkan orang-orang yang mengucapkan kalimah-kalimah itu:
"Tidakkah suka seseorang kamu bahwa senantiasalah pada sisi Allah apa yang
didzikirkan itu?" (3).
Diriwayatkan
oleh Abu Hurairah, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: "Adalah lebih menyukakan
aku, untuk membacakan: سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله
أكبر "Subhaana'llaah
wa'l-hamduli'llaah wa laa illaaha i'lla'llaahu wallaahu akbar", daripada
apa yang terbitlah matahari kepadanya". Pada riwayat lain, ditambahkan
oleh Nabi صلى الله عليه وسلم, لا حول ولا قوة إلا
بالله "Laahaula
walaa qu'wwata illaa bi'llah", seraya bersabda: "Itu, adalah lebih
baik dari dunia dan isinya".
Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم: "Perkataan yang lebih dikasihi Allah
Ta'ala adalah empat: سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله
أكبر Subhaana'llaah,
Alhamdu li llaah, Laa ilaaha i'lla'liaah dan Allaahu akbar. Tiada memberi
melarat kepadamu, dengan manapun engkau mulai". — diriwayatkan oleh Samrah
bin Jundub.
1.Dirawikan AlBukhari
|
2. Dirawikan An Nasai dari
bnu Hibban dan lain lain dari abu said dan dipandangnya hadis sahih
3.Dirawikan ibnu madjah dan al hakim.
|
Diriwayatkan oleh Abu Malik Al-Asy'ari, bahwa
Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم.bersabda: "Bersuci adalah setengah
iman, الحمد لله Al-hamduli'llah
memenuhi timbangan (al-mizan), سبحان الله Subhana'llah
dan الله أكبر Allahu
akbar memenuhi diantara langit dan bumi. Shalat itu نور nur, sedekah itu برهان (bukti),
sabar itu ضياء cahaya, Al-Quran itu حجة keterangan
bagimu atau atasmu. Tiap-tiap manusia itu berjalan pagi-pagi. Maka yang menjual
dirinya, adalah yang membinasakan dirinya. Atau yang membeli dirinya, maka
adalah ia yang memerdekakan dirinya".
Berkata Abu Hurairah: "Bersabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم.: "Dua kalimah adalah ringan pada
lidah, berat pada timbangan dan kecintaan Tuhan yang Mahapengasih, Yaitu:سبحان
الله وبحمده سبحان الله العظيم Subhaana'llaahi
wa bihamdih, Subhaana'Ilaahi'l-adhiim" (1).
Berkata Abu Dzar r.a.: "Aku bertanya kepada Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم.: "Perkataan manakah yang lebih
disukai oleh Allah 'Azza wa Jalla?" Maka menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم.;"Yaitu: Yang dipilih oleh Allah s.w.t. bagi
malaikatNya: سبحان الله وبحمده سبحان الله العظيم Subhaana'llaahi
wa bihamdih, Subhaana'Ilaahi't-adhiim".
Berkata Abu Hurairah: "Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Sesungguhnya Allah Ta'ala memilih
dari perkataan, ialah kalimah: Subhaana'llaah, Alhamduli'llaah. Laa ilaaha
ilia'llaah dan Allaahu akbar". Apabila hamba mengucapkan
"Subhaana'llaah", niscaya dituliskan baginya duapuluh kebajikan dan
dihapuskan daripadanya duapuluh kejahatan. Apabila ia mengucapkan "Allaahu
akbar", maka seperti itu pula. Lalu diterangkan oleh Abu Hurairah, sampai
kepada kalimah yang penghabisan (2). Berkata Jabir: "Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم,: "Barangsiapa membaca سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر" Subhaana'llaah wa bihamdih" niscaya ditanamkan untuknya
sebatang kurma didalam sorga". (3).
Dari Abu Dzar,
dimana ia mengatakan: "Berkata orang-orang miskin kepada Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم.: "Telah pergi orang-orang kaya
dengan memperoleh pahala, dimana mereka mengerjakan shalat seperti kami sholat,
mereka berpuasa seperti kami puasa dan mereka bersedekah dengan keutamaan harta
mereka".
Maka bersabda-Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Apakah tidak dijadikan oleh Allah
bagimu, apa yang dapat kamu sedekahkan? Sesungguhnya bagimu dengan tiap-tiap
tasbih itu sedekah, dengan tahmid dan tahlil itu sedekah, dengan takbir itu
sedekah, dengan amar ma'ruf itu sedekah dan dengan nahi munkar itu sedekah.
Diberikan oleh seorang kamu sesuap makanan kepada keluarganya, itupun sedekah
baginya. Dan pada persetubuhan seorang kamu, itupun sedekah".
1.DirawikanAlBukhari dan Muslim
|
2.Dirawikan AnNasai dan Al Hakim
|
3.Dirawikan Attirmidzi ,AnNasai dan Lain lain.
|
Lalu
mereka bertanya: "Wahai Rasulu'llah! Seseorang dari kami melaksanakan
syahwatnya, adalah baginya pahala?"
Menjawab
Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Apakah tidak kamu tahu, kalau
diletakkannya syahwatnya itu pada yang haram, bukankah padanya dosa?"
Maka
menjawab orang-orang miskin itu: "Ya, benar!"
Lalu
Nabi صلى الله عليه وسلم. menyambung: "Begitu pula kalau
diletakkannya pada
yang
halal, adalah padanya pahala baginya" (1).
Berkata
Abu Dzar r.a.: "Aku berkata kepada Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم.: "Telah mendahului orang-orang yang
berharta dengan pahala. Mereka mengucapkan seperti yang kami ucapkan, mereka
berbelanja dan kami tidak berbelanja".
Maka
menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Apakah tidak aku tunjukkan
kepadamu, suatu amalan, apabila engkau amalkan, niscaya engkau dapati orang
yang sebelum engkau dan engkau atasi orang yang sesudah engkau, kecuali orang
yang mengucapkan seperti ucapan engkau. Yaitu: Bertasbihlah akan A-IIah sesudah
tiap-tiap shalat, tigapuluh tiga kali, bertahmidlah tigapuluh tiga kali dan
bertakbirlah tigapuluh empat kali".
Diriwayatkan oleh Busrah, dari Nabi صلى الله عليه وسلم., bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Haruslah kamu bertasbih,
bertahlil dan menquduskan Allah. Maka janganlah kamu lalai dan ikatkanlah
dengan jari-jarimu, karena kalirnah-kalimah itu berbicara". Ya'ni: menjadi
saksi untuk orang yang mengucapkannya pada hari kiamat (2).
Berkata Ibnu 'Umar: "Aku melihat Rasulullah صلى الله عليه وسلم. mengikatkan pembacaan tasbih"
(senantiasa membacakannya, tiada lepas-lepasnya). Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم. menurut yang disaksikan oleh Abu
Hurairah dan Abu Sa'id Al-Khudri: "Apabila seorang hamba membaca لا إله إلا الله
والله أكبر "Laa ilaaha illaa-'llaah dan Allaahu
akbar", maka berfirman Allah 'Azza wa lalla: "Benarlah hambaKu!
Tiadalah yang disembah selain Aku dan Akulah yang Mahabesar". Dan apabila
seorang hamba membaca: لا إله إلا الله وحده لا شريك له "Laa ilaaha i'lla'llaahu wahdahuu laa
syariika lah", maka berfirman Allah Ta'ala: "Benarlah hambaKu, tiada
yang disembah selain Aku, sendirian Aku, tiada sekutu bagiKu". Dan apabila
seorang hamba membaca لا إله إلا الله ولا حول ولا قوةإلا بالله "Laa ilaaha i'lla'liaah wa laa haula
wa laa qu'wwata illaa bi'llaah". lalu berfirman Allah s.w.t.:
"Benarlah hambaKu tiada daya dan upaya, selain dengan Aku".
Barangsiapa mengucapkannya semuanya itu ketika akan meninggalkan dunia, niscaya
tidak disentuhi dia oleh api neraka". Diriwayatkan oleh Mash'ab bin Sa'ad,
dari bapanya, yang menerima dari Nabi صلى الله عليه وسلم., bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Adakah lemah seorang
kamu berusaha tiap-tiap hari seribu kebaikan?"
1.Dirawikan Muslim
|
2.Dirawikan Abu Dawud Attirmidzi dan Al Hakim
|
Lalu
orang menanyakan: "Bagaimanakah itu, wahai Rasulu'llah?" Maka
menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Ia bertasbih akan Allah seratus
kali tasbih, maka dituliskan baginya seribu kebaikan dan dihapuskan daripadanya
seribu kejahatan",
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Hai Abdullah bin Qais (Hai Abu Musa)! Apakah tidak
aku tunjukkan kepadamu suatu gudang dari gudang sorga?" Menjawab Abullah
bin Qais: "Belum!"
Menyambung
Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Bacakanlah: "Laa haula wa
laa qu'wwata i'ilaa billah" Pada riwayat yang lain: "Tidakkah aku
ajarkan engkau kalimah dan gudang dibawah 'Arasy, yaitu: "Laa haula wa laa
qu'wwata illaa bi'llaah". Pada riwayat yang lain: "Tidakkah aku
ajarkan engkau kalimah dari gudang dibawah 'Arasy, yaitu: "Laa haula wa
laa qu'wwata illaa bi'llaah " (1) Berkata Abu Hurairah: "Bersabda
Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Apakah tidak aku tunjukkan kamu,
suatu amalan dari gudang sorga dibawah 'Arasy. yaitu: perkataan: لا حول ولا قوة إلا
بالله "Laa haula wa laa qu'wwata i'ilaa
billaah?" Berfirman Allah Ta'ala: "Telah menyerah hambaKu dan ia
memperoleh keselamatan" (2).
Bersabda
Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Barangsiapa membaca ketika
pagi-pagi:
رضيت بالله ربا وبالإسلام
دينا وبالقرآن إماما وبمحمد صلى الله عليه وسلم نبيا رسولا
(Radliitu
bi'llaahi ra'bban wa bil-islaami diinan wa bi'l-Qur-aani imaa man wa bi Muhammadin
shallallaahu aiaihi wa sallama nabi'yyan wa rasuulaa).Artinya: "Aku rela
Allah Tuhanku, Islam agamaku, Al-Quran imamku dan Muhammad صلى الله عليه وسلم. Nabi dan Rasul", niscaya berhaklah
dia memperoleh kerelaan Allah pada hari kiamat". Dan pada suatu
riwayat: "Barangsiapa membaca yang demikian, niscaya dia direlai
Allah" (3).
Berkata
Mujahid: "Apabila keluarlah seseorang dari rumahnya, lalu membaca: بسم الله "Bismi'liah, maka berkata malaikat:
"Engkau telah memperoleh petunjuk! "Apabila ia membaca: توكلت على الله "Tawa'kkaltu'ala'Tlaah" — aku
bertawakkal kepada Allah - maka berkata malaikat: "Cukuplah bagi
engkau". Dan apabila ia membaca: لا حول ولا قوة إلا بالله "Laa haula wa laa qu'wwata 'illaa
bi'llaah", maka berkata malaikat:
"Engkau telah menjaga diri!" Maka bercerai-berai lah setan
daripadanya, seraya mereka mengatakan: "Tak usahlah kamu bermaksud pada
orang yang telah memperoleh petunjuk, telah merasa cukup dan teiah menjaga
diri. Tak adalah jalan bagimu kepadanya!"
Kalau
anda mengatakan: "Mengapakah kiranya berdzikir akan Allah s.w.t. serta
begitu ringan pada lisan dan sedikit sekali memerlukan tenaga, menjadi begitu
utama dan lebih bermanfaat dari sejumlah ibadah yang Iain, yang disertai dengan
banyak kesulitan padanya?"
1)Dirawikan AlBukhari dan Muslim
2)Dirawikan AnNasai dan Al Hakim
3)Dirawikan Abu Dawud dan An Nasai Dan AlHakim dan Sahih
isnad
|
Maka
aku menjawab, bahwa ketahuilah kiranya-, bahwa penyelidikan tentang ini
tidaklah layak, selain dengan ilmu-mukasyafah
Dan
batas yang diperbolehkan menerangkannya pada ilmu mu'amalah, ialah, bahwa yang
membawa bekas yang bermanfa'at, yaitu: dzikir yang terus-menerus,
disertai kehadiran hati
Adapun dzikir dengan lisan dan hati itu lalai, adalah
sedikit faedahnya. Dalam
beberapa hadits terdapat pula, yang menunjukkan kepada yang demikian. Kehadiran
hati pada sekejap waktu dengan dzikir dan lengah dari mengingati Allah 'Azza wa
Jalla serta sibuk pula dengan dunia, adalah sedikit faedahnya. Tetapi
kehadiran hati serta Allah Ta'ala terus-menerus atau pada kebanyakan waktu,
adalah yang diutamakan pada ibadah, Bahkan, dengan itu menjadi mulia
ibadah-ibadah yang tain. Dan itulah tujuan dari hasil ibadah yang dikerjakan
(ibadah 'amaliyah). Dzikir itu mempunyai awal dan akhir. Awalnya,
mewajibkan jinak hati dan cinta. Akhirnya, mewajibkan: jinak hati dan cinta.
Dan timbullah daripadanya - dan itulah yang dicari - jinak hati dan cinta.
Seorang murid pada permulaan pekerjaannya, kadang-kadang ia secara berat sekali
membelokkan hati dan lisan nya dari waswas. kepada dzikir mengingati Allah
'Azza wa Jalla. Kalau ia memperoleh taut'ik. untuk terus-menenerus, niscaya
jinaklah hatinya dan tertanamlah dalam qalbunya kecintaan kepada yang
didzikirkan itu: yaitu Allah Ta'ala. Dan tidak wajarlah ini untuk diherankan.
Karena menurut biasa yang terlihat, engkau sebutkan seseorang yang jauh, yang
tak hadir dihadapan seseorang, engkau ulang-ulangi menyebutkan hal-keadaannya
pada orang itu. Maka cintalah dia akan orang yang jauh itu dan kadang-kadang ia
asyik dengan sifat dan banyak menyebutkannya. Kemudian, apabila ia asyik dengan
banyak menyebutkan yang dirasakan berat pada mulanya, niscaya jadilah pada
akhirnya dirasakan perlu kepada banyak menyebutkan itu, dimana ia tidak dapat
bersabar daripadanya. Karena orang yang mencintai sesuatu, niscaya banyak ia
menyebutkannya. Dan orang yang membanyakkan menyebut sesuatu, meskipun dengan
perasaan berat, niscaya ia mencintainya.
Maka
seperti itulah, permulaan berdzikir itu terasa berat, sampai kepada
menghasilkan kejinakan hati dengan "yang didzikirkan" dan
kekasih-sayangan kepadaNya. Kemudian, tidak sabar lagi pada akhirnya, lalu yang
positif itu menjadi positif dan buah itu menjadi berbuah. Dan inilah arti
perkataan sebahagian mereka: "Aku menghadapi kesulitan dengan Al-Qur'an
selama dua puluh tahun. Kemudian aku merasa ni'mat dengan Al-Qur'an, selama
duapuluh tahun. Dan keni'matan itu tidak datang, selain dari kejinakan hati dan
kecintaan. Dan kejinakan hati sa-yangan itu, tidak timbul, selain daripada
terus-terusan menghadapi kesulitan dan keberatan pada masa yang panjang,
sehingga keberatan itu menjadi biasa.
Maka
bagaimanakah dipandang ini jauh dari kebenaran, sedang manusia itu pada mulanya
merasa berat memperoleh makanan yang akan mengenyangkannya. Merasa kesulitan
memakannya. Dan membiasakan diri padanya, lalu kemudian menjadi bersesuaian
dengan tabiatnya. Sehingga ia tidak sabar lagi daripadanya.
"Jiwa
itu membiasakan memikul apa yang dirasa berat, sehingga apa yang dibiasakannya,
menjadi terbiasa". Artinya: apa yang dirasanya berat pada mula-mula,
menjadi tabi'at pada kesudahannya. Kemudian, apabila telah diperoteh kejinakan
hati dengan berdzikir kepada Allah s.w.t., niscaya terputuslah hatinya dari
yang lain dari dzikir kepada Allah. Dan selain Allah 'Azza wa Jalla, itulah
yang akan berpisah dengan dia ketika mati. Maka tiada kekal bersama dia didalam
kubur, keluarga, harta, anak dan kekuasaan. Dan tiada yang kekal, selain
daripada dzikir kepada Allah 'Azza wa Jalla.
Kalau
ia sudah merasa hatinya jinak dengan dzikir, niscaya bersenang-se-nanglah dan
merasa enaklah ia dengan dzikir itu, dengan habisnya segala penghalang yang
membelokkannya dari berdzikir. Karena segala keperluan yang penting dalam hidup
duniawi, menghalanginya dari berdzikir kepada Allah 'Azza Jalla. Dan sesudah
mati, penghalang itu tidak ada lagi. Seakan-akan ia telah memperoleh kesempatan
yang penuh antaranya dan kecintaannya. Maka amat besar lah kegembiraannya dan
terlepas dia dari pen jar a, dimana ia terlarang didalamnya menghubungi dengan
apa yang menjinakkan hatinya. Karena itulah, bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Sesungguhnya roh suci diilhamkan
kedalam hatiku, maka cintailah apa yang engkau cinta, "karena engkau akan
bercerai dengan dia". Yang dimaksudkan, yaitu : tiap-tiap apa yang
berhubungan dengan dunia.
Sesungguhnya
itu akan fana baginya dengan mati. Seluruh manusia diatas dunia itu fana dan
kekallah wajah Tuhanmu, yang mempunyai keagungan dan kemuliaan.
Sesungguhnya
dunia itu fana dengan mati, bagi seseorang, sehingga dunia itu fana bagi
dirinya sendiri ketika sampai ajalnya.
Kejinakan
hati dengan dzikir, diperoleh kelazatan oleh hamba sesudah matinya, sehingga ia
memperolah tempat disamping Allah 'Azza wa Jalla. Dan ia menaiki dari dzikir
kepada perjumpaan dengan Allah (al-liqa'). Yang demikian itu, sesudah
dikumpulkan apa yang didalam kubur dan diperoleh apa yang didalam dada. Dan
tidak diingkarinya akan kekalnya dzikir kepada Allah 'Azza wa Jalla bersama dia
sesudah mati. Kalau diingkarinya, maka dikatakannya: "Dia sudah
ditiadakan, maka bagaimanakah masih kekal bersamanya dzikir kepada Allah 'Azza
wa Jalla?"
Sesungguhnya
dia tidak ditiadakan dengan ketiadaan yang mencegah dzikir, tetapi ketiadaan
dari dunia, dari alam dhahir dan alam yang dapat dipersaksikan ('alamul-mulki
wasy-sya-hadah). Tidak dari alam al-malakut (alam yang tidak dapat
dipersaksikan dengan mata kepala). Dan ditunjukkan kepada apa yang kami
sebutkan itu dengan sabda Nabi صلى الله عليه وسلم.:
"Kubur
itu adakalanya sebuah lobang dari lobang-lobang neraka atau sebuah taman dari
taman-taman sorga". Dan dengan sabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Roh orang-orang syahid itu
dalam perut burung-burung hijau" (1). Dan dengan sabda Nabi صلى الله عليه وسلم. kepada orang-orang kafir musyrik yang
terbunuh pada perang Badr: "Hai Anu! Hai Anu!" — oleh Nabi صلى الله عليه وسلم. disebutkan namanya — "Adakah kamu
peroleh dengan sebenarnya, apa yang dijanjikan oleh tuhanmu? Adapun aku
sesungguhnya telah memperoleh dengan sebenarnya, apa yang dijanjikan oleh
Tuhanku". Maka umar r.a. mendengar ucapan Nabi صلى الله عليه وسلم. tadi, lalu bertanya: "Wahai Rasulu'llah!
Bagaimanakah mereka itu mendengar dan betapakah mereka itu menjawab, pada hal
mereka itu telah menjadi bangkai?" Maka menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Demi Allah, yang jiwaku didalam
tanganNya: "Tidaklah kamu lebih mendengar akan perkataanku bila
dibandingkan dengan mereka. Hanya mereka itu tidak sanggup menjawabnya"
(2).
Dan
hadits didalam sahihnya ini, adalah sabdanya صلى الله عليه وسلم. itu terhadap orang-orang kafir musyrik.
Adapun orang-orang mu'min dan orang-orang syahid, maka bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Roh mereka, adalah dalam perut
burung-burung hijau yang bergantungan dibawah 'Arasy" (3). Keadaan
tersebut dan apa yang ditunjukkan dengan kata-kata tadi kepadanya, tidaklah
meniadakan (menafikan) akan dzikir kepada Allah 'Azza wa Jalla. Berfirman Allah
Ta'ala: "Janganlah kamu menyangka orang-orang yang terbunuh dijalan Allah
itu, mati, tetapi mereka itu hidup mendapat rezeki pada sisi Tuhannya. Mereka
itu gembira dengan kurnia yang diberikan Allah kepada mereka dan mereka merasa
girang terhadap orang-orang yang masih tinggal dibelakang mereka
..........sampai akhir ayat". - S. Ali Imran, ayat 169 dan 170. Dan karena
kemuliaan dzikru'Ilah 'Azza wa Jalla (dzikir kepada Allah 'Azza wa Jalla), maka
besarlah derajat ke-syahid-an, karena yang dicari, ialah kesudahan. Dan yang
dimaksudkan dengan kesudahan, ialah meninggalkan dunia dan datang kepada Allah.
Dan hati itu karam dengan kecintaan kepada Allah 'Azza wa Jalla dan putus
segala hubungan dengan yang lain.
Kalau
hamba itu sanggup menjadikan cita-citanya karam dengan kecintaan kepada Allah
'Azza wa Jalla, maka ia tidak sanggup mati diatas keadaan yang demikian, selain
dalam barisan perang. Dia memutuskan harapan dari nyawanya, keluarganya,
hartanya dan anaknya, bahkan dari dunia seluruhnya. Dia bermaksud syahid untuk
hidupnya dan dia memandang enteng pada hatinya akan hidupnya itu untuk
mencintai Allah 'Azza wa Jalla dan mencari kerelaanNya. Maka tidaklah
menjuruskan diri kepada Allah, yang lebih agung dari itu.
1.Dirawikan Muslim dari Ibnu Mas'ud.
|
2.Dirawikan Muslim dari Anas.
|
3.Dirawikan Ibnu Majah dari Ka'ab bin Malik.
|
Dan
karena itulah, agungnya urusan kesyahidan. Dan datang padanya
kelebihan-kelebihan yang tidak terhingga banyaknya.
Diantaranya,
ialah tatkala syahid Abdu'llah bin 'Amr Al-Anshari pada hari perang Uhud. Maka
bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم. kepada Jabir: "Tidakkah aku
menyatakan kegembiraan kepadamu, wahai Jabir?"
Menjawab
Jabir: "Ada! Diberikan engkau oleh Allah kiranya
kegembiraan
dengan kebajikan!"
Menyambung
Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Sesungguhnya Ailah 'Azza wa Jalla
telah menghidupkan ayahmu. Didudukkannya dihadapanNya dan tak ada antaranya dan
Allah itu tabir". Berfirman Allah Ta'ala: "Bercita-citalah kepadaKu,
wahai hambaKu akan apa yang engkau kehendaki, niscaya akan Aku berikan
kepadamu!"
Maka
berkata orang syahid itu: "Wahai Tuhanku, kembalikanlah aku kedunia,
sehingga aku terbunuh sekali lagi pada jalanMu dan NabiMu!" Maka berfirman
Allah 'Azza wa Jalla: "Telah dahululah hukumKu, bahwa mereka (orang-orang
yang telah mati), tidak akan kembali lagi kedunia"(1).
Kemudian,
terbunuh itu adalah sebab bagi kesudahan (sababu'l-khatimah) pada keadaan yang
seperti ini. Karena kalau dia tidak terbunuh dan ia masih tinggal beberapa
waktu, mungkin kembali kerinduan dunia kepadanya. Dan melebihi daripada apa
yang menguasai pada hatinya dari dzikir kepada Allah 'Azza wa Jalla.
Karena
inilah, maka sangatlah ketakutan ahli-ma'rifat (ahlu'l-ma-rifah) akan kesudahan
(al-khatimah) itu. Sesungguhnya hati, walaupun ia membiasakan berdzikir kepada
Allah Azza wa Jalla, tetapi ia berbalik-balik. Tidak terlepas dari
penyelewengan kepada kerinduan dunia. Dan senantiasa pada kelemahan yang
meliputinya. Apabila tergambar pada akhir keadaan, pada hatinya urusan dunia
dan mempengaruhi kepadanya, lalu ia berangkat dari dunia dalam keadaan yang
begini, maka mungkinlah pengaruh dunia mempengaruhi kepadanya. Lalu rindulah ia
sesudah mati dan bercita-cita kembali kedunia Yang demikian itu adalah karena
sedikit ia memperoleh bahagian diakhirat. Karena manusia itu mati diatas dasar
apa ia hidup dahulunya. Dan dibangkitkan diatas apa ia meninggal. Maka keadaan
yang lebih menyelamatkan dari bahaya tersebut, ialah: kesudahan dengan syahid,
apabila tidak ada maksud dari orang syahid itu untuk memperoleh harta atau
supaya ia dikatakan: orang berani atau lain dari itu, sebagaimana tersebut pada
hadits. Tetapi maksudnya adalah mencintai Allah 'Azza wa Jalla serta
meninggikan KalimahNya.
1. Dirawikan At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Jabir
dan shahih isnadnya.
|
Hal inilah yang dikatakan:
"Sesungguhnya Allah telah membeli diri dan harta orang-orang yang beriman dengan'
memberikan sorga untuk mereka" - S. Al-Bara-ah, ayat 111.
Orang
yang seperti ini, ialah orang yang menjual dunia dengan akhirat. Dan perihal
orang syahid itu, sesuai dengan maksud ucapan kita: "Laa ilaaha
i'lla'liaah", karena tak ada maksudnya selain dari Allah 'Azza wa Jalla.
Tiap-tiap maksud adalah disembah dan tiap-tiap yang disembah adalah tuhan. Dan
orang syahid itu mengucapkan dengan lidah keadaannya (lisanu'lhal-nya) akan
"Laa ilaaha i'lla'liaah", karena tak ada maksudnya, selain Allah. Dan
barangsiapa mengucapkan yang demikian dengan lisannya dan tidak disokong oleh
peri-halnya, maka urusannya adalah pada kehendak Allah 'Azza wa Jalla. Dan
tidaklah ia aman dari bahaya. Dan karena itulah, diutamakan oleh Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم. akan ucapan "Laa ilaaha
i'lla'liaah" dari dzikir-dzikir yang lain. Nabi صلى الله عليه وسلم. menyebutkan yang demikian secara mutlak
pada tempat-tempat menggemarkan beribadah (tempat-tempat at-targhib). Kemudian,
menyebutkan pada sebahagian tempat, akan kebenaran dan keikhlasan. Sekali Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Barangsiapa membaca
"Laa ilaaha i'lla'liaah" dengan ikhlas (mukhlish)". Pengertian
"ikhlas" ialah: perihalnya membantu akan apa yang diucapkan.
Maka
bermohonlah kita kepada Allah Ta'ala, kiranya menjadikan kita pada masa
kesudahan (al-khatimah), termasuk orang yang mencintai "Laa ilaaha
i'lla'liaah" pada keadaan, ucapan, dhahir dan batin. Sehingga kita
meninggalkan dunia, tidak menoleh kepadanya, tetapi merasa bosan dengan dunia
dan ingin sekali menjumpai Allah.
Sesungguhnya
barangsiapa ingin menjumpai Allah Ta'ala, niscaya Allah pun, ingin bertemu
dengan dia. Dan barangsiapa tidak suka berjumpa dengan Allah, niscaya Allah
tidak suka bertemu dengan dia. Maka inilah tanda-tanda penunjuk kepada
pengertian-pengertian dzikir yang tidak mungkin ditambahkan lagi dalam
"Ilmu Mu'amalah".
BAB KEDUA: mengenai adab do'a, kelebihannya dan
kelebihan sebahagian do'a yang diterima dari para shahabat, keutamaan
al-istighfar dan selawat kepada Nabi صلى الله عليه وسلم.
KEUTAMAAN DO'A
Berfirman
Allah Ta'ala:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ
أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي
(wa
idzaa sa-alaka ibaadii 'annii fa-innii qariibun ujii-bu da'watad- daa'i idzaa
da'aani fal-yastajiibuu lii).Artinya: "Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepada engkau tentang
Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku memperkenankan do'a (permintaan) orafig
yang meminta, apabila ia meminta kepadaKu. Sebab itu, perkenankanlah
seruanKu!" - S.
Al-Baqarah, ayat 186. Berfirman Allah Ta'ala:
(Ud'uu
rab-bakum tadlar-ru'an wa khuf-yatan innahuu laa
yu-hibbul-mu'-ta-diin).Artinya: "Bermohonlah kepada Tuhanmu dengan
rendah hati dan rahasia (suara jiwa).
Sesungguhnya Tuhan itu tidak menyukai orang-orang yang melanggar batas". - S. Al-A'raf, ayat 55. Berfirman Allah
Ta'ala: "Dan Tuhan kamu berfirman: "Mendo'alah kepadaKu, nanti
Kuperkenankan (permintaan) kamu itu! Sesungguhnya orang yang menyombongkan
dirinya dari menyembah Aku, akan masuk neraka jahannam dengan
kehinaan". S. Al-Mu'min ayat 60.
Berfirman Allah 'Azza wa Jalla: "Katakan! Serulah Allah atau serulah
Rahman. Mana saja (nama Allah) yang kamu seru. Dia mempunyai nama-nama
yang baik". S. Al-Isra', ayat 110.
Diriwayatkan
oleh An-Nu'man bin Basyir, dari Nabi صلى الله عليه وسلم. bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم. membaca:ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ (Ud'uuni astajib lakum) - S. Al-Mu'min, ayat 60.Artinya:
"Mendo'alah kepadaKu, nanti Kuperkenankan (permitaan) kamu itu"
......... sampai akhir ayat. Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم. "Doa itu otak ibadah" (1).
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: 'Tidak ada sesuatu yang lebih mulia pada
Allah 'Azza wa Jalla, selain dari pada do'a" (2).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Sesungguhnya hamba itu, tidak disalahkannya dari do'a
oleh salah satu dari tiga: adakalanya dosa yang diampunkan , adakalanya
disegerakan dan adakalanya kebajikan yang disimpan baginya".
Berkata Abu Dzar r.a.: "Mencukupilah dari do'a bersama kebajikan, akan apa
yang mencukupkan makanan dari garam". Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Mintalah pada Allah Ta'ala dari
kurniaNya! Maka sesungguhnya Allah Ta'ala menyukai diminta. Dan yang terutama
dari ibadah, ialah menantikan ke lapangan" (3).
ADAB DO'A: Adalah sepuluh:
Pertama:
memilih waktu mulia untuk berdo'a, seperti hari 'Arafah dari tahunanr bulan Ramadlan dari bulanan, hari Jum'at dari
mingguan, waktu sahur dari sa'at-sa'at malaman. Berfirman Allah Ta'ala:
"Dan diwaktu sahur (ujung malam), mereka berdo'a memohonkan ampun". -
S. Adz-Dzariyat, ayat 18. Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Allah Ta'ala turun pada tiap-tiap
malam kelangit dunia ketika tinggal sepertiga malam yang penghabisan. Maka
berfirman Allah Ta'ala: "Barangsiapa meminta (berdo'a) padaKu, maka akan
Aku terima do'anya itu. Barangsiapa meminta padaKu, maka akan Aku berikan. Dan
barangsiapa meminta ampun padaKu, maka Aku ampunkan dosanya" (4). Ada
orang mengatakan, bahwa Nabi Ya'qub a.s. sesungguhnya bersabda: "Akan aku
meminta ampun pada Tuhanku bagimu", untuk ia berdo'a pada waktu sahur.
Maka orang mengatakan, bahwa ia bangun pada waktu sahur mendo'a dan
anak-anaknya meng-amin-kan dibelakangnya. Maka diwahyukan oleh Allah 'Azza wa
Jalla kepadanya: "Sesungguhnya telah Kuampunkan dosa mereka dan Kujadikan
mereka menjadi nabi". Kedua: mengambil segala hal-keadaan yang mulia.
Berkata Abu Hurairah r.a.: "Sesungguhnya pintu-pintu langit itu terbuka
ketika bergerak segala barisan pada jalan Allah Ta'ala (sabili'llah), ketika
turun hujan dan ketika didirikan shalat-shalat fardlu. Dari itu, ambillah
kesempatan mendo'a padanya!"
Berkata
Mujahid: "Sesungguhnya shalat itu ditentukan pada sa'at-sa'at yang baik.
Maka haruslah kamu mendo'a dibelakang shalat-shalat itu!"
1).Dirawikan AtTirmidzi dari Anas, hadits qharib.
|
2.)Dirawikan AtTirmidzi dari Abu Hurairah, hadits qharib.
|
3).Dirawikan AtTirmidzi dari Ibnu Mas'ud.
|
4).Dirawikan AlBukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
|
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم:
"Do'a diantara adzan dan iqamah, tidak akan ditolak" (1).
Bersabda pula Nabs صلى الله عليه وسلم.: "Orang yang berpuasa, tidak akan ditolak do'anya"
(2).
Pada
hakikatnya. waktu muiia itu kembali pula kepada hal-keadaan mulia. Karena waktu
sahur adalah waktu kebersihan hati, keikhlasan dan kosongnya dari segala
gangguan.
Hari
'Arafah dan hari Jum'at adalah waktu berkumpul segala cita-cita dan hati
tolong-menolong dengan memperoleh hujan rahmat dari Allah 'Azza wa Jalla. Maka
inilah salah satu sebab kemuliaan waktu, seiain dari rahasia-rahasia yang ada
padanya, yang tidak dapat dilihat oleh manusia. Dan keadaan sujud juga lebih
wajar untuk dikabulkan do'a. Berkata Abu Hurairah r.a.: "Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Hamba yang paling dekat dengan
Tuhannya, ialah orang yang sujud. Dari itu, perbanyakkanlah do'a pada
sujud!" (3).
Diriwayatkan Ibnu 'Abbas r.a. dari Nabi صلى الله عليه وسلم. bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Sesungguhnya dilarang aku membaca
Al-Qur'an sedang ruku' atau sujud. Adapun ruku', maka agungkanlah Tuhan yang
Mahatinggi padanya. Adapun sujud, maka bersungguh-sungguhlah dengan do'a
padanya, karena do'a itu layaklah diterima bagimu".
Ketiga:
mendo'a itu dengan menghadap kiblat dan mengangkatkan kedua tangan, dimana
kelihatan putih kedua ketiaknya. Diriwayatkan Jabir bin Abdu'llah, bahwa
Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم.: "datang ketempat wuquf di 'Arafah
dan menghadap kiblat serta senantiasa ia mendo'a, sehingga terbenamlah
matahari" (4).
Berkata Salman:
"Bersabda Rasulu'llah صلى
الله عليه وسلم.:
"Bahwa Tuhanmu itu hidup, lagi mahapemurah. Ia malu kepada hambaNya
apabila mereka mengangkatkan tangan kepadaNya, bahwa ditolaknya dengan tangan
kosong "(5).
Diriwayatkan
Anas, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم.: "mengangkatkan kedua tangannya,
sehingga kelihatan putih kedua ketiaknya, pada do'a dan ia tidak
meng-isyaratkan dengan jarinya" (6).
Diriwayatkan Abu Hurairah r.a., bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم. lalu pada orang yang sedang berdo'a dan
mengisyaratkan dengan kedua jari telunjuknya. Lalu bersabdalah Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Esa—Esa!" Artinya:
dicukupkan dengan satu telunjuk saja.
Berkata
Abu'd-Darda' r.a.: "Angkatlah segala tangan itu, sebelum dirantai dengan
rantai!"
1.Dirawikan Abu Dawud dan At-Tirmidzi dan Anas.
|
2).Dirawikan At-Tirmidzi dan Ibnu Majah .dari Abu
Hurairah.
|
3).Dirawikan Muslim dari Abu Hurairah.
|
4).Dirawikan Muslim dari Jabir.
|
5).Dirawikan Abu Dawud dan At-Tirmidzi dan dipandangnya
hadits hasan.
|
6).Dirawikan Muslim dari Anas.
|
Kemudian, seharuslah disapukan muka dengan kedua tangan pada
akhir do'a. Berkata
Umar r.a.: "Adalah Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم. apabila memanjangkan kedua tangannya
pada do'a, tidak menarikkannya sebelum menyapukan mukanya dengan kedua tangan
itu" (1). Berkata Ibnu 'Abbas: "Adalah
Nabi صلى الله عليه وسلم, apabila mendo'a, merapatkan kedua tapak
tangannya dan membuat perut kedua tapak tangan itu mengiringi mukanya"
(2).
Itulah
keadaan tangan dan tidak mengangkatkan mata kelangit. Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Hendaklah dicegah orang-orang
banyak itu daripada mengangkatkan matanya kelangit ketika mendo'a atau
hendaklah mata itu dipincingkan!" (3).
Keempat:
merendahkan suara, antara merendahkan benar dan mengeraskan. Karena
diriwayatkan, bahwa Abu Musa AI-Asy-'ari berkata: "Kami datang bersama
Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم. Tatkala kami telah dekat dengan Madinah,
lalu beliau bertakbir dan manusia ramaipun bertakbir dan mengeraskan suaranya.
Lalu Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Wahai manusia!
Sesungguhnya yang engkau serukan itu, tidaklah tuli dan jauh. Sesungguhnya yang
engkau serukan adalah diantara kamu dan leher kenderaan kamu"
(4). Berkata 'A' isyah r.a. tentang firman Allah 'Azza wa Jalla:
وَلا تَجْهَرْ بِصَلاتِكَ
وَلا تُخَافِتْ بِهَا
(Wa
laa tajhar bishalaatika wa laa tukhaafit bihaa". — S.Al-Isra', ayat 110.
Artinya:
"Janganlah engkau keraskan suara dengan shalatmu dan jangan (pula) diam
saja". Ya'ni: dengan do'amu. Dan
telah dipujikan Allah 'Azza wa Jalla akan nabiNya Zakaria a.s., dimana Ia
berfirman: "Ketika ia berseru kepada Tuhannya. dengan suara yang lembut
(berbisik)". - S. Maryam, ayat 3. Berfirman Allah 'Azza wa Jalla:
"Berdo'alah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan rahasia (suara
jiwa") S. Al-A'raf, ayat 55.
Kelima:
tidak memaksakan diri dengan susunan yang bersajak pada do'a. Karena keadaan
orang yang mendo'a itu, sewajarnyalah dengan keadaan merendahkan diri. Dan
memberatkan diri dengan yang tersebut tadi, tidaklah bersesuaian. Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم.: "Akan ada suatu golongan, yang
melewati batas pada do'a". Berfirman Allah 'Azza wa Jalla:
"Berdo'alah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan rahasia (suara-jiwa);
sesungguhnya Tuhan itu tidak menyukai orang-orang yang melanggar batas". —
S. Al-A'raf, ayat 55. Ada yang mengatakan: maksudnya ialah memberatkan diri
dengan bersajak.
1.Dirawikan At-Tirmidzi dan katanya hadits gharib.
|
2.Dirawikan Ath-Thabrani dengan sanad dla'if.
|
3.Dirawikan Muslim dari Abu Hurairah.
|
4.Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim.
|
Yang
lebih utama, ialah tidak melampaui do'a-do'a yang datang dari Nabi صلى الله عليه وسلم., shahabat dan tabi'in (do'a yang
ma'tsur). Kadang-kadang orang yang mendo'a itu melewati batas pada do'anya.
Lalu meminta apa yang tidak dikehendaki oleh kemuslihatannya. Dari itu, maka
tidak seorangpun yang dapat menyusun do'anya dengan baik.
Karena
itulah, diriwayatkan dari Mu'az r.a., bahwa ulama itu diperlukan dalam sorga,
karena dikatakan kepada penduduk sorga: "Bercita-citalah! "Maka
mereka tiada tahu, bagaimana bercita-cita itu, sebelum mereka mempelajari dari
para ulama. Bersabda Nabi صلى
الله عليه وسلم.:
"Awaslah bersajak pada do'a! Memadailah seorang kamu mengatakan dalam
do'anya: "Wahai Allah Tuhanku! Sesungguhnya aku meminta padaMu sorga dan
yang mendekatkan kepadanya dari perkataan dan perbuatan. Aku berlindung dengan
Engkau dari neraka dan yang mendekatkan kepadanya dari perkataan dan
perbuatan" (1).
Dalam
suatu hadits, tersebut; "Akan datang suatu kaum yang melampaui batas pada
do'a dan bersuci".
Setengah
salaf, lalu pada seorang tukang pangkas, yang berdo'a dengan bersajak, maka ditegurnya:
"Adakah engkau begitu bersusah-payah menyusun kata kepada Allah?
Sesungguhnya aku mengaku sudah melihat seorang kekasih bangsa 'Ajam (bukan
'Arab), mendo'a dan tidak melebihkan ucapannya dari: "Wahai Allah Tuhanku!
Jadikanlah kami orang yang baik! Wahai Allah Tuhanku! Janganlah Engkau siarkan
keburukan kami pada hari kiamat! Wahai Allah Tuhanku! Berilah kepada kami
taufik bagi kebajikan!" Dan manusia ramai mendo'a dari tiap-tiap sudut
dibelakangnya dan dia dikenal dengarr keberkatan do'anya". Berkata
setengah mereka: "Berdo'alah dengan lidah kehinaan dan kejahatan, tidak
dengan lidah kefasihan dan kelancaran kata-kata!" Dan dikatakan, bahwa
para ulama dan segolongan orang-orang shalih (al-ab-dal), tidak melebihkan pada
do'anya diatas tujuh perkataan atau kurang lagi. Dan dibuktikan untuk itu
dengan penghabisan surat "Al-Baqarah". Karena Allah Ta'ala tidak
menerangkan dari hal do'a-do'a hambaNya pada suatu tempatpun yang lebih banyak
dari itu. Ketahuilah, bahwa yang dimaksud dengan "sajak", ialah: memberatkan
do'a dengan penyusunan kata-kata, yang mana, demikian itu tidak bersesuaian
dengan kerendahan dan kehinaan diri. Kecuali, pada do'a-do'a yang diterima dari
Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم. itu, kalimat-kalimat yang berseimbangan
(berwazan). Tetapi tidaklah secara memberatkan, seperti bacaan (do'a) Nabi صلى الله عليه وسلم.:
1. Kata Allraqi, hadits ini gharib.
|
أسألك الأمن من يوم الوعيد
والجنة يوم الخلود مع المقربين الشهود والركع السجود الموفين بالعهود إنك رحيم
ودود وإنك تفعل ما تريد
(As-aluka'l-amna
jauma'l-wa'iid, wa'lja'nnata jauma'l-khuluud, ma'al-mu-qar-rabiina-sy-syu-huud,
wa'rru'kka'is-sujuud, al-muufiina bi'l-'u-huud, i'nnaka rahiimu'wwaduud, wa
a'nnaka tafalu maaturiid). Artinya: "Aku meminta padaMu keamanan pada hari
yang dijanjikan azab, balasan dari dosa (jauma'l-wa'iid), aku meminta sorga
pada hari kekekalan, bersama orang-orang yang didekatkan, lagi yang
menyaksikan, orang-orang yang ruku' dan sujud, orang-orang yang menepati dengan
janji-janji yang dijanjikan. Sesungguhnya Engkau mahapengasih, lagi penyayang.
Dan sesungguhnya Engkau berbuat apa yang Engkau kehendaki!" (1). Dan
contoh-contoh yang lain seperti itu.
Maka
hendaklah dibatasi kepada do'a-do'a yang diterima dari Nabi صلى الله عليه وسلم., shahabat dan tabi'in. Atau bermohon
dengan lidah kerendahan dan ketun-dukan hati, tanpa bersajak dan memberatkan تكلف (taka'lluf).
Maka merendahkan diri itu, adalah dikasihi oleh Allah 'Azza wa Jalla. Keenam:
merendahkan diri dan khusyu' serta gemar dan takut ( kepada Allah Ta'ala).
Berfirman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya mereka telah berlomba-lomba dalam
usaha-usaha kebaikan dan mereka mendo'a kepada kami dengan pengharapan dan
perasaan takut" S. Al-Anbia, ayat
90. Berfirman Allah 'Azza wa Jalla: "Berdo'alah kepada Tuhanmu dengan
rendah hati dan "rahasia (suara jiwa)". - S. Al-A'raf, ayat 55.
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Apabila dikasihi oleh Allah
seseorang hamba, niscaya dicobanya, sehingga terdengar ia merendahkan diri (التضرع at-tadla'rru')"
(2).
Ketujuh: menetapkan
hati dengan mendo'a dan meyakini akan diterima serta membenarkan harapan pada
do'a itu. Bersabda Nabi صلى
الله عليه وسلم.:
"Janganlah diucapkan oleh seseorang kamu apabila mendo'a: "Wahai
Allah Tuhanku! Ampunilah dosaku, kalau Engkau kehendaki! Wahai Allah Tuhanku'.
Kasihanilah aku, kalau Engkau kehendaki!", untuk menetapkan hati (menazamkan)
permintaan itu. Karena sesungguhnya tak ada yang memaksakan Allah Ta'ala"
(3).
1.Dirawikan AtTirmidzi dari Ibnu Abbas.
|
2.Dirawitan Abu Manaur AdDailami dari Anas.
|
3.Dirawikan AlBukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.
|
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Apabila berdo'a seorang kamu, maka hendaklah ia
membesarkan ke ingin an, karena tiada akan menyamai keagunganNya oleh
sesuatu". Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Mendo'alah kepada Allah dan kamu meyakini akan
diterima! Dan ketahuilah, bahwa Allah 'Azza wa Jalla tiada akan menerima do'a
dari hati yang lalai" (1).
Berkata
Sufyan bin'Uyainah:"Tidaklah dilarang seseorang kamu darido'a, apa yang
diketahuinya dari dirinya. Maka sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla menerima do'a
makhluk yang terjahat, yaitu Iblis yang telah dikutuki Allah —, karena Iblis
itu berkata: "Wahai Tuhanku! Beri tangguhlah aku sampai kepada hari
mereka dibangkitkan". Tuhan berfirman: "Sesungguhnya engkau
termasuk orang-orang yang diberi tangguh" — S. Al-Hijr, ayat 36 - 37.
Kelapan:
bersungguh-sungguh pada mendo'a dan mengulang-ulanginya tiga kali. Berkata Ibnu
Mas'ud: "Adalah Nabi صلى
الله عليه وسلم.
apabila mendo'a, ia mendo'a tiga kali dan apabila meminta, ia meminta tiga
kali" (2) dan seyogialah ia tidak merasa lambat. diterima do'anya itu,
karena sabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Akan diterima do'a seseorang
kamu, selama tidak minta disegerakan, dimana ia mengatakan: "Aku telah
mendo'a, maka do'aku tidak diterima". Apabila engkau mendo'a, maka
mintalah banyak-banyak pada Allah, karena sesungguhnya engkau mendo'a pada
Allah yang Mahapemurah" (3).
Berkata
sebahagian mereka: "Sesungguhnya aku meminta pada Allah 'Azza wa Jalla
suatu keperluan, sejak duapuluh tahun yang lampau dan tidak dikabulkanNya
do'aku itu, sedang aku mengharap akan dikabulkan. Dan aku meminta pada Allah
Ta'ala kiranya dianugerahiNya aku taufiq untuk meninggalkan apa yang tidak
penting bagiku". Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Apabila meminta seseorang kamu
pada Tuhannya sesuatu permintaan, maka dimintanya pengabulan. Dari itu,
hendaklah dibacakan: الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات
(Alhamdu
li'Ilaahi'lladzii bi ni'matihi tati'mmu 'sh-shaalihaat". Artinya: "Segala
pujian bagi Allah, dimana dengan ni'matNya, sempurnalah segala yang baik".
Barangsiapa terlambat sesuatu dari permintaan itu kepadanya, maka hendaklah
dibacakan:(Alhamdu li'llaahi 'alaa ku'lli" haal). Artinya: "Segala
pujian bagi Allah diatas segala hal keadaan" (4).
1.Dirawikan At-Tirmidzi dari Abu Hurairah.
|
2.Dirawikan Muslim.
|
3.Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.
|
4.Dirawikan Al-Baihaqi dari Abu Hurairah.
|
Kesembilan:
do'a itu dimulai dengan menyebutkan (berdzikir) akan Allah 'Azza wa Jalla. Maka
janganlah dirnulainya dengan meminta. Berkata Salmah bin Al-Akwa': "Belum
pernah aku mendengar Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم. memulai do'anya, selain dirnulainya
dengan membacakan:سبحان ربي العلي الأعلى الوهاب (Subhaana ra'bbia'l-aliyyi'l-a'la'l-wahhaab).Artinya:
"Mahasuci Tuhanku yang tertinggi, maha tinggi, yang maha pemberi".
Berkata
Abu Sulaiman Ad-Darani r.a.: "Barangsiapa bermaksud meminta pada Allah
sesuatu keperluan, maka hendaklah dirnulainya dengan selawat kepada Nabi صلى الله عليه وسلم. Kemudian dimintanya akan keperluannya
itu. Kemudian disudahinya dengan selawat kepada Nabi صلى الله عليه وسلم. Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla
menerima akan dua selawat itu dan Dia mahapemu-rah daripada meninggalkan (tidak
menerima) akan do'a, diantara kedua selawat tadi".
Diriwayatkan
pada suatu hadits dari Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم., bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Apabila kamu meminta
pada Allah 'Azza wa Jalla suatu keperluan, maka hendaklah kamu mulai dengan
selawat kepadaku. Sesungguhnyalah Allah 'Azza wa Jalla mahapemurah, daripada
dimintakan padaNya dua keperluan lalu diterimaNya yang satu dan ditolaknya yang
lain". Diriwayatkan hadits tersebut oleh Abu Thalib Al-Makki
Kesepuluh:
adab batin. Itulah yang pokok pada diterima do'a, yaitu: taubat, mengembalikan
segala hak orang yang teraniaya dan menghadapkan jiwa raga kepada Allah 'Azza
wa Jalla, dengan seluruh kemauan hati. Maka itulah sebab yang mendekatkan
kepada diterima do'a Diriwayatkan dari Ka'b Al-Ahbar, bahwa ia mengatakan:
"Telah mendapat malapetaka manusia dengan kemarau yang hebat pada masa
Musa a.s. Lalu keluarlah Musa a.s. bersama Bani Is rail, meminta hujan pada
Allah Ta'ala. Mereka tidak diturunkan hujan. sehingga Musa a.s. keluar tiga
kali dan tidak juga diturunkan hujan.
Maka
diwahyukan oleh Allah 'Azza wa Jalla kepada Musa a.s.: "Aku tidak menerima
do'amu dan do'a orang-orang bersamamu, karena pada kamu ada orang yang suka
menceriterakan kekurangan orang (lalat-merah)".
Maka
bermohon Musa a.s.: "Wahai Tuhanku! Siapakah dia itu, supaya kami
keluarkan dia dari kami?"
Maka
diwahyukan oleh Allah 'Azza wa Jalla kepada Musa a.s.: "Hai Musa! Aku
larang kamu semuanya dari lalat merah (nammam) dan Aku lah Nammam".
Lalu
bersabda Musa a.s. kepada Bani Israil: "Tobatlah kamu semuanya kepada
Tuhanmu dari lalat merah itu!" Maka bertobatlah mereka, lalu diturunkan
oleh Allah Ta'ala hujan kepada mereka". Berkata Sa'id bin Jubair:
"Datanglah musim kemarau kepada manusia pada masa salah seorang dari
raja-raja Bani Israil.
Lalu
mereka meminta hujan. Maka bersabdalah raja itu kepada Bani Israil:
"Hendaklah kiranya diturunkan oleh Allah Ta'ala kepada kita hujan atau
kita sakiti Allah itu. Lalu ditanyakan raja tadi: "Bagaimanakah kita
sanggup menyakitkanNya, sedang Dia dilangit?"
Maka
menjawab raja itu: "Bunuhlah wali-wali dan orang-orang yang mentaatiNya.
Maka yang demikian itu adalah menyakitkanNya". Maka diturunkan oleh Allah
Ta'ala kepada mereka itu hujan. Berceritera Sufyan Ats-Tsuri: "Sampai
kepadaku ceritera, bahwa kaum Bani Israil mengalami kemarau tujuh tahun
lamanya. Sehingga mereka memakan bangkai dari tempat-tempat sampah dan memakan
anak-anak kecil.
Dalam
keadaan yang demikian itu, lalu mereka dibawa kebukit-bukit. Mereka itu
menangis dan merendahkan diri kepada Allah Ta'ala. Maka diwahyukan oleh Allah
'Azza wa Jalla kepada nabi-nabi mereka a.s.: "Kalau berjalanlah kamu
kepadaKu dengan tapak-kakimu, sehingga pecahlah lutut-lututmu, sampailah
tangan-tanganmu kepuncak langit dan penatlah lidah-lidahmu dari mendo'a, tetapi
Aku tidak akan mengabulkan orang yang berdo'a dari kamu dan tidak akan
mengasihi orang yang menangis dari kamu sebelum kamu, sebelum kamu
mengembalikan hak-hak orang yang dizalimi kepada pemiliknya".
Lalu
mereka laksanakan pengembalian hak itu, maka mereka pun diturunkan hujan dari
hari itu juga".
Berceritera Malik bin Dinar: "Manusia Bani Israil mendapat
musibah (bencana) kemarau, lalu keluar mereka berkali^kali meminta hujan. Maka
diwahyukan oleh Allah 'Azza wa Jalla pada Nabi mereka, supaya memberi tahukan kepada
mereka, yang maksudnya: "Sesungguhnya kamu semua keluar kepadaKu dengan
badan najis. Kamu angkatkan kepadaKu tapak-tangan, yang telah kamu tumpahkan
darah dengan dia. Kamu isikan penuh perutmu dengan yang haram. Sekarang telah
bersangatan benar amarahKu kepadamu dan kamu tidak bertambah dekat kepadaKu,
melainkan bertambah jauh".
Berkata Abu'sh-shiddiq An - Naji: "Nabi Sulaiman a.s. keluar berdo'a
meminta hujan. Maka lalulah ia dekat seekor semut yang terlentang, belakangnya
diatas tanah, mengangkatkan segala kakinya kelangit, seraya mendo'a: "Ya
Allah Tuhanku! Sesungguhnya kami adalah suatu makhluk dari makhlukMu dan tiada
merasa cukup tanpa rezeki yang Kamu berikan. .Maka janganlah Engkau binasakan
kami dengan dosa yang diperbuat oleh selain kami!"
Maka
bersabda Sulaiman a.s. kepada rombongannya: "Pulanglah!
Sesungguhnya
kamu telah diberikan hujan dengan do'a dari selain kamu!"
Berkata
Al-Auza'i: "Serombongan manusia keluar meminta hujan (istisqa'). Maka
bangunlah dalam rombongan mereka, Bilal bin Sa'd, Lalu memujikan Allah Ta'ala
dan menyanjungNya. Kemudian berkata: "Wahai rombongan orang yang telah
hadir! Tidakkah kamu mengaku kepada Allah Ta'ala dengan perbuatan jahat?"
Lalu
mereka itu menjawab: "Ya Allah Tuhanku! Benar!"
Maka
berdo'a Bilal bin Sa'd: "Ya Allah Tuhanku! Sesungguhnya kami
telah
mendengar Engkau berfirman:
(Maa
'ala'l-muhsiniina min sabiil". — S. Al-Baraah, ayat 91 Artinya:
"Tidak ada jalan terhadap orang-orang yang berbuat kebaikan (untuk
menyalahkannya)". Kami telah mengaku, berbuat kejahatan, maka adakah
pengampunan Engkau, selain kepada orang-orang yang seperti kami? Wahai Allah
Tuhanku! Ampunilah kami, kasihanilah kami dan turunkanlah kepada kami
hujan!" Maka Bilal mengangkatkan kedua tangannya dan orang banyakpun
mengangkatkan tangannya. Maka turunlah hujan kepada mereka".
Dikatakan
kepada Malik bin Dinar: "Do'akanlah pada Tuhanmu bagi kami!"
Maka
menjawab Malik: "Sesungguhnya kamu memperlambatkan turunnya hujan dan aku
memperlambatkan pencegahannya". Diriwayatkan, bahwa Isa a.s. keluar
meminta hujan. Maka tatkala mereka itu telah bosan, lalu bersabda Isa a.s.:
"Siapa dari kamu yang berbuat dosa, pulanglah! "Maka pulanglah mereka
itu semuanya dan tak ada yang tinggal bersama Isa a.s. pada lapangan yang
kering itu, selain seorang saja. Lalu bersabda Isa a.s. kepadanya: "Adakah
engkau berdosa?" Maka menjawab orang yang seorang itu: "Demi Allah,
aku tak tahu sedikitpun bahwa aku berdosa, kecuali pada suatu hari aku
mengerjakan shalat, maka lalulah dekatku seorang wanita. Lalu aku menoleh
kepadanya dengan mataku ini. Sewaktu wanita itu melintasi aku, maka aku
masukkan jariku kedalam mataku, kemudian aku tarikkan kembali dan aku ikuti
lagi wanita itu dengan mataku".
Maka
bersabda Isa a.s. kepadanya: "Berdo'alah kepada Allah, supaya aku membaca
"amin" kepada do'amu!"
Diterangkan,
bahwa orang itu lalu mendo'a, maka menampaklah awan hitam dilangit, kemudian
langit itu mencurahkan hujan. Merekapun memperoleh air.
Berkata
Yahya Al-Ghassani: "Telah ditimpakan kemarau kepada manusia pada masa Daud
a.s. Maka mereka memilih tiga orang dari ulamanya, lalu keluar meminta hujan
untuk mereka. Berdo'a seorang dari yang tiga itu: "Ya Allah Tuhanku!
Sesungguhnya Engkau telah menurunkan dalam Taurat Engkau, bahwa kami mema'afkan
orang yang berbuat kezaliman kepada kami. Ya Allah Tuhanku! Sesungguhnya kami
telah berbuat kezaliman terhadap diri kami sendiri, maka ma'afkanlah
kami!" Berdo'a ulama yang kedua: "Ya Allah Tuhanku! Sesungguhnya
telah Engkau turunkan dafam Taurat Engkau, bahwa kami memerdekakan budak-budak
kami. Wahai Allah Tuhanku! Sesungguhnya kami adalah budak Engkau, maka
merdekakanlah kami!"
Berdo'a
ulama yang ketiga: "Wahai Allah Tuhanku! Sesungguhnya telah Engkau
turunkan dalam Taurat Engkau, bahwa tidaklah kami menolak orang-orang miskin
apabila mereka berdiri dipintu-pintu kami. Wahai Allah Tuhanku! Sesungguhnya
kami adalah orang-orang miskin Engkau, kami berdiri dipintu Engkau. Maka
janganlah Engkau tolak do'a kami!" Maka hujanpun diturunkan kepada
mereka.
Berkata
'Atha' As-Salmi: "Kami tidak diberikan hujan, lalu kami keluar meminta
hujan. Tiba-tiba kami bertemu dengan Sa'dun Gila (AI-Majnun) dipekuburan. Maka
ia melihat kepadaku, seraya berkata: "Hai 'Atha'! Adakah ini hari
kebangkitan atau dikumpulkan apa yang dalam kubur?" Maka aku menjawab:
"Tidak! Hanya kami tidak diturunkan hujan, maka kami keluar meminta
hujan".
Lalu
bertanya Sa'dun Gila: "Dengan hati bumi atau dengan hati langit?" Aku
menjawab: "Dengan hati langit!"
Maka
menyambung Sa'dun: "Amat jauh itu, hai 'Atha'! Katakanlah kepada
orang-orang yang tekebur itu: "Janganlah kamu tekebur! "Karena yang
mengecam itu melihat". Kemudian ia menoleh kelangit dengan matanya, seraya
mendo'a: "Wahai Tuhanku, yang mengaturku dan yang memerintahkanku!
Janganlah Engkau binasakan negeri Engkau disebabkan dosa hamba Engkau! Tetapi
dengan rahasia-yang tersembunyi dari nama-nama Engkau dan apa yang
disembunyikan oleh hijab-hijab dari segala rahmat Engkau, tidaklah lain,
melainkan kiranya Engkau sirami kami dengan air yang banyak membanjir, yang
hiduplah hamba-hambaMu dengan air itu dan yang menghilangkan kehausan negeri
dengan dia. Wahai kiranya Yang Mahakuasa atas segala sesuatu!" Berkata
'Atha' seterusnya: "Maka belum lagi habis kata-kata itu diucapkan, lalu
mengguruhlah langit dan kilat sambung-menyambung dan turunlah hujan, seperti
dicurahkan dari langit. Maka Sa'dun berpaling, seraya bermadah:
"Beroleh
kemenangan orang zahid dan 'abid,
mereka
melaparkan perut karena Tuhannya.
Tidak
menidurkan mata yang sakit karena cinta,
maka
lalulah malam, sedang mereka berjaga-jaga.
Disibukkan
mereka oleh ibadah kepada Allah Ta'ala,
sampai
orang menyangka, diantara mereka ada yang gila......."
Berkata
lbnu'I-Mubarak: "Aku datang ke Madinah pada tahun kemarau benar. Maka
keluarlah manusia meminta hujan. Lalu akupun keluar bersama mereka. Tiba-tiba
datanglah seorang budak hitam, dengan memakai dua helai kain kasar. Dia
bersarung dengan yang sehelai dan yang sehelai lagi diletakkannya diatas
bahunya. Ia duduk dekatku, maka aku dengar ia mendo'a: "Wahai Tuhanku!
Adakah Engkau jadikan segala wajah, yang banyak dosa dan perbuatan jahat pada
sisiMu? Telah Engkau tahan hujan dari langit untuk Engkau ajarkan hambaMu
dengan yang demikian. Maka aku bermohon pada Engkau, wahai yang maha penyantun,
yang mempunyai belas-kasihan! Wahai yang tidak dikenal hamba daripadaNya-selain
kebaikan. Kiranya menurunkan hujan kepada mereka. jam demi jam!"
Maka
terus-meneru.slah budak hitam itu mengucapkan: jam demi jam, sehingga langit
berpakaian dengan mendung dan turunlah hujan dari segala penjuru.
Berkata
lbnu'I-Mubarak: "Aku pergi kepada AI-FudlaiL maka ia bertanya:
"Mengapakah aku melihat engkau susah?" Lalu aku menjawab: "Ada
suatu hal yang telah dialami oleh orang lain, lebih dahulu dari kami. Maka dapat
diatasinya, tetapi kami tidak". Lalu aku ceriterakan kepadanya ceritera
itu. Maka berteriaklah Al-Fudlail, seraya jatuh pingsan".
Diriwayatkan,
bahwa Umar bin AJ-Khaththab r.a. meminta hujan dengan 'Abbas r.a. Sewaktu Umar
telah selesai dari do'anya, lalu mendo'a 'Abbas: "Ya Allah Tuhanku!
Sesungguhnya tidaklah turun bencar.a dari langit, selain disebabkan dosa. Dan
dosa itu tidak akan hilang, selain dengan taubat. Dan orang banyak telah
menghadapkan wajahnya kepada Engkau, disebabkan aku, karena kedudukanku dari
Nabi Engkau صلى الله عليه وسلم.! Inilah tangan kami, kami angkatkan
kepada Engkau dengan segala dosa dan kami telah nasehat-menasehati sesama kami
dengan taubat! Engkaulah penggembala, yang tidak menyia-nyiakan yang telah
hilang dan tidak meninggalkan yang sudah pecah dirumah yang disia-siakan.
Sesungguhnya yang kecil, telah merendakan diri, yang besar telah berperasaan
halus. Telah meninggilah suara dengan pengaduan dan Engkau mengetahui r.kan
rahasia dan yang tersembunyi. Wahai Allah Tuhanku! Maka turunkanlah hujan
dengan rahmatMu, sebelum mereka berputus asa. Lalu binasalah mereka.
Sesungguhnya, tiada yang berputus asa dari rahmat Allah, selain orang-orang
kafir".
Berkata
Umar r.a. seterusnya: "Belum lagi habis perkataannya, lalu terangkatlah langit
seperti bukit-bukit".
KEUTAMAAN SELAWAT KEPADA RASULULLAH صلى الله عليه وسلم. DAN KELEBIHAN RASULU'LLAH صلى الله عليه وسلم.
Berfirman
Allah Ta'ala: (Innallaaha wa malaa-ikatahu yushalluuna 'alan-nabiyyi
ya-ayyuhalla dziina aa manuu shalluu alaihi wa sallimuu tasliimaa).
Artinya:
"Sesungguhnya
Allah dan malaikatNya menyampaikan rahmat (selawat) kepada Nabi. Hai
orang-orang yang beriman! Hendaklah kamu menyampaikan selawat dan salam
kepadanya dengan sepenuh kehormatan!" — S. Al-Ahzab, ayat 56. Diriwayatkan
bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم.: "datang pada suatu hari dan
kegembiraan menampak pada wajahnya. Lalu Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Sesungguhnya datang
kepadaku Jibril a.s. seraya berkata: "Apakah tak rela engkau, wahai
Muhammad, bahwa tidak mengucapkan satu selawat oleh seseorang dari umat engkau
kepada engkau, melainkan aku berdo'a (meminta rahmat) kepadanya sepuluh kali?
Dan tidak mengucapkan salam seseorang dari umat engkau kepada engkau, melainkan
aku mengucapkan salam (meminta kesejahteraan) kepadanya sepuluh kali?"
(1).
Bersabda
Nabi صلى الله عليه وسلم.:"Barangsiapa berselawat
kepadaku,niscaya malaikat berselawat (mendo'akan rahmat) kepadanya, akan apa
yang ia telah selawatkan kepadaku. Maka hendaklah ia sedikitkan atau banyakkan
ketika itu!" Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Manusia yang paling utama bagiku,
ialah yang paling banyak berselawat kepadaku" (2).
Bersabda
Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Cukuplah kikir seorang mu'min,
bahwa disebutkan aku padanya, maka ia tidak berselawat kepadaku" (3).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Banyakkanlah berselawat kepadaku
pada hari Jum'at!" Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Barangsiapa berselawat kepadaku
dari umatku, niscaya dituliskan baginya sepuluh kebajikan dan dihapuskan
daripadanya sepuluh kejahatan". Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Barangsiapa membaca, ketika
mendengar adzan dan iqamah:اللهم رب هذه الدعوة التامة والصلاة القائمة صل على محمد
عبدك ورسولك وأعطه الوسيلة والفضيلة والدرجة الرفيعة والشفاعة يوم القيامة 1.Arti
do'a tersebut, ialah: "Wahai Allah Tuhanku, yang memiliki do'a yang
sempurna ini . dan shalat yang didirikan, berilah rahmat kepada Muhammad
hambaMu dan rasulMu! . Anugerahilah kepadanya jalan (al-wasilah), kelebihan,
derajat tinggi dan syafa'at pada , hari kiamat!"
(Allaahu'mma
ra'bba haadzihi'dda'wati'ttaa-mmati wa'sh-shalaati'l-qaa-imah, sha'lli 'alaa
Muhamamadin 'abdika wa rasulik. Wa a'thihi'lwasiilatawa'l-fadiilata
wa'ddarajata'rrafiiah.wa'sy-syafaa'ata yauma'l-qiyamah)
Nescaya
bertempatlah syafaatku baginya (Hadits ini dirawikan Al-Bukhari dari Jabir.)
1.Dirawikan An-Nasa-i dan Ibnu Hibban dari Abu Thalhah
dengan isnad baik. 2.Dirawikan At-Tirmidzi dari Ibnu Mas'ud.hadits ini baik
dan gharib.
3.Dirawikan qasim bin Ashbagh dari Al-Hasan bin Ali.
|
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Barangsiapa mengucapkan selawat didalam kitab (suatu
tulisan), niscaya senantiasalah malaikat mengucapkan istighfar (meminta ampun)
untuknya, selama namaku ada pada kitab itu" (1).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Sesungguhnya dibumi itu ada malaikat-malaikat yang
berjalan keliling yang menyampaikan salam dari umatku kepadaku". Bersabda
Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Tidaklah seseorang yang
mengucapkan salam kepadaku, melainkan dikembalikan oleh Allah kepadaku rohku,
sehingga aku menjawab salam kepadanya" (2).
Ditanyakan kepada Nabi صلى الله عليه وسلم.: Wahai Rasulu'llah! Bagaimanakah kami berselawat
kepadamu?"Menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Bacalah: "Allaahu'mma
sha'lli 'alaa Muhammaddin 'abdika wa 'alaa aalihi wa azwaajihi
wadzurriyyaatihi, kamaa she'llaita'alaa Ibraahiima wa-aali
Ibraahiim,wabaarik'alaa Muhammadin wa azwaajihi wa dzurriyyaatihi, kamaa
baarakta'alaa Ibraahiima wa-aali Ib-raahiim, i'nnaka hamiidu'mmajiid" (3).
Diriwayatkan,
bahwa 'Umar bin Al-Khaththab r.a. terdengar menangis setelah wafat Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم., seraya mengatakan: "Demi
ibu-bapaku, wahai Rasulullah! Sesungguhnya adalah suatu yang baru lagi mulia
(agama Islam), engkau berpidato dihadapan manusia untuk yang baru itu. Tatkala
manusia bertambah banyak, engkau ambil mimbar untuk engkau perdengarkan kepada
mereka. Maka amat sedihlah yang baru itu berpisah dengan engkau, sehingga
engkau letakkan tangan engkau diatasnya, maka barulah ia tentram. Umatmu adalah
lebih utama merindukan engkau, karena engkau berpisah dengan mereka.
Demi
ibu-bapaku, wahai Rasulu'llah, Sesungguhnya telah sampai kelebihan engkau pada
sisiNya, bahwa dijadikanNya tha'at kepada engkau akan tha'at kepadaNya.
Berfirman Ia 'Azza wa Jalla: "Barangsiapa mentha'ati Rasul itu,
sesungguhnya dia telah mentha'ati Allah". - S. An-Nisa, ayat 80.
Demi
ibu-bapaku, wahai Rasulu'llah! Sesungguhnya telah sampai kelebihan engkau pada
sisiNya, dengan dikabarkanNya kepada engkau akan dima'afkanNya engkau, sebelum
Ia mengabarkan kepada engkau dengan dosa. Maka berfirman Ia yang Mahatinggi:
"Telah dima'afkan Allah engkau! Mengapa engkau izinkan mereka
(tinggal?)" — S.AI-Baraah, ayat 43.
1.Dirawikan Ath-Thabrani dari Abu Hurairah, dengan sanad
dla'if.
|
2.Dirawikan Abu Dawud dari Abu Hurairah, dengan sanad
baik.
|
3.Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hamid
As-Sa'idi.
|
Demi
ibu-bapaku, wahai Rasulu'llah! Sesungguhnya telah sampai kelebihan engkau pada
sisiNya. Bahwa diutuskanNya engkau penghabisan dari nabi-nabi dan disebutkanNya
engkau pada permulaan dari nabi-nabi itu. Berfirman Allah 'Azza wa Jalla:
"Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari
engkau (Muhammad), dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa anak Maryam dan Kami ambil
dari mereka perjanjian yang sungguh-sungguh". - S. Al-Ahzab, ayat 7. Demi
ibu-bapaku, wahai Rasulu'llah! Sesungguhnya telah sampai kelebihan engkau pada
sisiNya,bahwa penduduk neraka itu ingin mentha'ati engkau. sedang mereka adalah
di'azabkan diantara lapisan-lapisan neraka. Mereka mengatakan: "Wahai!
Alangkah baik kiranya (hendaknya) kami patuh kepada Allah dan patuh kepada
Rasul!" - S. Al-Ahzab, ayat 66.
Demi
bapa dan ibuku, wahai Rasulu'llah! Sungguh, kalau adalah Musa anak 'Imran,
diberikan oleh Allah kepadanya batu, dimana, lalu terpancar-pancar daripadanya
air Iaksana sungai. Maka apakah yang lebih mena'jubkan lagi, dengan jari-jari
engkau, dimana terbit daripadanya air? Diberi rahmat oleh Allah kiranya kepada
engkau!
Demi
bapa dan ibuku, wahai Rasulu'llah! Sesungguhnya adalah Sulaiman anak Daud,
diberikan oleh Allah kepadanya angin, pagi-paginya sebulan dan sorenya sebulan.
Maka apakah yang lebih mena'jubkan lagi dari burak, dimana engkau
diberangkatkan malam hari (di-isra'-kan) diatas burak itu, kelangit ketujuh,
kemudian engkau bershalat Subuh dari malam engkau itu di Abthah? Diberi rahmat
oleh Allah kiranya engkau! Demi bapa dan ibuku, wahai Rasulu'llah! Sesungguhnya
kalau adalah Isa anak Maryam, diberikan oleh Allah kepadanya, dapat
menghidupkan kembali orang mati, maka apakah yang lebih mena'jubkan lagi dari
kambing yang diracuni, ketika ia berbicara dengan engkau, sedang ia sudah
digoreng, dimana lengannya berkata kepada engkau: "Jangan engkau makan
aku, karena aku beracun!"
Demi
bapa dan ibuku, wahai Rasulu'llah! Sesungguhnya telah berdo'a Nuh terhadap kaumnya,
dengan mengatakan: "Wahai Tuhanku! Jangan Engkau biarkan orang-orang yang
bersalah itu bertempat tinggal dimuka bumi!" — S. Nuh, ayat 26. Dan
kalaulah engkau berdo'a terhadap kami seperti itu, niscaya binasalah kami
semuanya. Maka sesungguhnya telah membungkuk belakang engkau, berdarah muka
engkau dan hancur-luluh sendi-sendi engkau, tetapi enggan engkau mengatakan,
selain yang kebajikan. Lalu engkau berdo'a: "Wahai Allah Tuhanku!
Ampunilah kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui!"
Demi
bapa dan ibuku, wahai Rasulu'llah! Sesungguhnya telah diikuti akan engkau
didalam kesedikitan umur engkau dan kependekan usia engkau, oleh apa yang tidak
diikuti akan Nuh didalam kebanyakan umurnya dan kepanjangan usianya.
Sesungguhnya telah beriman kepada engkau, jumlah yang banyak. Dan tidak beriman
kepada Nuh, selain dari jumlah yang sedikit.
Demi
bapa dan ibuku, wahai Rasulu'llah! Jikalau tidaklah engkau mengambil teman
duduk, selain yang sepadan bagi engkau, tentulah tidak engkau duduk-duduk
dengan kami. Jikalau tidaklah engkau mengawini, selain yang sepadan dengan
engkau, tentulah tidak engkau mengawini pada golongan kami. Dan jikalau
tidaklah engkau mewakilkan, selain kepada orang yang sepadan bagi engkau,
tentulah tidak engkau mewakilkan kepada kami. Maka sesungguhnya - demi Allah —
engkau telah duduk-duduk bersama kami, kawin dengan golongan kami dan
mewakilkan sesuatu kepada kami. Engkau pakai bulu, engkau kendarai keledai,
engkau ikutkan orang dibelakang engkau, engkau letakkan makanan engkau diatas
lantai dan engkau mengambil makanan itu dengan jari-jari engkau, karena engkau
merendahkan diri. Diberi rahmat dan kesejahteraan oleh Allah kepada
engkau!"
Berkata
sebagian mereka: "Adalah aku menuliskan hadits dan membacakan selawat
kepada Nabi صلى الله عليه وسلم. didalamnya dan tidak membacakan salam.
Maka aku bermimpi Nabi صلى
الله عليه وسلم.
didalam tidur, yang menanyakan kepadaku: "Mengapa tidak engkau sempurnakan selawat
kepadaku dalam tulisanmu itu?" Maka tidaklah aku tuliskan lagi sesudah
itu, melainkan aku mengucapkan selawat dan salam kepadanya". Diriwayatkan dari Abi'l-Hasan, yang
mengatakan: "Aku bermimpi Nabi صلى الله عليه وسلم. didalam tidur, maka aku bertanya:
"Wahai Rasulu'llah! Dengan apa dibalasi Asy-Syafi'i,
dimana ia mengatakan didalam kitabnya "Ar-Risalah". "Diberi
rahmat kiranya oleh Allah kepada Muhammad, setiap-kali ia disebutkan oleh
orang-orang yang menyebutkan dan dilupakan menyebutkannya oleh orang-orang yang
melupakan". Maka menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Dibalasi dia dari pihakku, dengan
tidak usah berdiri untuk hisab (dikira amalannya dihari kebangkitan)".
KELEBIHAN ISTIGHFAR.
Berfirman
Allah 'Azza wa Jalla: "Dan orang-orang itu, apabila mengerjakan
perbuatan keji atau menganiaya dirinya sendiri, mereka ingat kepada Allah, lalu
memohon ampun kepadaNya terhadap dosanya". — S. Ali 'Imran, ayat 135.
Berkata
'Alqamah dan Al-Aswad: "Berkata Abdullah bin Mas'ud r.a.: "Dalam
Kitab Allah 'Azza wa Jalla ada dua ayat. Tidaklah berdosa seorang hamba akan
sesuatu dosa,Talu dibacakannya kedua ayat itu dan dimintanya ampunan Allah
'Azza wa Jalla, melainkan diampunkan oleh Allah Ta'ala baginya; yaitu:
1. Ayat:
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
(Wa'lladziina
idzaa fa'aluu faahisyatan au dhalamuu anfusahum — akhir ayat". (S.Ali
'Imran, ayat 135, yang artinya tersebut diatas tadi.
2.
Firman Allah 'Azza wa Jalla:وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ
يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا (Wa man ya'mai suu-an au yadh-lim nafsahuu, tsu'mma
yastagh-firi'llaaha yaj id i'Ilaaha ghafuu-ra'rrahiimaa) — . Artinya: "Barangsiapa
yang mengerjakan kejahatan atau menganiaya . dirinya sendiri, kemudian itu dia
meminta ampun kepada Allah, niscaya . akan diperolehnya bahwa Allah itu
Pengampun dan Penyayang". — S. An-Nisa, ayat 110.
Berfirman Allah 'Azza wa Jalla: "Maka
bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan pohonkanlah ampunan kepadaNya,
sesungguhnya Dia amat suka menerima tobat". - S. An-Nashr. ayat 3.
Berfirman Allah Ta'ala: "Dan orang-orang yang memohon ampunan (kepada
Allah) pada akhir malam". ~ S. Ali 'Imran, ayat 17.
Adalah Nabi صلى الله عليه وسلم. banyak mengucapkan:
سبحانك اللهم وبحمدك اللهم
اغفر لي إنك أنت التواب الرحيم
"Subhaanaka'llaahu'mma wa bihamdika'l-laahu'mma'gh-firlii,
i'nnaka anta't-tawwaabu'rrahiim".
Artinya: "Mahasuci Engkau, wahai Allah Tuhanku! Dan dengan pujian
kepada Engkau, wahai Allah Tuhanku, ampunilah aku! Sesungguhnya Engkau amat
suka menerima tobat dan pengasih" (1).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "
Barangsiapa membanyakkan istighfar, niscaya
dijadikan oleh Allah 'Azza wa Jalla "baginya kelapangan dari tiap-tiap
kesuslahan dan jalan keluar (way out) dari tiap-tiap kesempitan. Dan
dianugerahinya rezeki dari jalan yang tidak disangkanya" (2). Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.:
"Sesungguhnya aku memohonkan ampun
(beristighfar) kepada Allah Ta'ala dan bertobat kepadaNya sehari tujuh puluh
kali" (3).
Ini,
sedang Nabi صلى الله عليه وسلم. itu telah diampunkan apa yang terdahulu
dan yang terkemudian daripada dosanya.
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.:
إنه ليغان على قلبي حتى إني لأستغفر الله تعالى في كل
يوم مائة مرة
"Sesungguhnya kerinduan menutupi hatiku,
sehingga aku memohonkan ampun kepada Allah Ta'ala (membaca istighfar) tiap-tiap
hari seratus kali" (4)
1.Dirawikan Al-Hakim dari Ibnu Mas'ud.
2.Dirawikan Abu Dawud dan An-Nasa-i dari Ibnu Abbas.
3.Dirawikan Al-Bukhari dari Abu Hurairah.
4.Dirawikan Muslim dari Al-Agharr.
|
Tambahan Bagi Hadis IstighfarMukasurat 952
|
(MUSLIM - 4870) : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin
Yahya dan Qutaibah bin Sa'id dan Abu Ar Rabi' Al 'Ataki semuanya dari Hammad,
Yahya berkata; telah mengabarkan kepada kami Hammad bin Zaid dari Tsabit dari
Abu Burdah dari Al Aghar Al Muzanni, -salah seorang sahabat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, - Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Sesungguhnya hatiku tidak pernah lalai dari dzikir
kepada Allah, susungguhnya Aku beristighfar seratus kali dalam sehari."
|
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ
زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ عَنْ
بُشَيْرِ بْنِ كَعْبٍ عَنْ شَدَّادِ
بْنِ أَوْسٍعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ سَيِّدُ
الِاسْتِغْفَارِ
|
اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا
أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا
اسْتَطَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي
فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ أَعُوذُ بِكَ
مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ إِذَا قَالَ
حِينَ يُمْسِي فَمَاتَ دَخَلَ الْجَنَّةَ أَوْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
وَإِذَا قَالَ حِينَ يُصْبِحُ فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ مِثْلَهُ
|
|
(BUKHARI - 5848) : Telah menceritakan kepada kami
Musaddad telah menceritakan kepada kami Yazid bin Zurai' telah menceritakan
kepada kami Husain telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Buraidah dari
Busyair bin Ka'b dari Syaddad bin Aus dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
beliau bersabda: "Sesungguhnya istighfar yang paling baik adalah; jika
seorang hamba mengucapkan: 'ALLAHUMMA ANTA RABBI LAA ILAAHA ILLA ANTA KHALAQTANI WA ANA 'ABDUKA
WA ANA 'ALA 'AHDIKA WA WA'DIKA MASTATHA'TU A'UUDZU BIKA MIN SYARRI MAA
SHANA'TU ABUU`U LAKA BIDZANBI WA ABUU`U LAKA BINI'MATIKA 'ALAYYA FAGHFIRLI FA
INNAHU LAA YAGHFIRU ADZ DZUNUUBA ILLA ANTA A'UUDZU BI SYARRI MAA SHANA'TU (Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak
diibadahi selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu.
Aku menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku
berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui dosaku kepada-Mu
dan aku akui nikmat-Mu kepadaku, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada yang
dapat mengampuni dosa selain-Mu, dan aku meminta ampun dari segala yang
pernah aku perbuat) '. Jika ia mengucapkan di waktu sore lalu meninggal, maka
ia akan masuk surga. Dan jika ia membacanya di waktu pagi lalu meninggal pada
hari, maka ia mendapatkan seperti itu juga (masuk surga)."
|
Bersabda
Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Barangsiapa membaca ketika
meletakkan badannya ditempat tidur: أستغفر الله العظيم الذي لا
إله إلا هو الحي القيوم وأتوب إليه "Astaghfiru'llaaha'l-adhiim,
al-ladzii laa ilaaha i'llaahiL, a'l-hayyu'l-qayyuum, wa atuubu ilaih", tiga kali, niscaya diampunkan oleh Allah
segala dosanya, meskipun ada seperti buih lautan atau bilangan pasir yang
berkumpul atau bilangan daun kayu atau bilangan hari dunia" (1).
Bersabda
Nabi صلى الله عليه وسلم. pada hadits lain: "Barangsiapa
membaca bacaan yang tersebut tadi, niscaya diampunkan segala dosanya, meskipun
ia lari dari barisan perang (perjuangan)".
Berkata
Hudzaifah: "Adalah aku tajam lidah (berkata kasar) terhadap keluargaku,
maka aku berkata kepada Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم.: "Wahai Rasulu'llah!
"Sesungguhnya aku takut dimasukkan aku oleh lidahku kedalam neraka!"
Maka
menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Bagaimanakah engkau dengan membaca
istighfar? Sesungguhnya aku meminta ampun kepada Allah (membaca istighfar)
sehari seratus kali".
Berkata A'isyah r.a.: "Bersabda kepadaku Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم.: "jika engkau berbuat
dosa, maka minta ampunlah kepada Allah dan tobatlah kepadaNya! Sesungguhnya
tobat dari dosa itu, ialah menyesal dan membaca istighfar" (2).
Adalah
Nabi صلى الله عليه وسلم. membaca dalam istighfar:اللهم اغفر لي
خطيئتي وجهلي وإسرافي في أمري وما أنت أعلم به مني اللهم اغفر لي هزلي وجدي وخطئي
وعمدي وكل ذلك عندي اللهم اغفر لي ما قدمت وما أخرت وما أسررت وما أعلنت وما أنت
أعلم به مني أنت المقدم وأنت المؤخر وأنت على كل شيء قدير "Allahu'mma'ghfir lii khathii-atii
wa jahlii wa israfii fii amrii wa maa anta a'lamu bihii mi'nnii.
Allahu'mma'ghfir lii hazlii wa ji'ddii wa khatha-ii wa 'amdii wa ku'llu
dzaalika 'indii. Allahu'mma'ghfir lii maa qa'ddamtu wa maaa'khkhartu wa maa
asrartu wa maa a'lantu wa maa anta a'-lamu bihii mi'nnii. Anta'l-mu-qa'd-dimu
wa anta'l-mua'khkhiru wa anta 'alaa ku'lli syai-in qadiir". Artinya: "Wahai Allah Tuhanku!
Ampunilah kesalahanku, kebodohanku, keroyalanku dalam urusanku dan apa yang
Engkau lebih mengetahuinya daripada aku! Wahai Allah Tuhanku! Ampunilah
ke-tidak-sungguhanku dan kesungguhanku, kesalahanku dan kesengajaanku. Dan
semua yang demikian itu adalah padaku! Wahai Allah Tuhanku! Ampunilah apa yang
telah terdahulu aku kerjakan, apa yang telah terkemudian aku laksanakan, apa
yang aku kerjakan secara rahasia, apa yang aku kerjakan secara terang dan apa
yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku! Engkaulah yang mendahulukan.
Engkaulah yang mengemudiankan dan Engkaulah yang mahakuasa diatas tiap-tiap
sesuatu!" (3). Berkata Ali r.a.: "Aku adalah orang, dimana
apabila mendengar sesuatu hadits dari Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم., niscaya diberi manfa'at kiranya oleh
Allah 'Azza wa Jalla kepadaku, dengan apa yang-
1.Dirawikan AtTirmidzi dari Abu sa'id, hadits gharib.
|
2.Dirawikan AlBukhari dan Muslim.
|
3.Dirawikan AlBukhari dan Muslim dari Abu Musa.
|
dikehendakiNya
akan bermanfa'at kepadaku. Apabila memperkatakan sesuatu hadits Nabi صلى الله عليه وسلم. dengan aku, oleh seseorang dari
shahabatnya, maka aku minta ia bersumpah umuk menguatkan pembicaraannya.
Apabila ia bersumpah, niscaya aku benarkan dia".
Berkata
Ali r.a. seterusnya: "Abubakar r.a. memperkatakan sesuasu hadits dengan
aku dan benariah Abubakar r.a.dimana ia mengatakan: "Aku mendengar
Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Tiadalah seorang
hamba yang berdosa dengan sesuatu dosa, lalu membaguskan wudhunya, kemudian
berdiri, maka mengerjakan shalat dua raka'at. Kemudian membaca istighfar
(meminta ampun) pada Allah "Azza wa Jalla, melainkan diampunkan
dosanya". Lalu beliau membaca firman Allah Azza wa Jaiia:
"Wa'lladziina idzaa fa'aluu faahisyatan au dhalarnuu anfusahum-sampai
akhir ayat". (S. Ali 'Imran, ayat 135).
Diriwayatkan
oleh Abu Hurairah dari Nabi صلى الله عليه وسلم., bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Sesungguhnyi;
orar.g mu'min, apabila berbuat sesuatu dosa niscaya adalah suaiu titik hitam
pada hatinya. Kalau ia bertobat dan mencabutkan diri dan meminta ampun (membaca
istighfar), niscaya licinlah hatinya dari titik hitam itu. Kalau bertambah
dosanya, maka bertambah titik hitam tadi, sehingga tertutupi. h hatinya".
Itulah karat yang disebutkan oieh Allah 'Azza wa Jalla dalam Kitab Nya:
(Kallaa
ba! mana "alaa quluubihim maa kan-'u yaksibuun). Artinya: "Janganlah.
berfikir begitu! Bahkan, apa yang telah mereka kerjakan itu menjadi karat bagi
hati mereka". - S. Al-Muthaffifin, ayat 14.
Diriwayatkan
Abu Hurairah r.a., bahwa Nahi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Sesungguhnya Allah
s.w.t. meninggikan derajat hambaNya dalam sorga. Maka berkata hamba itu:
"Bagaimanakah maka ini bagiku?" Maka berfirman Allah 'Azza wa
Jalla: "Dengan pembacaan istighfar anakmu untukmu!" (1).
Diriwayatkan.
"A'isyah r.a. Dahwa Nabi صلى الله عليه وسلم. membaca do'a. yang maksudnya:
"Wahai Allah Tuhanku! Jadikanlah aku sebahagian dari mereka, dimana mereka
apabila berbuat baik, merasa gembira dan apabila berbuat jahat meminta ampun
(membaca istighfar)". Bersabda Nabi صلى الله
عليه وسلم : "Apabila berbuat dosa hamba dengan
sesuatu dosa lalu membaca: "Allahu'mma'ghfir lii". - (Wahai Allah
Tuhanku, ampunilah dosaku!), maka berfirman Allah 'Azza wa Jalla: "Telah
berdosa hambaKu dengan sesuatu dosa, maka diketahuinya bahwa ia mempunyai
Tuhan, yang menyiksakan dengan dosa dan mengampunkan dosa. Wahai hambaKu!
Berbuatlah apa yang engkau kehendaki! Maka sesungguhnya Aku telah mengampunkan
dosa engkau!" (2).
1. Dirawikan Ahmad Dari
Abu Hurairah, dengan isnad baik.
|
2. Dirawikan AlBukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.
|
Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم.: "Tiada kekal didalam dosa. orang
yang mengucapkan istighfar, meskipun ia kembali daiarn sehari tujuh puluh
kali". Bersabda Nabi صلى
الله عليه وسلم.:
"Bahwa seseorang yang tidak pernah sekali juga berbuat
kebajikan, yang memandang kelangit lalu mengucapkan: "Bahwa aku mempunyai
Tuhan. Wahai Tuhanku! Ampunilah dosaku!" Maka berfirman Allah 'Azza wa Jalla:
"Telah Kuampunkan dosamu!" (1). Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Barangsiapa berbuat suatu dosa,
muka ia mengetahui bahwa Allah telah melihatnya, niscaya diampunkan dosanya,
walaupun ia tidak meminta ampun" (2).
Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم.: "Berfirman Allah Ta'ala: "Hai
hambaKu! Semua kamu berdosa, kecuali orang yang telah Aku ma'afkan. Maka minta
ampunlah kepadaKu, niscaya Aku ampunkan dosamu! Dan siapa yang mengetahui,
bahwa Aku mempunyai kekuasaan untuk mengampunkan dosanya, niscaya ia Aku
ampunkan dan tiada Aku hiraukan yang lain". Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Barangsiapa membaca:
"Subhaanaka dhalamtu nafsii wa 'amiltu suu-an, faghfir lii fa i'nnahu laa
jaghfiru'dz-dzu-nuuba i'llaa anta". - (Mahasuci Engkau! Aku telah
menganiaya diriku sendiri dan aku telah berbuat kejahatan. Maka ampunilah
dosaku dan sesungguhnya iiada yang mengampunkan dosa, selain Engkau). niscaya
Aku ampunkan segala dosanya, walaupun dosa itu seperti tempat berjalan semut
adanya".
Diriwayatkan:
"bahwa istighfar yang lebih utama, ialah: "Allaahu'mma anta
ra"bbii wa ana 'abduka khalaqtanii, wa ana 'alaa 'ahdika wa wa'dika
ma'statha'tu, a'uudzu bika min sya'rri maa shana'tu, abuu-u laka bini'matika
'alayya wa abuu-u 'alaa nafsii bidzanbii.Fa qad dhalamtu nafsii wa'taraftu
bidzanbii, faghfir lii dzunubii, ma qa'ddamtu minhaa wa maa a'khkhartu, fa
i'nnahuu laa jaghfiru'dz-dzunuuba jamii'aha i'lla anta". Artinya:
"Wahai Allah Tuhanku! Engkau Tuhanku dan aku hambaMu. Engkau jadikan aku
dan aku diatas janjiMu dan perjanjianMu, menurut kesanggupanku. Aku berlindung
dengan Engkau dari kejahatan yang aku perbuat. Aku mengakui bagiMu dengan
keni'matanMu kepadaku dan aku mengakui atas diriku dengan dosaku. Maka
sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri dan aku mengaku dengan
kedosaanku. Maka ampunilah segala dosaku, apa yang telah aku kerjakan, yang
dahulu dan yang kemudian daripadanya. Sesungguhnya tiadalah yang mengampunkan
segala dosa, selain Engkau".
Adapun
a t s a r, maka yaitu: berkata Khalid bin Ma'dan: "Berfirman Allah
'Azza wa Jalla: "Yang terlebih sayang hambaKu kepadaKu, ialah:
mereka yang sayang-menyayangi dengan mencintai Aku, yang terikat hatinya dengan
masjid dan yang beristighfar pada waktu sahur. Mereka itu, apabila Aku
berkehendak . menyiksakan penduduk bumi, lalu Akuingat kepada mereka. Maka
Kutinggalkan mereka dan Kusingkirkan siksaan dari mereka".
1. Menurut Allraqi, dia tidak mengetahui asal hadits ini
|
2. Dirawikan AthThabrani dari Ibnu Mas'ud dengan sanad
dla'if.
|
ingat
kepada mereka. Maka Kutinggalkan mereka dan Kusingkirkan siksaan dari
mereka".
Berkata
Qatadah r.a.: "Al-Qur'an itu menunjukkan kamu kepada penyakit dan
obat kamu. Adapun penyakit kamu, ialah dosa dan obat kamu, ialah
istighfar"
Berkata
Aii-dimuliakan Allah akan wajahnya: "Kebanggaan diri itu, adalah dari
orang yang akan binasa dan bersamanya ada yang melepaskannya".
Lalu
orang bertanya kepadanya: "Apakah yang melepaskannya itu?" Ali
menjawab: "Al-istighfar!"
Dan
Ali berkata lagi: 'Tiadalah diilhamkan Allah s.w.t. kepada seseorang hamba akan
istighfar, dimana Ia berkehendak meazabkannya". Berkata Al-Fudlail:
"Perkataan seorang hamba: "Astaghfiru'llah", penafcirannya,
ialah: "Kurangkanlah dosaku!"
Berkata setengah ulama: "Hamba itu diantara dosa dan ni'mat. Tiada diperbaiki
keduanya, selain oleh pujian kepada Allah Ta'ala dan istighfar".
Berkata Ar-Rabi'bin Khaitsam r.a. "Janganlah diucapkan oleh
seseorang kamu: "Astaghfiru"llaaha wa atuqbu ilaih". (Aku
meminta ampun pada Allah dan aku bertobat kepadaNya). Karena itu adalah dosa
dan bohong, jika tidak dikerjakan. Tetapi hendaklah diucapkan:
"Allahu'mma'ghfir lii wa tub 'alayya". (Wahai Allah Tuhanku,
ampunnilah dosaku dan terimalah tobatku!"
Berkata Al-Fudlail r.a: "Al-istighfar tanpa mencabut diri dari dosa, adalah
tobat orang-orang pendusta". Berkata Rabi'ah Al-'Adawi-yah r.a.:
"Istighfar kita memerlukan kepada banyak istighfar". Berkata setengah
hukama' (ahli hikmah): "Barangsiapa mendahulukan pembacaan istighfar
daripada penyesalan, adalah dia mempermain-mainkan Allah 'Azza wa Jalla, sedang
ia tiada mengetahui yang demikian". Pernah terdengar seorang Arab Badui,
dimana ia bergantung pada tirai Ka'bah, mengucapkan: "Wahai Allah Tuhanku!
Sesungguhnya istighfarku serta aku berkekalan berbuat dosa, adalah tercela. Dan
aku tinggalkan beristighfar kepadaMu, serta aku mengetahui dengan luasnya
kema'afanMu, adalah suatu kelemahan. Alangkah sangatnya kesayanganMu
kepadaku dengan bermacam ni'mat, sedang Engkau tidak memerlukan kepada aku!
Alangkah banyaknya aku mengerjakan ma'siat, yang membawa kepada kemarahanMu,
serta aku berhajat benar kepadaMu! Wahai kiranya Tuhan, apabila berjanji maka
menepati akan janjinya dan apabila menjanjikan siksaan kepada orang yang
berbuat ma'siat, lalu memberi maaf! Masukkanlah dosaku yang besar kedalam
kema'afanMu yang agung, wahai yang maha pengasih dari segala yang
pengasih!"
Berkata
Abu Abdullah Al-Warraq: "Jikalau ada dosamu seumpama bilangan titik air
dan ombak lautan, niscaya dihapuskan dari padamu, apabila engkau mendo'a kepada
Tuhanmu dengan do'a ini, dengan ikhlas insya Allah Ta'ala. Yaitu:
"Wahai
Allah Tuhanku! Sesungguhnya aku meminta ampun pada Engkau dari tiap-tiap dosa,
yang aku bertobat kepada Engkau daripadanya, kemudian aku kembali padanya. Aku
meminta ampun pada Engkau dari tiap-tiap apa yang aku berjanji kepada Engkau
dari diriku dan tidak aku menepatinya kepada Engkau. Aku meminta ampun pada
Engkau, daripada tiap-tiap perbuatan yang aku bermaksud dengan dia akan Wajah
Engkau, lalu dicampurkan oleh selain Engkau. Aku meminta ampun pada Engkau daripada
tiap-tiap nikmat, yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, maka aku beroleh
bantuan dengan ni'mat tadi untuk berbuat kema'siatan kepada Engkau. Aku meminta
ampun pada Engkau, wahai yang maha tahu yang gaib-gaib dan yang tampak dari
segala dosa yang aku kerjakan dalam terang siang dan gelap malam, dihadapan
orang banyak atau ditempat sunyi, dalam tempat rahasia dan tempat terang, wahai
yang Maha penyantun!" Dikatakan, bahwa istighfar tadi adalah istighfar
Nabi Adam a.s. dan ada yang mengatakan: istighfar Nabi Khidr a.s.
bersambung