Keajaiban Hati (Sambungan)


Diantara pintu-pintu setan yang besar, ialah sifat loba pada manusia. Ka­rena apabila loba itu telah mengerasi pada hati, niscaya senantiasalah se­tan itu berusaha pada manusia tadi, supaya menyukai membuat-buat dan menghiasi terhadap orang yang ia mengharapkan sesuatu padanya, dengan bermacam-macam ria dan kepalsuan. Sehingga yang dilobakan itu seolah- olah menjadi sembahannya. Maka senantiasa ia berpikir berdaya-upaya supaya orang.itu menyukai dan mencintainya. Dan ia masuki semua tempat masuk untuk sampai kepada yang demikian. Sekurang-kurang, tingkah-lakunya, memuji orang itu dan berminyak-minyak air dengan dia de­ngan meninggalkan amar-ma'ruf dan nahi-mungkar.


Shafwan bin Salim meriwayatkan, bahwa Iblis datang kepada Abdullah bin Handhalah, seraya berkata kepadanya: "Hai anak Handhalah! Hafalkanlah daripadaku sesuatu yang akan aku ajarkan kepadamu!". Ibnu Han­dhalah menjawab: "Aku tiada memerlukan sesuatu itu". Setan itu berka­ta: "Perhatikanlah! Jikalau itu baik, engkau ambit dan jikalau buruk, engkau tolak. Hai anak Handhalah! Jangan engkau meminta suatu permintaan kegemaran pada seseorang, selain pada Allah! Perhatikanlah, bagaimana engkau apabila marah! Sesungguhnya aku yang memiliki engkau, apabila engkau marah".


Diantara pintu-pintunya yang besar, ialah terburu-buru dan meninggalkan ketetapan tentang semua urusan.

Nabi s.a.w. bersabda:-
العجلة من الشيطان والتأني من الله تعالى
(Al-'ajalatu minasy-syaithaani wat-ta-annii mina'l-laahi Ta'aalaa). Artinya: "Terburu-buru itu dari setan dan pelan-pelan itu dari Allah Ta'ala". (1).


Allah Ta'ala berfirman:-
خلق الإنسان من عجل
(Khuliqal-insaanu min 'ajal).Artinya: "Manusia itu diciptakan bersifat tergesa-gesa". S. Al-Anbia, ayat 37.

Allah Ta'ala berfirman:-
وكان الإنسان عجولا
(Wa kaanal- insaanu 'ajuulaa).Artinya: "Dan manusia itu adalah tergesa-gesa". - S. Al-Isra', ayat 11.

1. Hadits ini dirawikan At-Tirmidzi dari Sahl bin Sa'ad. Katanya, hadits ini baik (hasan).
980

Allah Ta'ala berfirman kepada NabiNya s.a.w.:-
ولا تعجل بالقرآن من قبل أن يقضي إليك وحيه
(Wa laa ta'jal bil-qur-aani min qabli an yuq-dlaa ilaika wahyuh). Artinya: "Dan janganlah engkau tergesa-gesa tentang Al-Qur-an itu, sebelum selesai diwahyukan kepada engkau!". S. Thaha, ayat 114. Demikianlah, karena semua perbuatan itu seyogialah adanya sesudah memperhatikan dengan penglihatan yang mendalam dan mengetahuinya. Perhatian yang mendalam itu memerlukan kepada pemerhatian dan pelan- pelan. Sikap tergesa-gesa menghalangi daripada yang demikian.Dan ketika tergesa-gesa, setan itu melakukan kejahatannya kepada manusia, dimana manusia itu tiada mengetahuinya. Diriwayatkan, bahwa ketika Isa putera Maryam a.s. dilahirkan, datanglah setan-setan kepada Iblis. Mereka mengatakan: "Patung-patung berhala telah terjungkir balik kepalanya". Iblis menjawab: "Ini adalah suatu kejadian, yang telah terjadi. Kamu harus tetap pada tempatmu". Lalu Iblis itu terbang, sehingga sampai kedua ufuk bumi. Ia tiada memperoleh apa-apa. Kemudian, ia mendapati Isa a.s. te­lah lahir dan para malaikat mengelilinginya. Lalu Iblis itu kembali kepada setan-setan tadi, seraya berkata: "Bahwa seorang nabi telah lahir kemarin. Tidak ada seorangpun wanita yang mengandung dan melahirkan, melainkan aku hadlir kepadanya, kecuali ini. Maka putuslah kiranya harapanmu, bahwa patung-patung berhala itu akan disembah orang sesudah malam ini. Akan tetapi, datangilah anak Adam dari pihak tergesa-gesa dan memandang enteng terhadap sesuatu pekerjaan!"


Diantara pintu-pintunya yang besar, ialah: dirham, dinar dan bermacam- macam harta lainnya, dari harta benda, binatang ternak dan tanah ladang. Sesungguhnya semua yang melebihi dari sekedar makanan penting dan yang diperlukan, adalah tempat ketetapan setan. Orang yang mempunyai makanan yang perlu, maka hatinya kosong dari kesusahan hidup. Kalau ia memperoleh seratus dinar umpamanya dengan suatu jalan, niscaya terge- raklah dari hatinya sepuluh nafsu-syahwat. Masing-masing nafsu-syahwat itu memerlukan kepada seratus dinar lain. Sehingga tiada mencukupilah apa yang diperolehnya. Akan tetapi ia memerlukan kepada sembilan ratus lain. Sebelum ada yang seratus itu, ia merasa cukup. Lalu sekarang, sete- lah diperolehnya seratus tadi, maka ia menyangka bahwa ia telah kaya. Dan ia memerlukan kepada sembilan ratus tadi, untuk membeli rumah yang akan ditempatinya. Dan untuk membeli seorang budak perempuan. Untuk membe li perabot rumah. Dan membeli pakaian yang megah. Ma­sing-masing dari yang tersebut itu memerlukan yang lain lagi, yang layak dengan dia. Dan yang demikian itu tiada berkesudahan. Akhirnya jatuh- lah ia kedalam jurang, yang berkesudahan neraka jahannam yang dalam Tiada penghabisannya selain dari itu.

981

Tsabit Al-Bannani berkata: "Tatkala Rasulu'llah s.a.w. diutus, lalu Iblis berkata kepada setan-setannya: "Telah terjadi suatu kejadian, maka lihatlah apa kejadian itu!" Maka setan-setan itu berjalan kesana-kemari, sehingga mereka payah. Kemudian, mereka datang dan berkata: "Kami tidak tahu. Lalu Iblis itu berkata: "Aku akan sampaikan kepada kamu berita itu". Iblis itupun pergi, kemudian datang dan berkata: "Allah telah mengutus Muhammad s.a.w.". Lalu Iblis itu mengutus setan-setannya ke­pada shahabat-shahabat Nabi s.a.w. Mereka itu kembali dengan kecewa dan mengatakan: "Tiada kami temui suatu kaum pun seperti mereka. Kami memperoleh mereka dengan bisikan, kemudian mereka berdiri ke­pada shalat. Maka terhapuslah yang demikian". Lalu Iblis berkata: "Pelan-pelanlah dengan mereka! Mudah-mudahan Allah membuka dunia ke­pada mereka, lalu kita memperolah hajat kita dari mereka". (1).

Diriwayatkan, bahwa Isa a.s. pada suatu hari berbantal dengan batu. Lalu lewatlah Iblis, seraya berkata: "Hai Isa! Engkau suka pada dunia?". Maka Isa a.s. mengambil batu itu, melemparkan Iblis tadi dari bawah kepalanya, seraya berkata: "Ini untukmu bersama dunia!"


Pada hakekatnya, orang yang memiliki sebuah batu, dimana ia berbantal dengan batu itu ketika tidur, sesungguhnya ia telah  memiliki dari dunia, apa yang mungkin menjadi senjata setan terhadap dirinya. Karena orang yang bangun malam umpamanya untuk shalat, manakala sebuah batu itu dekat kepadanya, yang mungkin dibantalinya, maka senantiasalah batu .itu mengajaknya kepada tidur dan kepada membatalinya. Jikalau tidaklah de­mikian, niscaya tidaklah terguris yang demikian itu pada hatinya. Dan tidaklah tergerak keinginannya kepada tidur.


Ini mengenai batu! Maka betapa pula dengan orang yang mempunyai ban- tal empuk, tikar licin dan tempat istirahat yang baik. Maka kapankah ia rajin beribadah kepada Allah Ta'ala?


Diantara pintu-pintunya yang besar, ialah: kikir dan takut miskin. Yang demikian itu mencegah daripada membelanjakan harta dan bersedekah. Dan mengajak kepada menyimpan, gudang dan azab yang pedih. Dan itu- lah yang dijanjikan bagi orang-orang yang membanyak-banyakkan harta, sebagaimana yang dituturkan oleh Al-Quran Mulia. Khaitsamah bin Abdurrahman berkata: "Setan itu berkata: "Aku tidak dapat dikalahkan oleh anak Adam. Maka tidak dapat ia mengalahkan aku pada tiga hai, yaitu: aku suruh dia mengambil harta yang bukan haknya, membelanjakannya pada bukan haknya dan melarangkannya pada hak­nya".


Sufyan Ats-Tsuri berkata: "Setan itu tiada mempunyai senjata, seperti: sifat takut miskin. Apabila manusia menerima yang demikian dari setan, niscaya ia berbuat yang batil, mencegah yang hak, berkata-kata dengan hawa-nafsu dan menyangka Tuhannya dengan sangkaan buruk".

1. Hadits ini dirawikan Ibnu Abid-Dunya dan termasuk hadits mursal
982

Diantara bahaya kikir, ialah: rakus kepada mengharuskan diri tinggal di- pasar-pasar, untuk mengumpulkan harta. Pasar-pasar itu adalah tempat berkumpulnya setan-setan. Abu Umamah berkata, bahwa Rasulu'llah s.a.w. bersabda: "Bahwa Iblis itu, tatkala turun kebumi, lalu berdo'a: "Wahai Tuhanku! Engkau turunkan aku kebumi dan Engkau jadikan aku terkutuk, maka buatlah bagiku sebuah rumah!".


Allah Ta'ala menjawab: "Rumahmu kamar mandi!"
Iblis itu meneruskan do'anya: "Buatlah bagi­ku sebuah tempat duduk!".
Allah Ta'ala menjawab: "Tempat dudukmu pasar-pasar dan tempat-tempat berkumpul dijalan-jalan raya".
Iblis itu meneruskan do'anya: "Buatlah bagiku suatu makanan!".
Allah menjawab: "Makananmu yang tidak disebutkan nama Allah (tidak dibacakan: Bismillah) padanya".
Iblis itu meneruskan do'anya: "Buatlah bagiku suatu minuman!".
Allah Ta'ala menjawab: "Minumanmu semua yang memabukkan".
Iblis itu meneruskan do'anya: "Adakanlah bagiku seorang muadzdzin!".
Allah Ta'ala menjawab: "Muadz-dzinmu, yaitu: suling-suling".
Iblis itu meneruskan do'anya: "Buatlah bagiku Qur-an!".
Allah Ta'ala menjawab: "Qur-anmu yaitu: sya'ir".
Iblis itu meneruskan do'anya: "Bu­atlah bagiku sebuah kitab!".
Allah Ta'ala menjawab: "Kitabmu, ialah: tatto (lukisan dan garisan-garisan pada badan)".
Iblis itu meneruskan do'a­nya: "Buatlah bagiku hadits!".
Allah Ta'ala menjawab: "Haditsmu, yaitu : dusta".
Iblis itu meneruskan do'anya: "Buatlah bagiku tempat memancing!".
Allah Ta'ala menjawab: "Yaitu: wanita". (1).


Diantara pintu-pintu setan yang besar, ialah: fanatik mazhab, hawa-nafsu, dengki kepada musuh, memandang kepada musuh dengan pandangan ren- dah dan hina. Yang demikian itu, termasuk yang membinasakan hamba dan orang-orang fasik sekalian. Sesungguhnya mencaci orang dan asyik menyebut kekurangan mereka adalah sifat yang terjadi pada tabiat manu­sia, diantara sifat-sifat binatang buas. Apabila setan mendatangkan khayalan kepada manusia, bahwa yang demikian itu adalah benar dan bersesuaian dengan nalurinya, niscaya bersangatanlah manisnya pada hati ma­nusia. Lalu ia melakukannya dengan seluruh kemauannya. Dan ia dengan yang demikian itu merasa senang dan gembira. Ia menyangka, bahwa ia berbuat dalam bidang agama, pada hal ia berbuat mengikuti setan. Anda melihat, seseorang dari mereka, fanatik kepada Abubakar Siddik r.a., sedang ia memakan yang hacam. Lidahnya terlepas dengan kata yang sia-sia dan dusta dan berbuat dengan segala macam kerusakan. Jikalau Abubakar melihatnya, niscaya dia musuhnya yang pertama. Karena pengikut Abuba­kar, ialah orang yang mengambil jalannya, berjalan menurut jalannya dan menjaga apa yang diantara janggut dan kumisnya (mulutnya). Dan adalah diantara perjalanan hidup Abubakar r.a. meletakkan batu pada mulutnya, untuk mencegah lidahnya daripada berkata-kata yang tidak berfaedah. Maka bagaimana bagi orang yang berkata dengan yang sia-sia ini, mend'akwakan dirinya mengikuti dan mencintai Abubakar r.a., sedang ia tidak bertingkah-laku dengan tingkah-laku Abubakar?

1. Hadits ini dirawikan Ath-Thabrani dari Ibnu Abbas, dengan isnad yang lemah pula.
983


Kita melihat seorang yang Iain yang berkata dengan sia-sia, bahwa ia fana- tik kepada Ali r.a., sedang diantara zuhudnya Ali dan tingkahlakunya, bahwa beliau waktu menjadi khalifah, membeli pakaiannya de­ngan harganya tiga dirham dan memotong ujung kedua lengan bajunya sampai kepergelangan tangannya. Dan kita melihat orang fasik itu mema- kai kain sutera dan menghiaskan diri dengan harta, yang diusahakannya dari yang haram. Ia berbuat mencintai Ali r.a. dan mendakwakannya, se­dang sebenarnya ia adalah musuh Ali yang pertama pada hari kiamat. Alajigkah samanya dengan orang yang mengambil seorang anak yang amat dikasihi oleh orang tuanya, yang menjadi hiasan matanya dan buah hatinya. Lalu dipukulinya anak itu, dicubitnya, dicabuti rambutnya dan di- potongnya dengan gunting kain. Dalam pada itu, ia mendakwakan, bahwa ia mencintai bapaknya dan mematuhmya. Maka bagaimanakah keadaan- nya orang itu pada siayah anak tadi?


Sebagaimana diketahui, bahwa Abubakar r.a., Umar r.a., Usman r.a., Ali r.a. dan para shahabat lainnya, lebih mencintai Agama dan Syara' daripada keluarga dan anak. Bahkan dari diri mereka itu sendiri. Orang-orang yang melemparkan dirinya kedalam perbuatan maksiat sepanjang Agama, adalah orang-orang yang mengoyak-ngoyakkan syara' dan memotong-motongnya dengan gunting-gunting nafsu-syahwat. Dan mereka memperoleh kasih-sayang. musuh Allah dan musuh para walinya, yaitu: Iblis. Maka an- da akan melihat, bagaimana keadaan mereka pada hari kiamat disisi para shahabat dan disisi para wali Allah Ta'ala. Bahkan, jikalau terbukalah tu- tup dan mereka itu mengetahui apa yang disukai oleh para shahabat pada ummat Rasulu'llah s.a.w., niscaya mereka itu malu membawa kepada lidahnya akan menyebutkan para shahabat, sedang perbuatan mereka itu demikian kejinya.


Kemudian, setan itu mengkhayalkan kepada mereka, bahwa orang yang mati dengan mencintai Abubakar dan Umar, maka api neraka tidak akan mengelilingi kelilingnya. Dan kepada orang lain, setan itu mengkhayalkan, bahwa apabila ia mati dengan mencintai Ali, niscaya ia tidak akan mengalami ketakutan. Ini Rasulu'llah s.a.w. bersabda kepada Fatimah r.a. dan Fatimah itu sepotong daging daripadanya (1)
إعملي فإني لا أغني عنك من الله شيئا
(I'malii fa-innii laa ughnii 'anki mina'l-laahi syai-an).Artinya: "Beramallah, hai Fatimah! Sesungguhnya aku tidak memerlukan sesuatu daripada engkau dari Allah". (2).

1. Tentang Fatimah sepotong daging Nabi, diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim,
2. Ini juga dirawikan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
984

Inilah contoh yang kami kemukakan dari jumlah hawa-nafsu. Dan begitu pulalah hukumnya orang-orang yang fanatik kepada Asy-Syafi'i, Abuhanifah, Malik, Ahmad dan imam-imam yang lain. Semua orang yang mendakwakan berpegang dengan mazhab seseorang imam, sedang ia tidak menjalankan yang dijalankan oleh imam tersebut, maka imam itu adalah musuhnya pada hari kiamat. Karena imam itu berkata kepadanya: "Mazhabku adalah kerja, tidak bicara dengan lidah. Bicara dengan lidah adalah untuk bekerja, tidak untuk yang sia-sia. Maka sebagaimana hal- mu?. Kamu menyalahi aku dalam pekerjaan dan perjalanan hidup, yang menjadi mazhabku dan jalanku yang aku tempuh selalu dan aku berjalan padanya kepada Allah Ta'ala. Kemudian, kamu da'wakan mazhabku itu yang bohong".


Inilah tempat masuk yang besar diantara tempat-tempat masuknya setan, yang telah membinasakan kebanyakan orang alim. Dan telah diserahkan sekolah-sekolah kepada golongan-golongan yang sedikit takutnya kepada Allah dan lemah mata-hatinya pada Agama, kuat keinginannya kepada dunia dan bersangatan kerakusannya mengikuti hawa-nafsu. Mereka tidak tetap mengikuti hawa-nafsu dan menegakkan kemegahan, selain dengan kefanatikan. Lalu mereka tahan yang demikian dalam dadanya dan tidak memberi-tahukan kepada mereka, tempat-tempat godaan setan. Bahkan mereka itu menggantikan setan, pada pelaksanaan godaannya. Maka terus meneruslah manusia diatas yang demikian. Dan mereka lupa akan induk- induk agamanya. Maka merekapun binasa dan membinasakan. Kiranya Allah Ta'ala menerima tobat kita dan tobat mereka.


Al-Hasan berkata: "Sampai kepada kami berita, bahwa Iblis berkata: "Aku hiaskan perbuatan maksiat pada ummat Muhammad. Lalu mereka potong punggungku dengan istighfar (membaca istighfar, memohon ampunan Tuhan). Lalu aku hiaskan dosa kepada mereka, dimana mereka tiada memohon ampunan Allah Ta'ala daripadanya. Yaitu: hawa-nafsu". Benarlah yang terkutuk itu. Karena ummat itu tiada mengetahui, bahwa yang demikian adalah sebahagian dari sebab-sebab yang menarik kepada maksiat. Maka bagaimana mereka meminta ampun daripadanya". Diantara tipu-daya setan yang besar, ialah: setan itu menyibukkan manu­sia dari urusan dirinya, dengan perselisihan-perselisihan yang terjadi dian­tara sesama manusia, tentang mazhab-mazhab dan permusuhan-permusuhan.


Abdullah bin Mas'ud berkata: "Suatu kaum duduk berdzikir kepada Allah Ta'ala. Lalu datanglah setan kepada mereka, untuk membangunkannya dari duduknya dan untuk mencerai-beraikan diantara mereka. Rupanya setan itu tidak sanggup. Lalu ia mendatangi rombongan lain, yang sedang asyik berbicara dengan-perbicaraan dunia. Lalu setan itu mendatangkan kerusakan diantara mereka. Lalu mereka itu bangun berbunuh-bunuhan. Sebenarnya setan itu tidak bermaksud demikian terhadap mere­ka tadi. Maka bangunlah mereka yang berdzikir kepada Allah Ta'ala,

985

berusaha melerai mereka yang bunuh-bunuhan itu. Lalu bercerai-berailah kaum yang berdzikir tadi dari majelis dzikirnya. Dan inilah yang dimaksudkan oleh setan itu dari mereka".


Diantara pintu-pintu setan itu, ialah: membawa orang awam yang tiada berkecimpung dalam bidang ilmu dan tidak mendalaminya, kepada berfikir tentang zat Allah Ta'ala, sifat-sifatNya dan mengenai hal-hal yang ti­ada sampai batas pemikiran mereka kepadanya. Sehingga meragukan mereka tentang pokok Agama. Atau mengkhayalkan kepada mereka ten­tang Allah Ta'ala dengan khayalan-khayalan (imajinasi-imajinasi), yang mahasucilah kiranya Alia Ta'ala daripadanya. Yang membuatnya dengan demikian, menjadi kafir atau orang bid'ah. Sedang dia dengan demikian, merasa senang gembira, bersuka-ria, dengan apa yang terjadi dalam dadanya. la menyangka yang demikian itu suatu ma'rifah (pengenalan kepada Allah) dan bashirah (penglihatan dengan mata hati).


Dan yang demikian itu terbuka baginya dengan kecerdikan dan kelebihan akalnya. Manusia yang paling bodoh, ialah orang paling kuat kepercayaannya kepada akalnya sendiri. Orang yang paling berketetapan akal, ialah orang yang sangat curiga kepada dirinya sendiri dan yang lebih banyak bertanya kepada orang yang berpengetahuan (para alim-ulama). Aisyah r.a. berkata: "Rasulu'llah s.a.w. bersabda:-
إن الشيطان يأتي أحدكم فيقول من خلقك فيقول الله تبارك وتعالى فيقول فمن خلق الله فإذا وجد أحدكم ذلك فليقل آمنت بالله ورسوله فإن ذلك يذهب عنه
(Innasy-syaithaana ya'tii ahadakum, fa yaquulu: man khalaqaka? Fa ya- quulu: Allaahu tabaaraka wa ta 'alaa. Fa yaquulu: fa man khalaqa'llaaha? Fa idzaa wajada ahadukum dzaalika, fal-YaquI: aamantu bi'llahi wa rasuu- lihi. Fa inna dzaalika yadz-habu 'anhu).Artinya: "Sesungguhnya setan itu datang kepada salah seorang kamu. Lalu ia bertanya: "Siapakah yang menjadikan kamu?". Maka salah se­orang kamu itu menjawab: "Allah yang mahasuci dan mahatinggi". Lalu setan itu bertanya lagi: "Siapakah yang menjadikan Allah?". Apabila sa­lah seorang kamu menjumpai yang demikian, maka hendaklah ia menja­wab: "Aku beriman kepada Allah dan RasulNya. Maka dengan demiki­an, setan itu pergi daripadanya". (1).

1. Hadits ini dirawikan Ahmad, Al-Bazzar dan Abu Yu'Ia dari 'Aisyah dan AJ-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah.
986

Nabi s.a.w. tiada menyuruh membahas tentang pengobatan bisikan setan ini. Karena, ini adalah bisikan yang dijumpai oleh kebanyakan manusia, tidak dijumpai oleh para ulama. Hak orang kebanya kan ialah: beriman dan Islam. Dan berbuat ibadah dan segala keperluan hidup. Dan menyerahkan ilmu untuk para alim-ulama. Orang awam, jikalau berzina dan mencuri, niscaya adalah lebih baik baginya daripada memperkatakan tentang ilmu (1). Karena orang yang memperkatakan tentang Allah dan Agama- Nya, tanpa pengetahuan yang kokoh, bisa jatuh dalam kekufuran, dima- na ia tiada mengetahuinya, Seperti orang yang berlayar diiaut yang da­lam, sedang ia tiada tahu berenang. Dan tipuan setan me-ngenai yang berhubungan dengan aqidah dan mazhab itu, tiada terhingga. Dan se- sungguhnya kami kemukakan, dengan apa yang telah kami kemukakan dahulu dengan contoh.


Diantara pintu-pintu setan, ialah: jahat sangka kepada kaum muslimin. Allah Ta'ala berfirman:-
يا أيها الذين آمنوا اجتنبوا كثيرا من الظن إن بعض الظن إثم
(Ya-ayyuhal-ladziina aamau'j-tanibuu katsiiran minadh-dhanni, inna ba'dla'dh dhanni itsmun).Artinya: "Hai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan purbasangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa!". S. Al-Hujurat, ayat 12.


Barangsiapa menghukum jahat orang lain, dengan purba-sangka, niscaya setan membawanya untuk, panjang lidahnya dengan mengupat orang. Lalu ia binasa, Atau teledor melaksanakan kewajibannya. Atau memandang rendah untuk memuliakan orang itu. Dan melihat kepadanya de­ngan pandangan kehinaan. Dan melihat dirinya sendiri lebih baik dari orang tersebut. Dan'semuanya itu termasuk membinasakan. Dan karena itulah, Syara' melarang melakukan tuduhan-tuduhan kepada orang. Nabi s.a.w. bersabda:-
اتقوا مواضع التهم
(Ittaquu mawaadli'at-tuhami).Artinya: "Takutlah akan tempat-tempat yang bisa menimbulkan tuduhan". (2)

Sehingga Rasulujllah s.a.w. menjaga diri daripada yang demikian. Diriwayatkan dari Ali bin Husain, bahwa Shafiyyah binti Huyay bin Akh-thab, menerangkan' kepadanya: "Bahwa Nabi s.a.w. beri'tikaf da­lam masjid". Shafiyyah meneruskan ceriteranya: "Lalu aku datang kepa­da Rasulu'llah s.a.w. Aku bercakap-cakap dengan beliau. Tatakala telah sore hari, lalu aku pergi. Maka Rasulu'llah s.a.w. pun bangun berdiri,

1. Maksudnya, te'ntunya ilmu yang membawa kepada kekufuran. Lalu dapat dibandingkan antara kekufuran itu dengan zina dan mencuri (Peny.).
2. Menurut Al-'Iraqi, beliau belum pernab mendapati hadits ini.
987

berjalan bersama aku. Lalu lewat disitu dua orang anshar dan memberi salam kepada Rasulu'llah s.a.w. Kemudian keduanya pergi. Lalu Rasu­lu'llah s.a.w. memanggil keduanya, seraya bersabda: "Dia ini Shafiyyah binti Huyay". Maka keduanya menjawab: "Wahai Rasulu'llah! Kami ti­ada menyangka apa-apa pada engkau, selain yang baik". Lalu Rasulu'­llah s.a.w. bersabda: "Se'sungguhnya setan itu berjalan pada anak Adam, pada tempat jalannya darah dari tubuhnya. Aku takut, setan itu masuk pada engkau berdua". (1).


Perhatikanlah, bagaimana Rasulu'llah s.a.w. berusaha terhadap Agama kedua orang anshar tadi, lalu menjaganya. Dan bagaimana beliau beru- saha terhadap ummatnya, lalu mengajarkaii mereka jalan menjaga dari tuduhan. Sehingga orang alim, wara', yang terkenal dalam semua tingkah-lakunya dengan Agama, tidak akan begitu bermudah-mudah, lalu mengatakan: "Orang seperti aku ini, tidak disangka orang apa-apa, se­lain yang baik saja", karena menyombong dengan dirinya. Orang yang paling wara', paling taqwa dan paling alim, tidak akan dipandang oleh semua manusia kedapanya dengan semacam pandangan. Tetapi sebahagian mereka memandangnya dengan pandangan suka dan sebahagian yang lain, memandangnya dengan pandangan marah. Karena itulah, se­orang penyair (2) bermadah, sebagai berikut:-

"Wa 'ainu'rridlaa 'an kulli 'aibin kaliilatun, wa laakin 'ainu'ssukhthi tubdi'l-masaawia". Artinya:-"Apabila kita senang kepada orang, segala kekurangannya tidak tampak. Tetapi, bila marah kepada orang, segala keburukanya akan tampak". Maka haruslah menjaga diri dari jahat sangka dan dari menuduh orang- orang jahat. Karena orang-orang jahat itu tidak menyangka semua orang lain, melainkan jahat pula. Maka manakala anda melihat seseorang, yang berjahat sangka kepada orang lain, yang mencari segala kekurang­annya, maka ketahuilah, bahwa orang itu busuk batinnya. Dan demikian itu, kebusu kannya, yang tersaring dia daripadanya. Dan ia melihat orang lain, menurut dirinya sendiri. Sesungguhnya orang mu'min meminta kema'afan, sedang orang munafik, mencari kekurangan. Orang mu'min itu sejahtera dadanya terhadap hak semua makhluk Tuhan. Inilah sebahagian tempat-tempat masuknya setan kedalam hati manusia. Jikalau aku bermaksud menyelidiki semuanya, niscaya aku tidak sang- gup. Dan dengan sekadar ini, dapatlah memberi-tahukan kepada yang lain. Maka tidak ada pada manusia suatu sifat yang tercela, malainkan sifat itu menjadi senjata setan dan salah satu tempat masuknya.

1. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Mustim dari Shafijjah tersebut.
2. Penyair ini, ialah Imam Asy-Syafi'i r.a.
988

Jikalau anda bertanya: "Apakah obatnya untuk menolak setan itu?. Ada- kah memadai pada yang demikian, dengan mengingati Allah (berdzikir) dan manusia mengucapkan: "Laa haula wa laa quwwata illaa bi'Uaah" (Tiada daya dan upaya, selain dengan Allah)?"


Ketahuilah; bahwa obat hati pada yang demikian itu, ialah: menyumbat tempat-tempat masuknya setan, dengan membersihkan hati dari sifat-sifat tercela itu. Dan itu termasuk hal-hal yang panjang uraiannya. Dan maksud kami dalam Rubu ini dari Kitab Ihya' ini, ialah: menerangkan obat sifat-sifat yang membinasakan. Dan masing-masing sifat itu memer­lukan kepada kitab tersendiri, menurut uraian yang akan datang. Benar, apabila pokok-pokok sifat tersebut dipotong dari hati, niscaya setan mempunyai tempat singgahan dan bahaya yang lain pada hati, Dan dia tidak mempunyai tempat ketelapan, Dan ia dicegah dari singgahan itu, oleh mengingati Allah Ta'ala (berdzikir). Karena hakekat dzikir itu ti­dak dapat menetap pada hati kecuali sesudah hati itu dibangun dengan taqwa. Dan disucikannya dari sifat-sifat tercela. Kalau tidak demikian, maka adalah dzikir itu merupakan kata diri saja. Tiada berkuasa kepada hati. Lalu tidak dapat menolak kekuasaan setan. Karena itulah, Allah Ta'ala beffirman:-
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ
(Innal-ladziina't-taqau, idzaa massahum thaa-ifun minasy-syaithaani, ta- dzakkaruu, fa idzaa hum mub-shiruun).Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa, apabila mereka ditipu oleh setan yang datang berkunjung, mereka ingat kembali dap ketika itu mereka menjadi orang-orang yang mempunyai pemandangan".- S. Al-A'raf, ayat 201.


Allah Ta'ala mengkhususkan yang demikian kepada orang yang ber­taqwa. Karena setan itu adalah seperti anjing lapar, yang mendekati engkau. Kalau tidak ada dimnka engkau roti atau daging, maka anjing itu terkejut dengan perkataanmu kepadanya: "Pergi!". Maka semata- mata suara, dapat me(nolaknya untuk pergi.

Jikalau ada daging dihadapan engkau dan anjing itu lapar, niscaya ia menyerang kepada daging. Dan ia tidak dapat ditolak untuk pergi de­ngan semata-mata perkataan.

Maka hati yang kosong dari makanan setan itu, ia terkejut dengan sema­ta-mata dzikir. Adapun nafsu-syahwat apabila telah bersangatan pada hati, niscaya ia menolak hakekat dzikir kepada pinggir-pinggir hati. Lalu dzikir itu tidak menetap didalam hati. Akan tetapi setan yang menetap didalam hati.Adapun hati orang-orang muttaqin, yang terlepas dari hawa-nafsu dan

989

sifat-sifat tercela, maka ia diketuk oleh setan. Tidak untuk nafsu-syahwat, akan tetapi supaya hati itu kosong, disebabkan lalai daripada dzi­kir. Maka apabila ia kembali kepada dzikir, niscaya setan itu mengendap. Dalilnya yang demikian itu, ialah firman Allah Ta'ala:-
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
(Fa's-ta'idz billaahi miriasy-syaithaanir-rajiim).Artinya: "Maka bermohonlah perlindungan kepada Allah, dari setan yang terkutuk!". - S. An-Nahl, ayat 98. Hadits-hadits dan ayat-ayat yang lain, yang menerangkan tentang dzikir.


Abu Hurairah berkata: "Telah bertemu setan orang mu'min dengan se­tan orang kafir. Setan orang kafir itu berminyak rambutnya, gemuk dan berpakaian, sedang setan orang mu'min itu kurus, tidak teratur rambutnya, berdebu dan telanjang. Lalu setan orang kafir bertanya kepada setan orang mu'min: "Mengapa kamu kurus?" Setan orang mu'min itu menjawab: Allah (membaca Bismi'llah), maka senantiasalah aku lapar. Apabila ia minum, ia menyebut nama Allah, maka senantiasalah aku haus. Apabila ia berpakaian, ia menyebut nama Allah, maka senantiasalah aku dalam keadaan telanjang. Apabila ia memakai minyak rambut, ia menyebut na­ma Allah, maka senantiasalah rambutku tidak teratur". Lalu setan orang kafir itu berkata: "Tetapi aku bersama seorang laki-laki yang tiada ber- buat suatupun dari yang demikian. Aku bersekutu dengan dia pada makanannya, minumannya dan pakaiannya".
اللهم إنك سلطت علينا عدوا بصيرا بعيوبنا يرانا هو وقبيله من حيث لا نراهم اللهم فآيسه منا كما آيسته من رحمتك وقنطه منا كما قنطته من عفوك وباعد بيننا وبينه كما باعدت بينه وبين رحمتك إنك على كل شيء قدير


Muhammad bin Wasi' berdo'a tiap-tiap hari sesudah shalat Shubuh, yaitu
(Allaahu'mma innaka sallath-ta 'alaiinaa 'aduwwan bashiiran bi'uyuubinaa y.araanaa huwa wa qabiiluhu min haitsu laa naraahum. Al- laahu'mma fa-aayis-hu minnaa kamaa aayastahu min rahmatika wa qannith-hu minnaa ka maa qannath-tahu min 'afwika wa baa'id bainanaa wa bainahu kamaa ba'ad-ta bainahu wa bainarahmatika, innaka 'alaa kulli syai-in qadiir).Artinya: "Wahai Allah Tuhanku! Sesungguhnya Engkau menguasakan diatas diri kami, seorang musuh yang dapat melihat kekurangan-kekurangan kami, baik oleh dia sendiri atau golongannya, sedang kami tidak dapat melihat mereka. Wahai Allah Tuhanku! Jadikanlah dia berputus- asa daripada menipu kami, sebagaimana Engkau menjadikannya berputus-asa tus-asa daripada rahmat Engkau!

990

Jadikanlah ia berputus-asa daripada menipu kami, sebagaimana Engkau menjadikannya berputus-asa daripa­da kema'afan Engkau! Jauhkanlah diantara kami dan dia, sebagaimana Engkau jauhkan, diantara dia dan rahmat Engkau! Sesungguhnya Eng­kau Maha-kuasa atas segala sesuatu".


Yang meriwayatkan peristiwa ini menerangkan: "Lalu pada suatu hari, Iblis itu berdiri dihadapan Muhammad bin Wiasi' pada jalan ke masjid, seraya berkata: "Hai Ibnu Wasi'! Adakah engkau mengenal aku?". Ibnu Wasi' menjawab: "Siapa engkau?". Iblis itu menjawab: "Aku Iblis". La­lu Ibnu Wasi' bertanya: "Apa maksud engkau?" Iblis itu menjawab: "Aku ingin, supaya engkau tiada mengajarkan seorangpun, do'a meminta perlindungan diri (al-isti'adzah) tadi. Dan aku tidak akan datang-da- tang kepada engkau".


Ibnu Wasi' menjawab: "Demi Allah! Aku tidak akan melarang al-isti'a­dzah itu kepada siapa saja yang mengingininya, Buatlah apa yang engkau mau!".


Dari Abdurrahman bin Abi Laila, yang mengatakan: "Adalah setan itu datang kepada Nabi s.a.w. dan ditangannya api yang bernyala-nyala. Lalu ia berdiri dihadapan Nabi s.a.w. dan Nabi s.a.w. sedang shalat. Maka Nabi s.a.w. membaca ayat AI-Qur-an dan berlindung dari setan yang terkutuk (membaca A'uudzu bi'llaahi minasy-syaithaanirrajiim). Tetapi setan itu tidak pergi. Maka-datanglah malaikat Jibril a.s. kepada Nabi s.a.w., seraya mengatakan kepada Nabi a.s.:
قل أعوذ بكلمات الله التامات التي لا يجاوزهن بر ولا فاجر من شر ما يلج في الأرض وما يخرج منها وما ينزل من السماء وما يعرج فيها ومن فتن الليل والنهار ومن طوارق الليل والنهار إلا طارقا يطرق بخير يا رحمن

(Qul A'uudzu bi-kalimaati'l-taahi'ttaammaati'llatii laa jujaawizuhunna baarrun wa laa faajirun, min syarri maa yaliju fil-ardli wa maa yakhruju minhaa, wa maa janzilu minassamaa-i wa maa ya'ruju fiihaa, wa min fi- tanil-laili wan-nahaari wa min thawaariqil-laili wan-nahaari, illaa thaari- qanyath-ruqu bi-khairin, yaa Rahmaan!").
Artinya: "Aku berlindung dengan kalam Allah yang sempurna, yang ti­dak dilampaui oleh orang baik dan orang zalim, dari kejahatan sesuatu yang masuk dalam bumi dan yang keluar daripadanya, dari sesuatu yang turun dari langit dan yang naik padanya, dari segala fitnah malam dan siang, dari segala yang datang pada malam dan siang, kecuali yang da­tang dimana datangnya itu dengan kebajikan, wahai Tuhan Yang Maha- pemurah!"Lalu Nabi s.a.w. membaca yang tersebut itu. Maka padamlah apinya

991

dan setan itu jatuh tersungkur". (1).

AI-Hasan berkata: "Diceriterakan orang kepadaku, bahwa malaikat Jibril a.s. datang kepada Nabi s.a.w., seraya berkata: "Bahwa jin ifrit akan memperdayakan engkau. Apabila engkau pergi ketempat tidur, maka bacalah: ayat Al-Kursiyyi. (2).


Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya setan telah datang kepadaku, lalu ia bertengkar dengan aku. Kemudian, ia bertengkar lagi dengan aku. Lalu aku pegang lehernya. Demi Allah yang mengutuskan aku dengan kebenaran! Aku. tidak melepaskannya, sehingga aku dapati kedinginan air lidahnya pada tanganku. Jikalau tidaklah do'a saudaraku Sulaiman a.s., niscaya jadilah aku tercampak dalam masjid". (3).


Nabi s.a.w. bersabda:-
ما سلك عمر فجا إلا سلك الشيطان فجا غير الذي سلكه عمر
(Maa salaka 'Umaru fajjan illaa salakasy-syaithaanu fajjan, ghairal-ladzii salakahu Umaru).Artinya: "Umar tiada menjalani sesuatu jalan, melainkan setan menjalani sesuatu jalan yang tiada dijalani oleh 'Umar". (4). Fahamilah ini! Karena hati itu disucikan dari tempat gembalaan dan kekuatan setan. Yaitu: nafsu-syahwat.


Manakala anda mengharap, bahwa tertolaknya setan dari anda dengan dzikir semata-mata, sebagaimana tertolaknya dari Umar r.a., maka yang demikian itu mustahil. Anda adalah seperti orang yang mengharap meminum obat sebelum mengosongkan perut dari makanan. Dan perut besar (maiddah) itu sibuk dengan makanan-makanan berat. Dan orang itu mengharap bahwa obat tersebut bermanfa'at kepadanya, sebagaimana bermanfa'atnya obat yang diminum sesudah perut kosong dan pengosongan perut besar. Dzikir itu obat dan taqwa itu pengosongan perut Yaitu: pengosongannya hati dari segala nafsu-syahwat. Maka apabila dzikir bertempat pada hati yang kosong dari selain dzikir, niscaya tertolaklah setan, sebagaimana tertolaknya penyakit dengan bertempatnya obat dalam perut yang ko­song daripada makanan.

Allah Ta'ala berfirman:-
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ
(Inna fii dzaalika la-dzikraa li-man kaana lahu qalb).

1. Hadits ini, diriwayatkan Ibnu Abid-Dun-ya. Hadits ini mursal.
2. Hadits ini, diriwayatkan Ibnu Abid-Dun-ya. Hadits ini mursal.
3. Hadits ini, diriwayatkan Ibnu Abid-Dun-ya dari Asy-Sya'bi, hadits mursal. Dan diriwa­yatkan Al-Bukhari dari Abi Hurairah, dengan sedikit perobahan.
4. Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim dari Sa'id bin Abi Waqqash.
992


Artinya: "Sesungguhnya hal yang demikian itu menjadi pengajaran bagi siapa yang mempunyai hati (pengertian). — S. Qaf, ayat 37. Allah Ta'ala berfirman:-
كُتِبَ عَلَيْهِ أَنَّهُ مَنْ تَوَلاهُ فَأَنَّهُ يُضِلُّهُ وَيَهْدِيهِ إِلَى عَذَابِ السَّعِيرِ
(Kutiba 'alaihi annahu man tawallaahu fa-annahu yudlil-luhu wa yahdii- hi ilaa'adzaa-bis-sa'iir).Artinya: "Telah ditetapkan, bahwa siapa, yang mengikut setan itu, su- dah tentu akan disesatkannya dan akan dipimpinnya menuju siksaan api yang menyala". — S. Al-Hajj, ayat 4.

Siapa yang menolong setan dengan perbuatannya, maka dia adalah pe- ngikut setan, walaupun ia menyebut Allah dengan lidahnya. Dan walau- pun anda mengatakan, bahwa telah datang hadits secara mutlak, yang menerangkan, bahwa dzikir (menyebut Allah) itu menolak setan. Anda tidak memahami, bahwa kebanyakan hal yang bersifat umum bagi Agama itu dikhususkan dengan syarat-syarat yang dinukilkan oleh ulama-ulama Agama. Maka lihatlah kepada diri anda. Tidaklah kabar itu seperti dilihat sendiri. Dan perhatikanlah, bahwa kesudahan dzikir anda dan ibadah anda itu, ialah: shalat,maka. awasilah hati anda, apabila anda berada dalam shalat! Bagaimana hati itu ditarik oleh setan kepasar-pasar, mengadakan perhitungan dengan orang-orang yang berjual-beli dan bersoal-jawab dengan orang-orang yang menantang? Bagaimana setan itu membawa anda dalam tembah-lembah dunia dan tempat-tempat yang membinasakan? Sehingga anda tidak teringat apa yang telah anda lupa- kan dari segala tetek-bengek dunia, selain dalam shalat anda. Dan setan itu tidak berdesak-desak pada hati anda, selain apabila anda mengerja- kan shalat.

Maka shalat itu adalah batu penguji hati. Pada shalat, lahirlah segala ke- baikan dan keburukan hati. Shalat itu tidak diterima dari hati yang penuh dengan segala hawa-nafsu dunia. Tidak dapat dibantah, bahwa setan itu tidak terusir dari anda, bahkan kadang-kadang bertambah bisikannya pada anda. Sebagaimana obat sebelum kosongnya perut kadang-kadang me- nambahkan kemelaratan kepada anda.

Jikalau anda bermaksud terlepas dari setan, maka dahulukanlah keko- songan perut dengan taqwa! Kemudian, iringilah dengan obat dzikir, yang akan melarikan setan daripada anda, sebagaimana setan itu lari daripada 'Umar .ra. Karena itulah Wahab bin Munahbih berkata: "Bertaqwalah kepada Allah! Janganlah anda memaki setan secara terang-terangan, sedang anda temannya secara rahasia. Artinya: anda patuh ke­padanya".

Sebahagian mereka berkata: "Alangkah mengherankan, orang yang

993

mendurhakai orang yang berbuat baik, sesudah diketahuinya akan keba- ikan orang.itu. Dan menta'ati akan orang yang terkutuk, sesudah diketa­huinya akan kedurhakaannya". Dan sebagaimana Allah Ta'ala berfirman:-
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
(Ud'uunii astajib la-kum').
Artinya: "Mendo'alah kepadaKu, nanti Kuperkenankan (permintaan) kamu itu". - S. Al-Mu'min, ayat 60. Anda mendo'a kepadaNya dan la tidak memperkenankan untuk anda. Maka seperti itu pulalah, anda mengingati Allah (berdzikir)dan setan tidak lari dari anda, karena ketiadaan syarat-syarat dzikir dan do'a.


Orang bertanya kepada Ibrahim bin Adham: "Bagaimana kami ini berdo'a, maka tidak diperkenankan do'a kami itu? Pada hai Allah Ta'ala berfirman: "Mendo'alah kepadaKu, nanti Kuperkenankan (permintaan) kamu itu?".


Ibrahim bin Adham itu menjawab: "Karena hatimu itu mati". Orang tersebut bertanya lagi: "Apakah yang mematikan hati itu?". Ibrahim bin Adham menjawab: "Delapan perkara: engkau mengetahui akan hak Allah, lalu engkau tidak bangun menegakkan hakNya, engkau membaca Al-Qur-an dan engkau tidak mengerjakan menurut batas-batas yang ditentukan oleh Al-Qur-an, engkau berkata: kami mencintai Rasu­lu'llah s.a.w, dan engkau tidak melaksanakan menurut sunnahnya, eng­kau mengatakan: kami takut kepada mati dan kamu tidak mengadakan persiapan untuk mati. Allah Ta'ala berfrrman:-
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا
(Innasy-syaithaana lakum 'aduwwun fat-takhi dzuu-hu 'aduwwaa). Artinya: "Sesungguhnya setan itu musuh kamu. Sebab itu, perlakukan- lah dia sebagai musuh!". - S. Fathir, ayat 6. Lalu kamu sepakat dengan setan itu pada perbuatan maksiat. Engkau mengatakan: kami takut kepa­da api neraka dan engkau membawa susah badanmu kedalam api neraka. Engkau mengatakan: kami mencintai sorga dan engkau tidak berbuat untuk sorga. Dan apabila kamu bahgun dari tempat tidurmu, kamu lemparkan kekurangan-kekuranganmu kebelakang punggungmu. Dan kamu bentangkan kekurangan orang lain dihadapanmu. Kamu telah memarahkan Tuhanmu, maka bagaimanakah Ia memperkenankan do'amu?"

Kalau anda bertanya: "Yang mengajak kepada maksiat yang bermacam-
994

macam itu, apakah setan itu satu atau setan-setan yang bermacam-macam?".

Ketahuilah, bahwa tidak perlu bagi anda mengetahui yang demikian pa­da ilmu'muamalat. Bekerjalah menolak musuh dan jangan anda berta­nya tentang sifatnya! Makanlah sayur-sayuran dari mana saja datangnya dan janganlah anda tanyakan tentang tempat tumbuhnya sayuran itu! Akan tetapi yang terang dengan cahaya penglihatan pada penyaksian- penyaksian hadits, ialah: mereka itu adalah tentara yang berbaris. Ma- sing-masing macam dari maksiat itu, mempunyai setan yang tertentu dan yang mengajak kepadanya.


Adapun jalan penglihatan, untuk menyebutkannya adalah panjang. Dan mencukupilah untuk anda, sekedar yang telah kami sebutkan itu. Yaitu:. bahwa perbedaan yang menyebabkannya, menunjukkan kepada perbedaan sebab-sebab, sebagaimana yang telah kami sebutkan tentang cahaya api dan hitam asap.

Adapun hadits, maka Mujahid telah mengatakan: "Iblis itu mempunyai lima anak. Masing-masing dari anak itu dijadikan sesuatu yang menjadi urusannya. Kelima anak itu ialah: Tsabur, A'war. Mabsuth, Dasim dan Zalambur.


Tsabur, yaitu: yang punya segala bencana, yang menyuruh dengan kebinasaan, merobekkan baju, manampar pipi dan dakwaan jahiliah. Ada­pun A'war, yaitu: yang punya zina, yang menyuruh dan menghiaskan kezinaan." Adapun Mabsuth, yaitu: yang punya kebohongan. Dan Dasim, ialah: yang masuk bersama orang laki-Iaki kepada keluarganya, yang menuduh mereka, dengan kekurangan pada laki-laki itu dan yang membuat laki-laki itu marah kepada keluarganya. Dan Zalambur, yaitu: yang punya pasar. Lalu dengan sebab Zalambur, mereka itu senantisa mendapat kezaliman.

Setan shalat, dinamai: Khanzab (1). Dan setan wudlu', dinamai: Walhan (2). Mengenai yang demikian, telah tersebut pada banyak hadits. Sebagimana setan pada mereka itu banyak, maka bagitu pulalah malaikatpun banyak. Dan telah kami sebutkan pada "Kitab Syukur" tentang rahasia banyaknya malaikat dan masing-masing mereka mempunyai tugas khusus yang tersendiri. Abu Amamah Al-Bahili berkata: "Rasulu'­llah s.a.w. ber'sabda:-

1. Hadits ini dirawikan Muslim dari Usman bin Abil-'Ash.
2. Hadits ini dirawikan At-Tirmidzi dari Ubai bin Ka'ab.
995

وكل بالمؤمن مائة وستون ملكا يذبون عنه ما لم يقدر عليه من ذلك للبصر سبعة أملاك يذبون عنه كما يذب الذباب عن قصعة العسل في اليوم الصائف وما لو بدا لكم لرأيتموه على كل سهل وجبل كل باسط يده فاغر فاه ولو وكل العبد إلى نفسه طرفة عين لاختطفته الشياطين

(Wukkilla bil-miTmini miatun wa sittuuna malakan, yadzubbuuna 'anhu maa lam yaqdir 'alaihi min dzaalika, lil-bashari sab'atu amlaakin, ya­dzubbuuna 'anhu, kama yudzabbu'dz-dzubaabu 'an qish'atil-'asali filyau- mish-shaa-ifi. Wa maa lau badaa lakum lara-aitumuuhu 'alaa kulli sahlin wa jabalin. Kullun baasithun yadahu, faaghirun faahu. Wa lau wukkilal- 'abdu ilaa nafsihi tharfata 'ainin lakhtathafathu'sy-syayaathinu). Artinya: "Diwakilkan dengan orang mu'min seratus enampuluh malai- kat, yang mempertahankannya, apabila ia tidak sanggup mempertahan- kan dirinya dari yang demikian. Bagi penglihatan (mata) mempunyai tujuh malaikat, yang mempertahankannya, sebagaimana lalat ditolak-jauh dari piring madu pada hari panas. Jikalau tampaklah bagi kamu malaikat itu, niscaya kamu melihatnya, pada tiap-tiap lembah dan bukit. Masing- masing mereka menghamparkan tangannya dan membuka mulutnya. Dan jikalau diwakilkan hamba mu'min itu kepada dirinya sendiri seke- jap mata niscaya ia disambar oleh setan-setan". (1). Ayyub bin Yunus bin Yazid berkata: "Ada berita yang sampai kepada kami, bahwa lahir anak-anak jin bersama anak-anak manusia. Kemudian mereka itu jadi bersama anak-anak manusia".


Jabir bin Abdullah meriwayatkan, bahwa Nabi Adam a.s. tatkala turun ke bumi, berdo'a: "Wahai Tuhanku! Iblis ini yang Engkau jadikan permusuhan diantaraku dan dia. Jikalau Engkau tidak menolong aku, nisca­ya aku tiada sanggup menghadapinya".


Allah berfirman: "Apabila engkau melahirkan anak, maka diwakilkan seorang malaikat kepadanya"

Nabi Adam a.s., berdo'a: "Wahai Tuhanku, tambahkalah kepadaku!". Allah berfirman: "Aku balas satu kejahatan dengan satu. Dan satu per­buatan kebaikan, Aku balas sepuluh, sampai sebanyak yang Aku kehendaki".

Nabi Adam a.s. berdo'a lagi: "Wahai Tuhanku, tambahlah kepadaku!". Allah berfirman: "Pintu tobat itu terbuka, selama masih ada nyawa da­lam badan".

Dan Iblis berdo'a: "Wahai Tuhanku! HambaMu itu yang Engkau muliakan terhadap aku, jikalau tidak Engkau menolong aku terhadapnya, niscaya aku tidak sanggup menghadapinya".

1. Hadits ini dirawikan Ibnu Abid-Dun-ya dengan isnad dla'if.
996

Allah berfirman: "Apabila dilahirkan untuk Adam seorang anak, maka untukmu dilahirkan seorang anak pula".
Iblis berdo'a: "Wahai Tuhanku, tambahkanlah untukku!".
Allah berfirman: "Engkau berjalan pada mereka pada tempat jalan darahnya dan engkau mengambil dada mereka menjadi rumahmu".
Iblis mendo'a lagi: "Tambahlah, wahai Tuhanku!".
Allah berfirman:-
وَاسْتَفْزِزْ مَنِ اسْتَطَعْتَ مِنْهُمْ بِصَوْتِكَ وَأَجْلِبْ عَلَيْهِمْ بِخَيْلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكْهُمْ فِي الأمْوَالِ وَالأولادِ وَعِدْهُمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلا غُرُورًا
(Wa-ajlib 'alaihim bi-khailika wa rajilika wa syaarikkum fil-amwaali wal- aulaadi, wa idhum wa maa ya'iduhu musy-syai-thaanu illaa ghuruuraa). Artinya: "Dan kerahkanlah mereka dengan pasukan engkau yang berkuda dan jalan kaki dan berserikatlah dengan mereka tentang harta dan anak-anak dan janjikanlah (apa-apa) kepada mereka. Dan apa yang dijanjikan oleh setan itu kepada mereka, tiada lain dari tipuan belaka". - S. Al-Isra', ayat 64.

Dari Abid-Darda' r.a. yang mengatakan: "Rasulu'llah s.a.w. bersabda:-
خلق الله الجن ثلاثة أصناف صنف حيات وعقارب وخشاش الأرض وصنف كالريح في الهواء وصنف عليهم الثواب والعقاب وخلق الله تعالى الإنس ثلاثة أصناف صنف كالبهائم كما قال تعالى لهم قلوب لا يفقهون بها ولهم أعين لا يبصرون بها ولهم آذان لا يسمعون بها أولئك كالأنعام بل هم أضل وصنف أجسامهم أجسام بني آدم وأرواحهم أرواح الشياطين وصنف في ظل الله تعالى يوم القيامة يوم لا ضل إلا ظله
(Khalaqa'l-laahu'l-jinna tsalaatsata ash-naafin: shanfun hayyaatun wa 'a- qaaribu wa khasyaasyul-ardli Wa shanfun kar-riihi fil-hawaa-i. Wa shan­fun 'alaihimu'ts-tsawaabu wal-'iqaabu. Wa khalaqa'l-laahu Ta'aala'l-insa tsalaa-tsata ash-naafin: shanfun kal-bahaa-imi, kamaa qaala Ta'aalaa: .... lahum quluubun laa yafqahuuna bihaa wa lahum a'yunun laa yubshiruuna bihaa wa lahum aa-dzaanun laa yasma'uuna bihaa. Ulaa-ika kal-an'aami, bal hum adlallu-wa shanfun ajsaamuhum ajsaamu bani Aadama wa arwaa- huhum arwaahusy-syayaathini. Wa shanfun fiidhilli'l-laahi Ta'aalaa yaumal- qiaamati, yauma laa dhilla illaa dhilluhu ).Artinya: "Allah Ta'ala menjadikan jin tiga macam: semacam seperti ular, kala dan binatang-binatang kecil dibumi. Semacam seperti angin di-
997حديث أبي الدرداء خلق الله الجن ثلاثة أصناف صنف حيات وعقارب الحديث أخرجه ابن أبي الدنيا في مكايد الشيطان وابن حبان في الضعفاء في ترجمة يزيد بن سنان وضعفه والحاكم نحوه مختصرا في الجن فقط ثلاثة أصناف من حديث أبي ثعلبة الخشني وقال صحيح الإسناد

udara. Dan semacatn lagi, pada mereka pahala dan siksa. Allah Ta'ala menjadikan manusia tiga macam: semacam seperti hewan, sebagaimana firman Allah Ta'ala: "mereka mempunyai hati (tetapi) tidak memahamkan dengan hatinya, mempunyai mata, (tetapi) tidak melihat de­ngan matanya dan mempunyai telinga, (tetapi) tidak mendengarkan de­ngan telinganya. Orang-orang itu seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat" — (S. Al-A'raf, ayat 179). Semacam lagi, tubuhnya tubuh manu­sia dan nyawanya nyawa setan. Dan semacam lagi dalam naungan Allah Ta'ala pada hari kiamat, hari yang tak ada naungan padanya, selain naungan Allah". (1).


Wahib bin Al-Ward berkata: "Sampai kepada kami ceritera, bahwa Iblis merupakan diri seperti manusia, dihadapan Nabi Yahya bin Zakaria a.s. Iblis itu berkata: "Aku bermaksud menasehati engkau". Nabi Yahya a.s. menjawab: "Aku tiada memerlukan akan nasehatmu. Akan tetapi terangkanlah kepadaku tentang anak Adam!". Lalu Iblis itu menjawab: "Mereka pada kami tiga macam. Semacam dari mereka itu, adalah ma­cam yang sangat sulit kepada kami. Kami hadapi salah seorang dari mereka, sehingga kami fitnahkan dia dan kami berketetapan padanya. Lalu ia berlindung dengan pembacaan istighfar dan tobat. Maka rusaklah semua yang telah kami peroleh daripadanya. Kemudian, kami kembali lagi kepadanya, lalu iapun kembali kepada istighfar dan tobat. Kami tiada berputus-asa daripadanya dan kami tiada memperoleh hajat kami daripadanya. Kami hanya payah saja menghadapinya. Yang sema­cam lagi, mereka itu dalam tangan kami, seperti bola dalam tangan anak-anakmu. Kami balik-balikkan mereka menurut kehendak kami. Mereka menjaga dari kami, diri mereka. Adapun macam ketiga, mereka adalah seperti engkau, yang terpelihara dari kesalahan. Kami tidak sanggup berbuat sesuatu terhadap mereka".


Kalau anda bertanya, bagaimana setan itu membuat dirinya menyerupai dengan sebahagian manusia dan tidak dengan sebahagian yang lain? Apabila dilihat bentuknya, maka apakah itu bentuknya yang sebenarnya atau contoh yang memberi bentuk setan dengan demikian? Jikalau setan itu menurut bentuknya yang sebenarnya, maka bagaimana ia dapat terli- hat dengan bentuk yang bermacam-macam? Dan bagaimana ia dapat terlihat pada satu waktu didua tempat dan dengan dua bentuk? Sehingga ia dapat dilihat oleh dua orang dengan dua bentuk yang berlainan. Ketahuilah kiranya, bahwa malaikat dan setan, masing-masing mempu­nyai dua bentuk. Yaitu: hakekat bentuk keduanya. Dan hakekat bentuk keduanya itu tidak dapat diketahui dengan menyaksikan, kecuali dengan nur kenabian. Nabi s.a.w. tiada melihat malaikat Jibril a.s. dalam ben­tuknya, kecuali dua kali (2).

1.  Hadits ini dirawikan Ibnu Abid-Dun-ya. Hadits ini dla'if.
2. Hadits ini dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari 'Aisyah r.a.
998

Yang demikian, ialah: bahwa Nabi s.a.w. meminta kepada Jibril a.s. supaya memperlihatkan dirinya kepada Nabi s.a.w. menurut bentuknya. Lalu Jibril a.s. menjanjikannya di BaqV Dan tampaklah Jibril a.s. kepa­da Nabi s.a.w. di Hara'. Maka tertutuplah ufuk dari Timur (masyriq) sampai ke Barat (maghrib). Dan sekali lagi, Nabi s.a.w. melihat Jibril a.s. menurut bentuknya pada malam mi'raj disisi Sadratul-muntaha. Biasanya Nabi s.a.w. melihat Jibril a.s. itu dalam bentuk manusia (1). Nabi s.a.w. melihat Jibril a.s. menurut bentuk Dahiyah Al-Kalabi (2). Dahiyah adalah seorang laki-laki yang cantik mukanya. Yang kebanyakan, malaikat Jibril a.s. itu membuka kepada ahli-mukasyafah dari orang-orang yang mempunyai hati, dengan contoh bentuknya. Lalu setan menampakkan contoh bentuknya bagi ahli mukasyafah itu waktu jaga (tidak tidur).


Maka ia melihat setan tersebut dengan matanya dan mendengar perkataannya dengan telinganya. Lalu yang demikian itu berkedudukan pada kedudukan hakekat bentuknya, sebagaimana tersingkap dalam tidur bagi kebanyakan orang-orang saleh. Yang tersingkap pada waktu jaga, yaitu: yang telah sampai kepada tingkat, yang tidak dapat dicegah dari muka­syafah yang ada dalam tidur, oleh kesibukan pancaindera dengan dunia. Lalu ia melihat dalam jaga itu, apa yang dilihat oleh orang lain dalam ti­dur. Sebagaimana diriwayatkan dari Umar bin Abdul aziz r.a., bahwa seorang laki-laki, meminta kepada Tuhannya, supaya Tuhan memperli­hatkan kepadanya tempat setan dalam hati manusia. Lalu ia melihat da­lam tidurnya (bermimpi) tubuh seorang laki-laki yang menyerupai batu yang bersih berkilat. Kelihatan dalamnya dari luarnya. Dan ia melihat setan itu dalam bentuk katak, yang duduk atas lembung kiri orang itu, diantara lembungnya dan telinganya. Katak itu mempunyai belalai halus, yang dimasukkannya dari lembung kiri orang itu kedalam hatinya, dima na dibisikkan kepadanya hal-hal yang tidak baik. Apabila orang itu me ngingati Allah Ta'ala (berdzikir), niscaya setan itu mengendap. Hal yang seperti ini, kadang-kadang disaksikan dengan mata pada waktu jaga. Sebahagian golongan kasyaf melihat setan itu, dalam bentuk anjing bertelungkup atas bangkai. mengajak manusia kepada bangkai itu. Dan bangkai itu adalah contoh dunia. Ini berlaku sebagai penyaksian bentuk setan itu yang hakiki. Sesungguhnya hati itu-tak boleh tidak-akan lahir hakekatnya, dari wajahnya yang berhadapan dengan alam malakut. Dan ketika itu cemerlanglah bekasnya, atas wajahnya yang berhadapan dengan alamul-mulki wasy-syahadah (alam yang tampak, dapat disaksi­kan). Karena salah satu daripada keduanya bersambung dengan yang satu lagi. Dan telah kami terangkan, bahwa hati itu mempunyai dua wa­jah: wajah kealam gaib, yaitu: tempat masuknya ilham dan wahyu. Dan wajah kealam syahadah. Maka yang lahir daripadanya pada wajah yang

1. Hadits ini dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari 'Aisyah r.a.
2. Hadits ini dirawikan Al-Bukhari dao Muslim dari Usamah bin Zaid.
999

mengiringi pihak alam syahadah, adalah merupakan bentuk khayalan. Karena seluruh alam syahadah itu khayalan. Hanya khayalan itu sekali berhasil dari pandangan dengan panjaindera kepada zahiriah alam sya­hadah. Maka bolehlah bentuk itu tidak bersesuaian dengan maksud. Se­hingga terlihat orang yang cantik bentuknya, pada hal dia itu kotor ba- tinnya dan keji rahasianya. Karena alam syahadah itu alam yang banyak penyelewengan.


Adapun bentuk yang berhasil dalam khayalan, dari cemerlangnya alam malakut diatas batin rahasia hati, adalah merupakan peniruan sifat dan penyesuaian bagi sifat. Karena bentuk pada alam malakut itu, mengikuti sifat dan penyesuaian bagi sifat. Maka tak dapat dibantah, bahwa mak­sud yag keji akan terlihat dengan bentuk yang keji. Maka setan itu akan terlihat dalam bentuk anjing, katak, babi dan lain-lain. Dan malaikat akan terlihat dalam bentuk yang cantik. Maka bentuk itu adalah judul maksud dan yang menerangkan maksud itu dengan sebenarnya. Karena itulah, beruk dan babi dalam tidur (mimpi) menunjukkan kepada manusia keji. Kambing menunjukkan kepada manusia yang sejahtera isi dadanya.


Begitulah semua pintu mimpi dan penta'birannya (pengertian mimpi). Dan inilah rahasia-rahasia ajaib, Yaitu: diantara rahasia-rahasia keajaiban hati. Dan tidak layak menyebutkannya dengan Ilmu-Mu'amalah. Dan yang dimaksudkan, ialah: anda membenarkan, bahwa setan itu tersingkap, bagi orang-orang yang mempunyai hati (arbabil-qulub). Begitu pula malaikat, sekali dengan jalan percontohan dan peniruan, sebagaimana ada yang demikian itu dalam tidur. Dan sekali dengan jalan hakekat yang sebenarnya. Dan yang kebanyakan, ialah:. percontohan dengan bentuk yang memberi arti. Yaitu: contoh arti, tidak arti itu sendiri. Ha­nya yang demikian itu, dapat disaksikan dengan penyaksian yang hakiki dengan mata. Dan ahli kasyaf saja yang dapat menyaksikannya, tidak o- rang kelilingnya, seperti orang yang tidur.


1000

Categories: Share

Pembukaan

Klik Di bawah untuk pdf version Ihya Jilid 1 PDF Ihya Jilid 2 Pdf IHYA ULUMUDDIN AL GHAZALI Arabic Versio...