Kitab Rahsia Solat
KITAB RAHASIA SHALAT DAN
SEGALA KEPENTINGANNYA
(Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang).
Segala pujian bagi Allah yang mengumiakan
akan hambaNya dengan segala nikmat yang halus-halus dan mengurniakan akan hati
mereka dengan segala nur Agama dan tugasnya, yang diturunkan dari 'Arasy
kebesaran ke langit dunia, dari derajat-derajat kerah-matan, salah satu dari
tanda-tanda kasih-sayangNya, yang berbeda dengan raja-raja, serta ke-esa-an
dengan kebesaran dan keagungan, dengan menggerabirakan makhlukNya untuk
bermohon dan ber-do;a. Maka berfirman Ia : "Adakah yang berdo'a, maka Aku terima do'anya itu. Adakah yang meminta
ampun, maka aku ampunkan dosanya Berbeda dengan sultan-sultan, dengan
membuka pintu dan membuang hijab, makadimudahkanNya bagi segala hambaNya untuk bermunajah dengan shalat-shalat,
betapapun bertukarnya keadaan di dalam jama'ah orang ramai dan ditempat-tempat
yang sunyi. Tidak dengan memberikan kelapangan saja, tetapi ia dengan
lemah-lembut mengajak dan memanggil, sedang selain Dia -dari raja-raja yang
lemah itu- tidak memperkenankan berbicara secara sembunyi melainkan setelah
menyerahkan hadiah dan suap Maka maha-sucilah Ia, maha-besarlah kedudukanNya,
maha-kuatlah kekuasaanNya, maha-sempumalah kasih-sayangNya dan maha-lengkaplah
kebaikanNya.
Rahmat kepada Muhammad Nabi Nya dan
waliNya yang pilihan dan kepada keluarganya dan shahabatnya kunci petunjuk dan
lampu kegelapan serta selamat yang sempuma.
Adapun kemudian, maka sesungguhnya shalat itu tiang Agama dan tonggak
keyakinan,- pokok segala jalan mendekatkan diri kepada Tuhan dan sinar
cemerlang untuk kebaktian kepadaNya.
Sesungguhnya, telah kami selidiki dalam
ilmu fiqih secara meluas, sedang dan ringkas dari madzhab akan segala pokok dan
cabangnya, kami kesampingkan kesungguhan dari ranting-rantingnya yang jarang
terjadi dan kejadian-kejadiannya yang hampir tak pernah kejadian, supaya adalah
semuanya ini menjadi simpanan bagi mufti (orang
yang mengeluarkan fatwa-fatwa). Daripadanya ia mengambil paham dan berpegang
dan kepadanya ia mengadu dan kembali.
Kami sekarang di dalam Kitab ini,
meringkaskan kepada yang tak boleh tidak
saja, bagi seorang pelajar fiqih, mengenai segala amal perbuatan dhahiriyah dan
segala rahasianya yang bathiniyah. Kami menyingkapkan segala artinya yang
halus-halus tersembunyi, mengenai pengertian khusyu', ikhlas dan niat, hal mana
yang tiada berlaku kebiasaan menyebutkannya di dalam ilmu fiqih, Kami su-sun
Kitab ini kepada tujuh bab :
mengenai fadlilah (keutamaan) shalat.
mengenai pengutamaan amalan dhahir dari shalat. mengenai pengutamaan amalan
bathin dari shalat. mengenai imam shalat dan cara mengikuti imam, mengenai
shalat Jum'at dan adabnya. mengenai masalah yang bermacam-macam yang menjadi
bahaya yang merata, yang memerlukan murid kepada mengetahuinya. mengenai amalan
sunat dan lainnya.
Bab Pertama
Bab Kedua
Bab Ketiga
Bab Keempat
Bab Kelima
Bab Keenam
Bab Ketujuh
Bab pertama : Mengenai fadiilah shalat, sujud, berjama'ah,
adzan dan lainnya.
FADLILAH ADZAN :
Bersabda Nabi صلى الله عليه
وسلم . : "Tiga orang pada hari qiamat di atas bukit
kecil dan kesturi hitam, tiada menyusahkan mereka oleh hisab amalan dan tiada
menimpa ke atas diri mereka oleh kegelisahan, sehingga selesailah ia dari
segala sesuatu diantara manusia . Orang yang tiga itu ialah : orang yang
membaca Al-Qur'an karena mengharap akan
Wajah Allah 'Azza wa Jalla dan menjadi imam pada sesuatu kaum, di mana kaum itu
senang kepadanya; orang yang beradzan (melakukan bang) pada masjid dan berdo a kepada Allah 'Azza wa Jalla karena mengharap
akan WajahNya dan orang yang berpenghidupan sempit di dunia maka yang demikian itu tiada
mengganggukannya daripada berbuat amalan akhirat". (1).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم :
"Tiadalah
yang mendengar seruan adzan dari orang yang beradzan itu, baik yang mendengar
itu jin atau manusia ataupun sesuatu yang lain, melainkan naik saksi ia untuk
orang yang beradzan itu pada hari qiamat". (2).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم: "
Tangan Tuhan
Yang Maha Pengasih itu di atas kepala muadzin (orang yang beradzan)r sehingga
selesailah ia daripada adzannya". (3)
Ada yang mengatakan mengenai penafsiran
firman Allah 'Azza wa Jalla :
(Wa man ahsanu qaulan mim man da'aa
ilallaahi wa 'amila shaali-haa).
Artinya : "Siapa yang lebih baik perkataannya dari orang yang memanggil
kepada Tuhan dan mengerjakan perbuatan baik". (S. Ha Mim @ Al fushilat33), bahwa ayat ini turun mengenai
orang-orang muadzin.
1.Dirawikan At-Tirmidzi daru Ibnu Umar
dan dipandangnya hadits hasan (baik).
2.Dirawikan Al-Bukhari dari Abdullah
bin Yusuf.
3.Dirawikan Ath-Thabrani dan Al-Hasan
bin Sa'id dari Anas, dengan isnad dla'if.
|
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم :
إذا سمعتم النداء فقولوا مثل ما
يقول المؤذن
(Idzaa sami -tumun nidaa-a faquuluu
mitsla maa yaquulul mu-adzdzin).
Artinya : "Apabila kamu mendengar seruan adzan, maka ucapkanlah apa yang diucapkan
oleh muadzin itu ".
Mengucapkan yang demikian itu adalah
sunat, kecuali mengenai "Hayya
'alash-shalaah " dan "Hayya
'alal-falaak " maka diucapkan pada yang dua mi ialah : "Laa haula wa laa quwwata illaa billaah
". Dan pada ucapan muadzin : "Qadqaamatish
shalaah", maka pendengar mengucapkan : أقامها
الله وأدامها ما دامت السموات والأرض Aqaamahallaahu
wa adaamahaa maa daama-tis samaawaatu wal ardl". (Ditegakkan Allah kiranya
shalat itu dan dikekalkanNya selama kekal langit dan bumi),
Dan pada tatswib, yaitu : ucapan muadzin pada shalat shubuh : "Ashshalaatu khairum minan nauum".
(Shalat itu lebih baik dari pada tidur), maka pendengarnya mengucapkan : "صدقت وبررت ونصحت وعند الفراغ Shadaqta wa
bararta wa nashahta"
(Benar engkau, telah berbuat kebajikan engkau dan telah memberi nasehat
engkau).
Ketika selesai dari adzan, maka dibacakan
do'a, yaitu :
اللهم رب هذه الدعوة التامة والصلاة القائمة آت محمدا الوسيلة والفضيلة
والدرجة الرفيعة وابعثه المقام المحمود الذي وعدته إنك لا تخلف الميعاد
(Allaahumma rabba haadzihid da'-watit
taammati wash- shalaatil qaa-imati, aati Muhammadanil wasiilata wal fadliilata
wad darajatar rafn-'ata wab-'atshul maqaamal mahmuudal ladzii wa 'adtahu,
innaka laa tukhliful mii-'aad).
Artinya : "Ya Allah, ya Tuhanku, yang memiliki do'a ini yang sempurna, dan
shalat yang berdiri tegak! Berikanlah kepada Muhammad jalan„ kelebihan dan
derajat tinggi! Dan bangkitkanlah dia pada tempat terpuji yang telah Engkau
janjikan! Sesungguhnya Engkau tiada menyalahi janji".
Berkata Sa'id bin Al-Musayyab :
"Barangsiapa mengerjakan shalat pada tanah Sahara yang luas, niscaya
bershalat di kanannya seorang malaikat dan dikirinya seorang malaikat. Maka
jika ia beradzan dan berqamat (iqamah), niscaya bershalat di belakangnya
malaikat-ma-laikat berbaris seperti bukit".
FADLILAH
SHALAT FARDLU.
Berfirman Allah Ta'ala :
(Innash shalaata kaanat 'alal mu'miniina
kitaaban mauquutaa).
Artinya : "Sesungguhnya shalat itu suatu kewajiban yang ditentukan waktunya untuk
orang-orang yang beriman". (S. An-Nisaa', ayat 103).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Lima shalat diwajibkan
oleh Allah kepada segala hamba. Maka barangsiapa mengerjakan semuanya dan tidak
menyianyiakan suatupun daripadanya, sebagai meringan-ringankan haknya, niscaya
adalah untuknya pada Allah suatu janji bahwa ia akan masuk sorga. Dan
barangsiapa tidak mengerjakan semuanya, maka tiadalah baginya pada Allah suatu
janji. Jika dikehendaki oleh Allah niscaya di'azabkannya dan jika
dikehendakiNya niscaya dimasukkannya ke dalam sorga". (1)
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسل: "Perumpamaan shalat yang lima itu adalah seumpama sebuah sungai yang
tawar airnya yang meluap-luap, di pintu seseorang daripada kamu. la mandi
padanya tiap-tiap hari lima kali. Apakah pendapatmu tentang orang itu, apakah
masih ada dakinya?".
Menjawab para shahabat : "Tak ada
sedikitpun!".
Maka menyambung Nabi صلى الله عليه وسل :
"Sesungguhnya shalat yang lima itu, menghilangkan dosa
seperti air menghilangkan daki". (2)
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Sesungguhnya shalat-shalat itu
menghapus-kan dosa yang terjadi diantaranya, selama bukan dosa besar". (3)
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Diantara kita dan orang-orang
munafiq itu terdapat saksi-saksi gelap dan terang, yang tiada sanggup mereka
mempengaruhi kedua saksi itu ". (4)
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Barangsiapa menjumpai
Allah, sedang dia menyia-nyiakan shalat, maka tidak diperdulikan oleh Allah
sesuatu daripada kebajikan-kebajikannya ". (5)
1)Dirawikan Malik,
Ahmad dan lain-lain dari Ubbadah bin Ash-Shamit,
2)Dirawikan Muslim
dari Jabir.
3)Dirawikan Muslim
daru Abi Hurairah.
4)Dirawikan Malik dari
Sa'id bin Al-Musayyab, hadits mursal.
5)Dirawikan
Ath-Thabrani dart Anas.
|
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : Shalat itu tiang
Agama. Barangsiapa meninggalkan shalat maka ia telah meruntuhkan Agama'(1)
Ditanyakan Rasulullah صلى الله عليه وسلم : "Amalan apakah yang
lebih utama (afdlal)?".
Menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم : "Shalat pada awal waktunya".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Barangsiapa
memelihara shalat yang lima itu dengan menyempurnakan bersuci dan waktunya,
niscaya jadilah shalat itu nur baginya dan pembuktian pada hari qiamat. Dan
barangsiapa menyianyiakannya, niscaya dibangkitkan ia beserta Fir'aun dan
Haman".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Kunci sorga
itu shalat".
Dan bersabda Nabi صلى
الله عليه وسلم . : "Tiada diwajibkan oleh Allah kepada
makhlukNya sesudah tauhid yang lebih menyukakan kepadaNya selain daripada
shalat. Jikalau adalah sesuatu yang lain, yang lebih menyukakan kepadaNya dari
shalat, niscaya telah beribadah dengan dia para malaikatNya. Para malaikat itu,
sebahagiannya ruku' sebahagian sujud, sebahagian berdiri dan duduk".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Barangsiapa
meninggalkan shalat dengan sengaja, maka kufurlah dia", Artinya :
hampir tercabut daripada Iman dengan terbuka talinya dan jatuh tiangnya.
Sebagaimana dikatakan bagi orang yang telah mendekati suatu kampung, bahwa ia
telah sampai ke kampung itu dan telah memasukinya.
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم
(2) : "Barangsiapa
meninggalkan shalat dengan sengaja maka terlepaslah ia dari tanggungan Muhammad
صلى
الله عليه وسلم.
Berkata Abu Hurairah ra. :
"Barangsiapa berwudlu, maka membaguskan wudlunya, kemudian ia keluar
dengan sengaja untuk shalat, maka sesungguhnya dia di dalam shalat yang sengaja
ia kepada shalat itu. Dan dituliskan baginya dengan salah satu dari dua
langkahnya kebajikan dan dihapuskan daripadanya dengan langkah yang satu lagi,
kejahatan. Apabila mendengar seorang kamu akan qamat, maka tidak wajar lah
baginya mengemudiankan. Karena yang terbesar pahala bagi kamu ialah yang
terjauh rumah daripada kamu".
Bertanya mereka : "Mengapa begitu
wahai Abu Hurairah?".
Menjawab Abu Hurairah : "Dari karena
banyaknya langkah.
1)Dirawikan Al-Baihaqi dari Umar.
dengan sanad dla'if.
2)Dirawikan Ahmad dan Al-Baihaqi dari
Ummu Aiman.
|
Diriwayatkan : "Bahwa yang mula
pertama diperhatikan dari amalan hamba pada hari qiamat ialah shalat. Kalau
terdapat shalat itu sempuma, niscaya diterima shalat itu daripadanya dan
amalannya yang lain. Dan kalau terdapat kurang, niscaya ditolak shalat itu
daripadanya dan amalannya yang Iain".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Hai Abu Hurairah! Suruhlah keluargamu dengan shalat!
Sesungguhnya Allah mendatangkan rezeqi bagimu dari tempat yang tidak kamu
sangka ".Berkata
setengah ulama "Orang yang mengerjakan shalat itu adalah seumpama saudagar
yang tidak memperoleh keuntungan sebelum kembali pokoknya. Demikian juga orang
yang mengerjakan shalat,tidak diterima yang sunat sebelum ditunaikannya yang
fardlu’
Abu Bakar ra. berkata : "Apabila
telah datang waktu shalat, maka pergilah ke apimu yang telah kamu nyalakan,
lalu padamkanlah api itu!".
FADLILAH MENYEMPURNAKAN RUKUN.
Bersabda Nabi صلى الله عليه
وسلم صلى الله عليه وسلم . : "Shalat
fardiu itu adalah seumpama neraca. Siapa yang mencukupkan, niscaya memperoleh
cukup". (1)
Berkata Yazid Ar-Riqasyi: "Adalah
shalat Rasulullah صلى الله عليه وسلم . itu sama seolah-olah sudah
ditimbang",
Bersabda Nabi صلى
الله عليه وسلم صلى الله عليه وسلم . : "Sesungguhnya
dua orang dari ummatku, keduanya berdiri kepada shalat, di mana ruku' dan sujud
keduanya itu satu. Dan diantara shalat keduanya itu adalah diantara langit dan
bumi", diisyaratkan Nabi صلى الله عليه وسلم dengan sabdanya itu untuk "khusyu'".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم: "Allah tiada memandang pada hari qiamat kepada hamba yang tiada
menegakkan tulang sulbinya diantara ruku' dan sujudnya ". (2)
Bersabda Nabi صلى
الله عليه وسلم . : "Tidakkah takut orang yang memutarkan mukanya di dalam shalat,
akan diputarkan oleh Allah mukanya menjadi muka keledai?". (3)
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Barangsiapa
mengerjakan shalat pada waktunya dan melengkapkan wudlunya, menyempurnakan ruku
'nya, sujudnya dan khusu nya, niscaya shalat itu naik dengan warna yang
putih bersih, seraya mengatakan : "Kiranya Allah menjaga engkau
sebagaimana engkau telah menjaga aku!". Barangsiapa mengerjakan shalat
pada bukan waktunya dan tidak melengkapkan wudlunya, tidak menyempurnakan
ruku'nya, sujudnya dan khusu 'nya, niscaya shalat itu naik dengan warna yang
hitam gelap, seraya mengatakan: "Disia-siakan oleh Allah kiranya engkau,
sebagaimana engkau telah menyia-nyiakan aku". Sehinggakalau dikehendaki
oleh Allah apabila shalat itu, dilipatkan sebagaimana dilipatkan kain buruk,
maka dipukulkanlah dengan shalat itu mukanya".
1.Dirawikan dari ibnul Mubarak dari ibnu
hasan , Hadis Mursal
2.Dirawikan Ahmad dari Abu Hurairah,
Isnad sahih.
3.Dirawikan Ibnu Uda dari jabir
|
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Sejahat-jahat
manusia mencuri ialah orang yang mencuri dari shalatnya". (1)
Berkata Ibnu Mas'ud dan Salman ra. : "Shalat itu
alat penyukat. Maka barangsiapa menyempurnakan, niscaya ia menerima sempurna
dan barangsiapa menipu di dalam sukatan, maka tahulah ia apa yang difirmankan
Allah, mengenai orang-orang yang menipu pada sukatan".
FADLILAH SHALAT JAMA'AH.
Bersabda Nabi صلى الله عليه
وسلم . :
صلاة الجماعة تفضل صلاة الفذ بسبع وعشرين درجة
(Shalaatul jamaa-'ati tafdlulu shalaatal
fadzdzi bisab-'in wa 'isyriina darajatan).
Artinya : "Shalat jama'ah itu melebihi dari shalat sendirian dengan dua
puluh tujuh derajat". (2)
Diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Nabi صلى
الله عليه وسلم . tidak melihat orang
pada sebahagian shalat, lalu bersabda : "Sesungguhnya aku bercita-cita menyuruh seseorang menjadi imam yang mengimami shalat orang
banyak. Kemudian aku sendiri mencari orang-orang yang meninggalkan shalat ber
jama'ah itu lalu aku bakar rumah-rumah-nya". (3)
Pada riwayat yang lain : "Kemudian
aku mencari orang-orang yang meninggalkan shalat jama'ah itu, maka aku suruh
mereka. Lalu kalau meninggalkan juga, maka rumah mereka dibakar dengan unggunan
kayu api. Jikalau tahulah seseorang dari mereka bahwa akan memperoleh tulang
yang berminyak atau dua kuku hewan, niscaya dihadlirinya", yakni :
"shalat 'Isya'"
1.Dirawikan Ahmad dan AlHakim.,Sahih
Isnadnya
2.Dirawikan Bukhari Dan Muslim Dari
Ibnu Umar.
3.Dirawikan Bukhari dan muslim Dari Abu
Hurairah.
|
Berkata Usman ra., di mana perkataannya
itu adalah suatu hadits marfu' :
"Barangsiapa menghadliri shalat jama'ah 'Isya', maka seakan-akan ia bangun
setengah malam dengan ibadah. Dan barangsiapa menghadliri shalat jama'ah
Shubuh, maka seakan-akan ia bangun semalam-malaman dengan ibadah".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم: "Barangsiapa
mengerjakan suatu shalat dengan berjama'ah, maka ia telah memenuhkan dadanya
dengan ibadah
Berkata Sa'id bin Al-Musayyab :
"Tiadalah seorang muadzin mela-kukan adzan semenjak dua puluh tahun yang
lampau, melainkan saya ada di dalam masjid.".
Berkata Muhammad bin Wasi' : "Tiada
aku rindukan dari dunia, selain dari tiga : teman,
jikalau aku bengkok, maka diluruskannya; makanan
dari rezeki yang aku peroleh dengan mudah tanpa menu-ruti kata orang dan shalat berjama'ah yang tak aku
melupakannya dan dituliskan bagiku keutamaannya".
Diriwayatkan bahwa Abu 'Ubaidah bin
Al-Jarrah pada suatu kali menjadi imam shalat dari suatu kaum.Tatkala mau
pergi, maka ia berkata : "Terus-nienerus setan tadi padaku, sampai setan
itu me-nampakkan kepadaku bahwa aku mempunyai kelebihan dari orang lain. Dari
itu, aku tidak mau menjadi imam shalat selama-lamanya".
Berkata Al-Hasan : "Janganlah engkau
bershalat di belakang orang yang tiada bergaul dengan ulama".
Berkata An-Nakha'i ; "Orang yang
menjadi imam shalat dari orang banyak tanpa ilmu, adalah seumpama orang yang
menyukat air di dalam laut, tidak mengetahui tambahannya daripada
kekurangannya".
Berkata Hatim Al-Asham : "Tertinggal
aku suatu shalat dari berjama'ah, maka diratapi aku oleh Abu Ishak Al-Bukhari
sendirian. Dan jikalau meninggallah anakku, maka diratapi aku oleh lebih dari
sepuluh ribu orang, karena bahaya yang menimpakan Agama dipandang manusia lebih
mudah daripada bahaya yang menimpakan dunia".
Berkata Ibnu Abbas ra. : "Siapa yang mendengar
suatu penyeru (suara muadzin) dan tidak menjawabnya, maka adalah dia tidak
menghendaki kebajikan dan kebajikanpun tiada berkehendak kepadanya".
Berkata Abu Hurairah ra. : "Adalah lebih baik bagi
anak Adam, telinganya penuh dengan timah hancur, daripada mendengar adzan yang
tidak dijawabnya".
Diriwayatkan bahwa Maimun bin Mahran
datang ke masjid, lalu orang mengatakan kepadanya bahwa orang ramai sudah
pulang (karena shalat jama'ah sudah selesai), maka Maimun menjawab: "Innaa lillaahi wa innaa illaihi raaji'uun!
Sesungguhnya keutamaan shalat ini (shalat jama'ah), adalah lebih baik bagiku
daripada menjadi wali negeri Irak".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم :
من صلى
أربعين يوما الصلوات في جماعة لا تفوته فيها تكبيرة الإحرام كتب الله له براءتين
براءة من النفاق وبراءة من النار
(Man shallaa arba'iina
yaumanish-shalawaati fii jamaa'atin laa ta-fuutuhu fiihaa takbiiratul-ihraami
kataballaahu baraa-ataini baraa-atan min an nifaaqi wa baraa-atan minan naar).
Artinya : "Barangsiapa mengerjakan shalat empat puluh hari dalam jama'ah, yang
tidak tertinggal padanya suatu takbiratul-ihram, maka di tulis kan oleh Allah
baginya dua kelepasan : kelepasan dari nifaq dan kelepasan daripada neraka
". (1)
Ada yang mengatakan bahwa pada hari
qiamat dibangkitkan dari kubur suatu kaum, wajahnya berseri-seri seperti
bintang yang berkilau-kilauan. Maka bertanya malaikat kepada mereka :
"Apakah amal perbuatan kamu dahulu?".
Menjawab mereka : "Adalah kami
apabila mendengar adzan, lalu bangun bersuci dan tidak diganggu kami oleh yang
lain".
Kemudian dibangkitkan dari kubur suatu
golongan, wajahnya seperti bulan, maka menjawab golongan ini sesudah ditanya :
"Adalah kami berwudlu sebelum masuk waktu".
Kemudian dibangkitkan suatu golongan,
wajahnya seperti matahari, maka golongan ini menjawab : "Adalah kami
mendengar adzan di masjid".
(1) Dirawikan At-Turmudzi diri Anas, dengan
isnad orang-orang perawinya kepercayaan.
|
Diriwayatkan bahwa ulama-ulama
terdahulu (salaf) adalah meratapi dirinya tiga
hari, apabila tertinggal takbir pertama pada shalat jama'ah, Dan meratapi
dirinya tujuh hari, apabila
tertinggal shalat jama'ah.
FADLILAH SUJUD.
Bersabda Rasulullah صلى الله عليه وسل: "Tiadalah
seorang hamba mendekatkan dirinya kepada Allah dengan sesuatu, yang lebih utama
daripada sujud yang tersembunyi (tidak di muka umum) "(1)
Bersabda Rasulullah صلى
الله عليه وسلم . : "Tiadalah seorang muslim bersujud kepada
Allah dengan satu sujud, melainkan ia diangkatkan oleh Allah satu tingkat dan
dihapuskan daripadanya satu kejahatan dengan sebab sujud itu". (2)
Diriwayatkan : "Bahwa seorang
laki-laki meminta kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم: "Berdo'alah pada Allah kiranya
dijadikanNya aku diantara orang yang memperoleh syafa'atmu dan diberikanNya aku
rezeki mengawani engkau dalam sorga".
Maka menjawab Nabi صلى
الله عليه وسلم . : "Tolonglah
aku dengan berbanyak Sujud". (3)
Ada yang mengatakan : "Yang paling
dekat seorang hamba kepada Allah, ialah bahwa ada ia seorang yang sujud",
itulah maksud firman Allah Ta'ala : "Wasjud waqtarib". (Dan sujudlnh dan. dekat-kanlah din kepada الله ). (S. Al-Alaq, ayat 19).
Dan berfirman Allah Ta'ala : "Di muka mereka ada tanda-tanda bekas
sujud". (S. Al-Fath, ayat 29). Ada yang mengatakan, yaitu apa yang
tersentuh dengan mukanya dari bumi ketika sujud. Ada yang mengatakan, yaitu nur khusyu, yang menembus cemerlang dari
bathinnya kepada dhahir. Inilah yang lebih benar. Dan ada yang mengatakan,
yaitu cahaya gemilang yang ada pada mukanya di hari qiamat dari bekas wudlu.
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Apabila anak
Adam membaca ayat sajadah (ayat yang
disunatkan sujud sesudah membacanya), lalu ia sujud, maka pergilah setan sambil
menangis dan berkata : "Alangkah celakanya aku! Orang ini disuruh sujud,
lalu ia sujud maka baginya sorga. Aku disuruh sujud, lalu aku durhaka, maka
bagiku neraka".
1) Dirawikan tbnul-Mubarak dari Shamrah
bin Habib, hadits mursal
2)Dirawikan Muslim dari Tsauban dan
Abid-Darda'.
3)Dirawikan Muslim dari Rabi'ah bin
Ka'ab Al-Aslami.
|
Diriwayatkan dari Ali bin Abdullah bin
Abbas, bahwa ia bersujud tiap-tiap hari seribu sujud. Dan orang banyak
menggelarkan Ali ini dengan gelar "As-Sajjad", artinya : orang banyak sujud.
Diriwayatkan bahwa Umar bin Abdul-'Aziz
ra. tiada melakukan sujud selain atas tanah. Dan Yusuf bin Asbath berkata :
"Hai para pemuda! Bersegeralah mempergunakan ketika sehat sebelum sakit!
Maka tiadalah tinggal seseorang yang aku gemari, selain orang yang
menyempurnakan ruku'nya dan sujudnya dan telah terdindinglah diantara aku dan
ruku' sujud itu (karena telah lanjut umurnya)"
Berkata Sa'id bin Jubair : "Tiada
aku meminta tolong pada sesuatu di dunia ini, selain kepada sujud".
Berkata Uqbab bin Muslim : "Tiada
suatu perkarapun pada hamba yang lebih disukai oleh Allah selain daripada orang
yang menyukai berjumpa dengan Dia. Dan tiadalah dari sa'at kehidupan hamba yang
lebih dekat kepadaNya, selain dari sa'at di mana ia tersungkur bersujud
kepadaNya".
Berkata Abu Hurairah ra. : "Yang
lebih mendekati seorang hamba kepada Allah 'Azza wa Jalla, ialah apabila ia
sujud, lalu membanyakkan do'a ketika itu".
FADLILAH KHUSYU' Berfirman
Allah Ta'ala :
Berfirman Allah 'Azza wa Jalla :
وَأَقِمِ الصَّلاةَ لِذِكْرِي
(Wa-aqi mish shalaata lidzikrii).
Artinya : "Kerjakanlah shalat untuk mengingati Aku!". (S. Tha Ha, ayat 14).
Berfirman الله Ta'ala :
(Wa laa takun minal ghaafiliin).
Artinya : "janganlah engkau termasuk orang-orang yang alpa". (S.
Al-A'raaf, ayat 205).
(Wa laa taqrabush shalaata wa antum
sukaaraa hattaa ta'lamuu maa taquuluun).
Artinya : "Janganlah kamu hampiri shalat ketika kamu sedang mabuk, sampai kamu
mengetahui apa yang kamu katakan".(S. An-Nisaa', ayat 43).
Ada yang mengatakan : mabuk dari banyak angan-angan. Dan ada
yang mengatakan : mabuk dari cinta
kepada dunia. Berkata Wahb : "Yang dimaksudkan dengan mabuk itu secara
dhahirnya saja. Yaitu memperingati kepada mabuk dunia, karena diterangkan oleh
Allah sebabnya, dengan firmanNya : "Sampai
kamu mengetahui apa yang kamu katakan
Berapa banyak orang yang bershalat yang
tidak minum khamar, padahal dia tiada mengetahui apa yang dibacanya dalam
shalat.
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Barangsiapa mengerjakan shalat dua raka'at, di mana ia tidak berbicara dengan dirinya dalam
dua raka'at itu mengenai sesuatu urusan duniawi, niscaya diampunkan baginya apa
yang telah lalu daripada dosanya". (1)
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Sesungguhnya shalat itu menetapkan hati, menundukkan diri, merendahkan
hati, merapati bathin, menyesali diri. Dan engkau meletakkan dua tangan engkau
seraya membaca : "Ya Allah ya TuhankuI Ya Allah, ya Tuhanku!".
Barangsiapa tiada berbuat demikian, maka shalat itu penuh
kekurangan-kekurangan".(2)
Diriwayatkan bahwa Allah Ta'ala berfirman
dalam kitab-kitab yang dahulu ; "Tidaklah
tiap-tiap orang yang mengerjakan shalat itu, Aku terima shalatnya. Hanya Aku
terima shalat orang yang merendahkan diri karena kebesaranKu, tiada menyombong
dengan hamba-hambaKu dan memberi makanan kepada orang miskin yang lapar karena
Aku
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Sesungguhnya diwajibkan shalat, disuruh
mengerjakan hajji dan thawaf dan disuruh syi'arkan segala ibadah hajji itu,
adalah karena menegakkan dzikir (mengingati) Allah Ta'ala". (3)
Apabila tidak ada dalam hatimu untuk yang
tersebut tadi, yang mana itulah yang dimaksud dan yang dicari, karena kebesaran
dan tidak kehebatan, maka apakah harganya dzikirmu itu?".
1)Dirawikan Ibnu Abi Syatbah dari Shillah bin
Usyaim hadits mursal.
2)Dirawikan At-Tirmidzi dan lain-lain
dari Ai-Fadl bin Abbas, dengan isnad yang tidak diyakini.
3)Dirawikan At-Tirmidzi dari A'isyah,
hadits hasan (baik) dan shahih.
|
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم kepada orang yang diberinya
wasiat: "Apabila engkau mengerjakan
shalat, maka bershalatlah sebagai shalat orang yang mengucapkan selamat
tinggal". Artinya : mengucapkan selamat tinggal kepada dirinya, kepada
hawa-nafsunya dan kepada umurnya, berjalan kepada Tuhannya, sebagaimana
berfirman Allah 'Azza wa Jalla :
(Yaa-ayyuhal insaanu innaka kaadihun ilaa
rabbika kad-han famu-laaqiih).
Artinya : "Hai manusia!
Sesungguhnya engkau mesti bekerja keras dengan sesungguhnya (menuju) kepada
Tuhan, kemudian itu kamu akan menemuiNya". (S. Al-Insyiqaq, ayat 6).
Berfirman Allah Ta'ala : "Bertaqwalah kepada
Allah! Allah mengajar kamu (S.Al-Baqarah282).
Berfirman Allah Ta'ala : "Dan bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah
bahwa kamu akan menemui Dia". (S. Al-Baqarah, ayat 223).
من لم تنهه صلاته عن الفحشاء
والمنكر لم يزدد من الله إلا بعدا حديث من لم تنهه
(Man lam tanhahu shalaatuhu "anil
faljsyaa-i wal munkari lam yaz-dad minallaahi illaa bu'-daa).
Artinya : "Barangsiapa tidak dicegah oleh shalatnya daripada perbuatan keji
dan munkar, maka dia tidak bertambah dekat kepada Allah melainkan bertambah
jauh". (1)
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسل :
Shalat itu adalah munajah
dengan Allah. Maka bagaimanakah ada munajah itu serta kelalaian?
Berkata Bakr bin Abdullah :
"Hai anak Adam! Apabila engkau bermaksud masuk kepada Tuhanmu tanpa izin
dan berbicara dengan Dia tanpa juru bahasa, maka masuklah!".
Lalu orang bertanya : "Bagaimanakah
yang demikian itu?".
Maka menjawab Bakr bin Abdullah :
"Engkau lengkapkan wudlumu dan engkau masuk ke mihrabmu. Apabila engkau
telah masuk kepada Tuhanmu dengan tanpa izin itu, maka berbicaralah dengan Dia
tanpa ada juru bahasa!".
(1) Dirawikan Ali bin Ma'bad dari Al-Hasan,
hadits mursal, dengan isnad shahih.
|
Dari 'Aisyah ra. yang mengatakan :
"Adalah Rasulullah صلى الله عليه وسلم bercakap-cakap dengan kami dan kami pun bercakap-cakap
dengan beliau. Maka apabila datang waktu shalat, lalu seolah-olah beliau tidak
mengenal kami dan kamipun tidak mengenal
beliau", karena seluruh jiwa raga tertuju kepada kebesaran Allah. (1)
Bersabda Nabi صلى
الله عليه وسلم .
: "Allah tidak memandang kepada shalat, di mana
orang itu di dalam shalatnya tidak menghadhrkan hatinya serta badannya'\
Adalah Nabi Ibrahim as. apabila berdiri
kepada shalat, lalu terdengar detak jantungnya pada jarak dua mil, Dan adalah
Sa'id At-Tunukhi apabila mengerjakan shalat, maka tiada putus-putusnya air mata
dari dua pipinya ke atas janggutnya.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم melihat seorang laki-laki bermain-main dengan janggutnya
dalam shalat, maka beliau bersabda : "Jikalau
khusyu lah hati orang ini, niscaya khusyu'lah anggota-anggota badannya ". (2)
Diriwayatkan bahwa Al-Hasan memandang
kepada seorang laki-laki yang bermain-main dengan batu dan berdo'a : "Ya
Allah, ya Tuhanku! Kawinkanlah aku dengan bidadari!".
Maka berkata Al-Hasan : "Buruk benarlah pelamar
yang semacam ini! Engkau melamarkan bidadari, sedang engkau bermain-main dengan
batu".
Ditanyakan kepada Khalf bin Ayyub : "Tidakkah diganggu
engkau oleh lalat dalam shalat engkau, sehingga perlu engkau usir lalat
itu?"
Menjawab Khalf bin Ayyub : "Tidak aku biasakan bagi
diriku sesuatu yang merusakkan shalatku".Maka ditanyakan lagi :
"Bagaimanakah engkau bisa tahan yang demikian itu?".
Menjawab Khalf bin Ayyub : "Orang menceriterakan
kepadaku bahwa penjahat-penjahat tahan dari pukulan cemeti-cemeti sultan,
supaya dikatakan : "Bahwa si Anu itu tahan menderita". Lalu mereka
itu merasa bangga dengan demikian. Adapun aku berdiri dihadapan Tuhanku, maka
patutkah aku bergerak karena seekor lalat?".
Diriwayatkan dari Muslim bin Yassar, bahwa apabila ia bermaksud
mengerjakan shalat, maka ia berkata kepada keluarganya :
"Bercakap-cakaplah kamu sesama kamu, sedang aku tidak mendengar
percakapanmu itu!".
Diriwayatkan dari Muslim bin Yassar tadi,
bahwa pada suatu hari ia mengerjakan shalat di masjid jami' Basrah. Maka
robohlah suatu sudut dari masjid itu. Lalu berkumpullah manusia ke sana. Sedang
Muslim tadi tiada mengetahuinya sama sekali, sehingga selesailah ia daripada
shalatnya itu.
1.Diriwayatkan Dari Al Azdi dari Suwaid
Bin Ghaflah Hadis Mursal
2.Dirawikan Dari AtTirmidzi dari Abu
Hurairah. Dengan sanad dlai'if
|
Adalah Ali bin Abi Thalib ra. apabila
datang waktu shalat, maka gementarlah badannya dan berobahlah warna mukanya.
Lalu ia ditanyakan orang : "Apakah yang menimpakan kepada engkau wahai
Amirul mu'minin?".
Ali menjawab : "Telah datang waktu
amanah yang didatangkan oleh Allah kepada langit, bumi dan bukit, maka semuanya
ini enggan menerimanya dan merasa berat daripadanya. Dan aku
meneri-manya".
Diriwayatkan dari Ali bin Al-Husain,
bahwa apabila ia mengambil wudlu maka pucatlah warna mukanya. Lalu bertanyalah
keluarga-nya : „Apakah yang menimpakan kamu ketika berwudlu?".
Maka menjawab Ali bin Al-Husain :
"Tahukah kamu dihadapan Siapa aku mau berdiri?".
Diriwayatkan daripada Ibnu Abbas ra.
bahwa ia berkata : "Berdo'a-lah Nabi Dawud as. dalam munajahnya :
"Wahai Tuhanku! Siapakah yang mendiami rumah Engkau dan dari siapakah yang
Engkau terima shalatnya?".
Maka diturunkan Allah wahyu kepada Dawud
as. : "Wahai Dawud.' Sesungguhnya yang mendiami rumah Ku dan yang Aku
terima shalat daripadanya, ialah orang yang merendahkan diri karena
keagunganKu, menghabiskan siangnya dengan mengingati Aku, mencegah dirinya dari
hawa nafsu karena Aku, diberinya makanan kepada orang yang lapar, diberinya
tempat kepada orang yang merantau dan dikasihaninya orang yang mendapat
mushibah. Itulah orang yang bercahaya nurnya pada segala langit Iaksana
matahari. Kalau ia berdo'a kepadaKu niscaya Aku terima dan kalau ia meminta
kepadaKu niscaya Aku berikan. Aku jadikan baginya di dalam kebodohannya, akan
kasih sayang, di dalam kelalaiannya akan peringatan dan di dalam kegelapannya
akan nur yang terang ben-derang. Dia dalam kalangan manusia, adalah Iaksana
sorga firdaus pada lapisan sorga yang paling tinggi, tiada kering sungainya dan
tiada berobah buah-buahannya'
Diriwayatkan dari Hatim Al-Ashamm ra.
bahwa ditanyakan orang mengenai shalatnya, maka ia menjawab : "Apabila
datang waktu shalat, maka aku lengkapkan wudlu dan aku datangi tempat, di mana
di situ aku bermaksud mengerjakan shalat. Maka aku duduk pada tempat itu,
sehingga berkumpullah segala anggota badan ku. Kemudian aku berdiri kepada
shalatku, aku jadikan Ka'bah diantara dua keningku, titian Ash-Shiraathal
Mustaqim di bawah tapak-ku, sorga di kananku, neraka di kiriku, malikul-maut di
belakangku, aku menyangka shalat ini penghabisan shalatku, kemudian aku berdiri
diantara harap dan cemas. Aku bertakbir dengan penuh keyakinan, aku membaca
bacaan dengan bacaan yang baik, aku ruku' dengan merendahkan diri, aku sujud
dengan khusu' hati, aku duduk atas punggung kiri dan aku bentangkan belakang
tapak kiri, aku tegakkan tapak-kanan atas ibu jari kaki dan aku ikutkan
keikhlasan hati. Kemudian aku tiada mengetahui, apakah shalatku itu diterima
atau tidak".
Berkata Ibnu Abbas ra. : "Dua
raka'at shalat dengan sempurna tafakkur, adalah lebih baik daripada mengerjakan
shalat semalam suntuk, sedang hati itu lupa",