Sebab Memudahkan Bangun Malam
BAB KEDUA: Tentang sebab-sebab yang
memudahkan untuk bangun malam, tentang malam-malam yang disunatkan
menghidupkannya, tentang keutamaan menghidupkan malam dengan ibadah, tentang
waktu diantara Maghrib dan 'Isya dan tentang cara membagi malam.
Keutamaan menghidupkan waktu diantara Maghrib dan
'Isya':
Bersabda Nabiصلى الله عليه وسلم menurut
apa yang diriwayatkan oleh 'Aisyah r.a.: ''Yang terutama dari shalat-shalat
pada sisi Allah ialah shalat Maghrib, dimana tidak dikuranginya pada orang
musafir dan pada orang mukim. DibukakanNya dengan shalat Maghrib itu akan shalat
malam dan ditutup-kanNya dengan shalat maghrib itu akan shalat siang. Maka
barangsiapa bershalat Maghrib dan bershalat dua raka'at sesudahnya, niscaya
dibangun oleh Allah baginya, dua istana dalam sorga". (1).
Berkata orang yang mcrawikan hadits ini: "Saya
tidak tahu istana itu, dari pada emas atau perak". "Dan barang siapa
bershalat sesudah Maghrib, empat raka'at, niscaya diampunkan dosanya duapuluh
tahun" - atau dia bersabda: "empatpuluh tahun".
Diriwayatkan oleh Ummi Salmah dan Abu Hurairah r.a.
daripada Nabi صلى الله عليه
وسلم bahwa
Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
"Barang siapa mengerjakan shalat enam raka'at sesudah Maghrib, niscaya
disamakan baginya dengan ibadah setahun penuh atau seolah-olah ia mengerjakan
shalat pada malam Laila-tu'lqadar". (2).
Dari Sa'id bin Jubair dan dia menerima dari Tsauban,
yang mengatakan bahwa Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Barang siapa beri'tikaf diantara
Maghrib dan 'Isya' dalam masjid tempat bershalat jama'ah, dimana ia tidak
berkata-kata, selain dengan shalat atau membaca Al-Qur'an, niscaya ber-haklah
ia pada Allah untuk dibangun baginya dua istana dalam sorga. Dan jauh
perjalanan -dari masing-masing kedua istana itu, seratus tahun. Dan ditanamkan
untuknya diantara kedua istana itu tanaman. Kalau sekiranya dikelilingi oleh
penduduk dunia niscaya termuatlah mereka semua-nya". (3).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم "Barang
siapa mengerjakan shalat sepuluh raka'at diantara Maghrib dan 'Isya' niscaya
didirikan oleh Allah untuknya suatu istana dalam sorga".
Lalu Umar r.a. menyahut: "Jadi, banyaklah
istana kita, wahai Rasulu'llah!"
Menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم : "Bagi Allah adalah lebih banyak dan
lebih utama" — atau Nabi صلى الله عليه
وسلم mengatakan:
"lebih baik". Dan dari Anas bin Malik
1.Dirawikan Abul-walid Yunus bin 'Ubaidillah,
isnad dlaif.
2.Dirawikan At-Tirmidzi dan Ibnu Majah.
3.Menurut Al-lraqi, beliau tidak sekali-kali
menjumpai hadits tersebut.
|
r.a., dimana ia berkata: "Bersabda Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم :
"Barang siapa mengerjakan shalat Maghrib dengan berjama'ah, kemudian
sesudah lalu mengerjakan shalat dua
raka'at dan tiada berkata-kata dengan sesuatu
diantara yang demikian itu, tentang urusan duniawi, dimana dibacanya
pada raka'at pertama surat Al-Fatihah, sepuluh ayat dari permulaan surat
Al-Baqarah. dua ayat dari pertengahannya dan: Wa ilaahukum ilaahun waahidun laa
ilaaha illaa hua'rrahmaanurrahiim. inna fii khalqi'ssamaawaati wal-ardli -
sampai kepada akhir ayat dan Qul hua'llaa-hu ahad lima belas kali,, kemudian ia
ruku' dan sujud. Maka apabila ia telah berdiri pada raka'at kedua, maka
dibacanya surat Al-Fatihah, ayat Al-Kursiyyi dan dua ayat sesudahnya, sampai
kepada firmanNya: "Ulaaika ash-haabu'nnaar, hum fiihaa khaaliduun — dan
tiga ayat dari akhir surat Al-Baqarah, dari firmanNya: "Li'llaahi maa
fi'ssamaawaati wamaa fil-ardli, sampai kepada akhir ayat. Dan Qul hua'llaahu
ahad lima belas kali", dimana Nabi صلى الله عليه وسلم menyifatkan pahalanya pada hadits itu. diluar dari
hinggaan.
Berkata Karaz bin Wabrach - dia itu sebahagian dari
Abdal (Wali Allah yang datang ganti berganti) —: "Aku berkata kepada Nabi
Khidir a.s.: "Ajarilah aku akan sesuatu yang akan aku kerjakan pada
tiap-tiap malam!" Menjawab Nabi Khidir a.s: "Apabila engkau telah
mengerjakan shalat Maghrib, maka bangunlah sampai kepada waktu shalat 'Isya,
mengerjakan shalat tanpa berkata-kata dengan seseorang. Dan hadapilah
shalatmu itu, dimana engkau didalamnya. Berilah salam
pada tiap-tiap dua raka'at. Bacalah pada tiap-tiap raka'at, surat Al-Fatihah
sekali dan Qul hual'laahu ahad, tiga
kali. Apabila engkau telah selesai dari shalat itu, pulanglah kerumahmu. Dan
janganlah bercakap-cakap dengan seseorang! Dan bershalatlah dua raka'at!
Bacalah surat Al-Fatihah dan Qul hua'llaahu ahad — tujuh kali pada tiap-tiap
raka'at. Kemudian sujud-lah sesudah membaca salam kepada Nabi صلى الله عليه وسلم Dan
bacalah istighfar (meminta ampun) pada Allah Ta'ala tujuh kali. Dan bacalah:
Subhaana-llaah wa'lhamdulillaah; wa laa
ilaaha i'l-lallaah, wa'llaahu akbar, wa laa haula wa laa qu'w wata i'llaa
bi'Naahi'l-'aliyyil-'adhiim" tujuh kali! Kemudian angkatkan kepalamu dari
sujud dan duduklah dengan lurus, angkat-kan kedua tanganmu dan bacakan:
يا حي يا قيوم يا ذا
الجلال والإكرام يا إله الأولين والآخرين يا رحمن الدنيا والآخرة ورحيمهما يا رب
يا رب يا رب يا الله يا الله يا الله
(Yaa ha'yyu yaa qa'yyuum! Ya
dzal-jalaali wa'l-ikraam! Yaa ilaaha'l-awwaliin, wa'l-aakhiriin, yaa rahmaana'
ddun-ya, wal-aakhirah, wa rahii-mahumaa! Yaa ra'bbu, yaa ra'bbu, yaa ra'bbu,
yaa Allah, yaa Allah, ya Allaah)Artinya: wahai yang hidup,wahai yang
berdiri sendiri, wahai yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan ,Wahai Tuhan bagi
mereka yang dahulu dan mereka yang
kemudian! Wahai Yang Maha pengasih bagi dunia dan akhirat dan maha penyayang
bagi keduanya.Wahai tuhan,wahai tuhan, wahai tuhan ! Wahai Allah, wahai Allah,
wahai Allah!"
Kemudian bangunlah dimana engkau mengangkatkan kedua
tangan dan berdoalah dengan do'a tadi. Kemudian tidurlah, dimana engkau
kehendaki, diatas. rusuk kanan, dengan menghadap qiblat! Dan berselawatlah
kepada Nabi صلى الله عليه وسلم! Dan teruslah berselawat kepadanya, sehingga engkau dibawa
tidur berjalan!".
Maka aku berkata kepada Khidir a.s.: "Aku ingin
engkau meinberi-tahu-kan kepadaku, dari siapakah engkau mendengar ini?"
Menjawab Khidir a.s.: "Sesungguhnya aku datang kepada Muhammad صلى الله عليه وسلم dimana
dia diajarkan do'a ini dan diwahyukan kepadanya. Maka adalah aku disisinya.
Yang demikian itu, adalah dengan kehadiranku. Lalu aku pelajari dari siapa,
yang mengajarkan do'a itu, kepada Muhammad صلى الله عليه وسلم ".
Dikatakan, bahwa do'a dan shalat ini, bagi
barangsiapa yang selalu mengerjakannya dengan keyakinan yang baik dan niat yang
benar, niscaya akan bermimpi berjumpa dengan Rasulu'llahصلى الله عليه وسلم sebelum
ia keluar (meninggal) dunia. Dan telah dikerjakan yang demikian oleh sebahagian
manusia. Lalu ia bermimpi dimasukkan kedalam sorga. Dan ia melihat dalam sorga
itu nabi-nabi. Ia melihat Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم didalamnya dan bercakap-cakap dengan dia dan
mengajarinya.
Kesimpulannya, bahwa apa yang dinukilkan tentang
keutamaan menghidupkan malam dengan amalan, diantara Maghrib dan 'Isya', adalah
banyak. Sehingga ditanyakan kepada ubaidi'llah bekas budak Nabi صلى الله عليه وسلم :
"Adakah Rasulu'llah صلى الله عليه
وسلم menyuruh
shalat yang tidak fardlu?" 'Ubaidi'llah menjawab: "Ada, yaitu
diantara Maghrib dan 'Isya, dimana Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
من صلى ما
بين المغرب والعشاء تلكصلاة الأوابين حديث من صلى ما بين المغرب والعشاء فذلك صلاة
الأوابين
(Man shallaa maa bainal-maghribi wal-isyaa-i-fa
dzaalika shalaatul-awwaa-biin).
Artinya: "Barangsiapa mengerjakan shalat
diantara Maghrib dan Isya, maka itu adalah shalat orang-orang yang bertobat
kepada Tuhan". (1). Berkata Al-Aswad: "Bila aku datangi Ibnu Mas'ud
r.a. pada waktu ini (antara Maghrib dan 'Isya), maka aku melihat dia
mengerjakan shalat. Lalu aku tanyakan, maka ia menjawab: "Ya, itu adalah
sa'at orang-orang yang lalai!"
Adalah Anas r.a. rajin mengerjakannya dan
mengatakan: "Itu adalah shalat dimalam hari!" — seraya mengatakan:
"Tentang shalat itu, telah turun
1. Telah diterangkan dahulu hadits ini pada
shalat.
|
Firman Allah Ta'ala:
تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ
الْمَضَاجِعِ
(Tatajaafaa junuubuhum 'ani'l-madlaaji) - S.
As-Sajadah, ayat 16 -Artinya: "Mereka meninggalkan tempat tidurnya".
Berkata Ahmad bin AbiTHawari: "Aku bertanya
kepada Abi Sulaiman Ad-Darani: "Aku berpuasa siang hari dan makan malam
diantara Maghrib dan 'Isya. Apakah itu lebih engkau sukai atau aku berbuka
siang (tidak berpuasa) dan menghidupkan malam dengan shalat diantara Maghrib
dan 'Isya?"
Abi Sulaiman Ad-Darani menjawab: "Kumpulkan
diantara keduanya!" Maka aku bertanya: Kalau sukar?"
Beliau menjawab: "Berbukalah dan kerjakanlah
shalat diantara keduanya!"
KEUTAMAAN: bangun malam (dengan
mengerjakan shalat).
Adapun dari ayat, maka firman Allah Ta'ala:
"Sesungguhnya Tuhan engkau itu mengetahui, bahwa engkau berdiri (mengerjakan
shalat) kurang dari dua pertiga malam........, sampai akhir ayat 20, dari surat
Al-Muzzamil. Dan firman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya bangun (mengerjakan
shalat) dimalam hari itu, lebih memperkuat (jiwa) dan lebih betul
bacaan-nya". Surat Al-Muzzammil, ayat 6.
Dan firman Allah Ta'ala: "Mereka meninggalkan tempat
tidurnya".Surat As-Sajadah, ayat 16. Dan firman Allah Ta'ala: "Apakah
orang yang patuh menjalankan kewajibannya selama - beberapa waktu pada malam
hari ......." sampai akhir ayat 9, surat Az-Zumar.
Dan firman Allah Ta'ala: "Dan mereka yang pada malam hari menyembah
Tuhan, sujud dan berdiri". - S. Al-Furqan, ayat 64. Dan firman Allah
Ta'ala: "Dan usahakanlah pertolongan dengan bersifat sabar-dan mengerjakan
shalat". - S. Al-Baqarah, ayat 45. Ada yang mengatakan, bahwa yang
dimaksud dengan shalat tadi, ialah: bangun malam, dimana dengan pertolongan
kesabaran, untuk bermujahadah, (melawan) hawa-nafsu,
Dari hadits, ialah sabda Nabi صلى الله عليه وسلم :
"Diikat oleh setan diatas kuduk seseorang kamu, apabila ia tidur, tiga
ikatan. Dan setan itu memukul tempat tiap-tiap ikatan tadi padamu sepanjang
malam, lalu tertidurlah kamu. Kalau terbangun dan berdzikir kepada Allah
Ta'ala, niscaya terbukalah suatu ikatan. Kalau berwudlu', niscaya terbukalah
suatu ikatan. Dan kalau mengerjakan shalat, niscaya terbukalah suatu ikatan.
Sehingga ia menjadi rajin dan baik jiwanya. Kalau tidak yang demikian, niscaya
menjadi keji jiwanya dan malas". (1).
Dan pada suatu hadits, tersebut: "Sesungguhnya diterangkan kepada Nabi صلى الله عليه وسلم tentang
seorang laki-laki yang tidur sepanjang malam sampai Shubuh. Lalu Nabi صلى الله عليه وسلم
menjawab: "Itulah orang yang telah
dikencingi setan pada telinganya". (2).
Dan pada suatu hadits, tersebut: "Bahwa setan
itu, mempunyai semacam obat yang dituangkan kedalam hidung (sa'uth) dan semacam
benda yang diambil dengan sendok (la'uq), serta semacam obat yang dituangkan
kedalam mata atau luka (dzarur). Maka apabila setan itu menuangkan sa'uth
kepada seorang hamba, niscaya buruklah kelakuannya. Dan apabila setan itu
meletakan la'uq pada seorang hamba, niscaya lancarlah lidahnya dengan
kejahatan. Dan apabila setan itu menghamburkan dzarur, niscaya tertidurlah
hamba iiu sepanjang malam, sampai datang waktu Shubuh".(3).
Nabi صلى الله عليه وسلم.
bersabda: "Dua raka'at yang dikerjakan oleh hamba pada waktu tengah malam,
adalah lebih baik baginya dari dunia dan isinya. Dan kalaulah tidak memberi
kesukaran kepada umatku, niscaya aku wajibkan kedua raka'at itu atas
mereka". (4).
Dan pada suatu hadiis shahih dari Jabir, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Sesungguhnya pada malam itu ada
suatu sa'at, dimana berkebetulan seorang hamba muslim, meminta pada Allah
Ta'ala akan kebajikan, pada sa'at itu, niscaya dianugerahiNya". Dan pada
suatu riwayat: "ia meminta pada Allah Ta'ala akan kebajikan dunia dan
akhirat. Dan itu adalah pada tiap-tiap malam".
Berkata Al-Mughirah bin Sya'bah: "Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم. bangun pada tiap-tiap malam mengerjakan shalat,
sehingga melelahkan kedua kakinya, lalu orang bertanya kepadanya:
"Bukankah Allah Ta'ala telah mengampunkan dosamu yang terdahulu dan yang
terkemudian?" Nabi صلى
الله عليه وسلم. menjawab:
"Apa, tidakkah aku ini hamba yang mensyukuri akan ni'mat?" (5).
Dan nyatalah dari pengertian ini, bahwa yang
demikian tadi merupakan kinajah daripada bertambah tingginya kedudukan. Karena
mensyukuri nikmat itu, menjadi sebab bertambahnya. Allah Ta'ala berfirman:
(La
in syakar-tum la-azii-danna-kum).
1.Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari Abu
Hurairah.
|
2.Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu
Mas'ud.
|
3.Dirawikan Ath-Thabrani dan Anas.
|
4.Diantara perawi hadits ini, Adam bin Abi Ayyas
dari Hasan bin Athiyyah, hadits mursal.
|
5.Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim
|
Artinya: "Kalau kamu bersyukur, sudah tentu Aku
akan menambahkan kepadamu". — S. Ibrahim, ayat 7. Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Wahai Abu Hurairah! Maukah engkau
supaya nikmat Allah berada padamu, diwaktu kamu hidup dan mati, didalam kubur
dan waktu dibangkitkan? Bangunlah pada malam, lalu kerjakan shalat! Engkau mau
akan kerelaan Tuhanmu, wahai Abu Hurairah? Kerjakanlah shalat disudut rumahmu,
niscaya rumahmu dilangit, seperti cahaya bintang beredar dan bintang tetap pada
penduduk dunia". (1).
Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Haruslah
kamu bangun malam, karena itu adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kamu!
Sesungguhnya bangun malam, adalah mendekatkan diri kepada Allah 'Azza wa Jalla,
menutupkan segala dosa, menghilangkan penyakit pada tubuh dan mencegah daripada
dosa". (2).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم: 'Tiadalah
seseorang yang mempunyai shalat malam, laJu dikerasi oleh tidur, melainkan
dituliskan baginya pahala shalatnya. Dan tidurnya itu adalah sedekah
baginya". (3).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم kepada Abu Dzar: "Kalau engkau bermaksud musa-fir, supaya
menyediakan alat-alatnya". Abu Dzar menjawab: "Ya, benar!"
Lalu Nabi صلى الله عليه وسلم menyambung: "Maka bagaimanakah berjalan kejalan kiamat?
Tidakkah aku beritahukan kepadamu, wahai Abu Dzar, dengan apa yang bermanfa'at
bagimu pada hari itu?" "Benar, demi ayah dan ibuku!", sahut Abu
Dzar.
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم "Berpuasalah pada hari yang sangat panas, untuk hari
kebangkitan! Kerjakanlah shalat dua raka'at dalam kegelapan malam, untuk
kesuraman kubur! Tunaikanlah ibadah hajji sekali untuk urusan-urusan besar!
Bersedekahlah dengan sesuatu sedekah kepada orang miskin atau dengan perkataan
benar yang engkau ucapkan atau perkataan jahat yang engkau diamkan
mengatakannya!" (4).
Diriwayatkan: "Bahwa, pada masa Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم. ada seorang laki-laki. Apabila menusia lain pergi
tidur dan mata telah tenang tenteram didalam ketiduran, lalu ia bangun
mengerjakan shalat dan membaca Al-Qur'an, seraya mendo'a:
1.Menurut Al-lraqi, hadits ini batil, tak
mempunyai dasar.
2.Dirawikan At-Tirmidzi dari Bilal, hadits gharib.
3.Dirawikan Abu Dawud dan An-Nasa-i dari 'Aisyah
dan ada pada isnadnya, seorang yang tak disebut namanya.
4.Dirawikan Ibnu Abid-dun-ya, hadits mursal.
|
يا رب
النار أجرني منها
(Yaa ra'bba'nnaar, ajirnii minhaa!)Artinya:
"Wahai Tuhan yang mempunyai neraka, lepaskanlah aku daripadanya!"
Lalu diceriterakannya yang demikian itu kepada Nabi صلى الله عليه وسلم.
Maka Nabi menjawab: "Apabila ada yang demikian, maka beritahukanlah
kepadaku!"
Lalu orang itu datang kepada Nabi صلى الله عليه وسلم. maka Nabi mendengar sendiri daripadanya. Ketika
datang waktu Subuh, lalu Nabi صلى الله عليه وسلم.
-bersabda: "Hai Anu! Mengapakah tidak engkau minta sorga pada Allah?"
Orang itu menjawab: "Wahai Rasulu'llah! Sesungguhnya aku tidaklah disitu
dan tidak sampailah amalanku kesana, dimana amalanku hanya sedikit saja".
Maka turunlah Jibril a.s. lalu berkata kepada Nabi صلى الله عليه وسلم.:
"Katakanlah kepada si Anu, bahwa Allah Ta'ala telah melepaskannya dari
neraka dan memasukkannya kedalam sorga". (1). Diriwayatkan bahwa Jibril
a.s. berkata kepada Nabi صلى
الله عليه وسلم.: Orarrg yang baik,
ialah Ibnu 'Umar, kalau ia ada mengerjakan shalat malam!" Lalu
diceriterakan oleh Nabi صلى الله
عليه وسلم. yang demikian itu
kepada Ibnu 'Umar. Sehingga sesudah itu, maka terus-meneruslah Ibnu Umar bangun
mengerjakan shalat malam" (2).
Nafi' menceriterakan, bahwa Ibnu 'Umar itu
mengerjakan shalat malam, kemudian bertanya: "Hai Nafi'! Apakah kita sudah
waktu sahur?" Lalu aku menjawab - kata Nafi': "Belum!"
Maka Ibnu 'Umar terus bangun mengerjakan shalatnya.
Kemudian ia bertanya lagi: "Hai Nafi'! Apakah kita sudah waktu
sahur?" Maka aku menjawab: "Ya!" Lalu ia duduk, membaca
istighfar (memohonkan ampun) pada Allah Ta'ala, sampai terbit fajar".
Ali bin Abi Thalib berceritera: "Nabi Yahya bin
Zakaria a.s. telah kenyang dengan roti sya'ir (biji sya'ir adalah hampir sama
dengan padi ), lalu ia tertidur dari wiridnya, sehingga datang waktu Shubuh.
Maka diwahyukan oleh Allah Ta'ala kepadanya: "Wahai Yahya! Adakah engkau
memperoleh rumah yang lebih baik dari rumahKu atau engkau memperoleh tetangga
yang lebih baik dari tetanggaKu? Maka demi kemuliaan dan keagunganKu, wahai
Yahya! Jikalau engkau menoleh kesorga Firdaus sekali saja, niscaya cairlah
benakmu dan hancurlah dirimu karena rindu kepadanya. Dan jikalau engkau menoleh
keneraka Jahanam sekali saja, niscaya cairlah benakmu dan menangislah engkau
dengan air mata darah sesudah air mata dan engkau berpakaian kulit sesudah
pakaian bulu". Diceriterakan kepada Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم.: "Bahwa si Anu mengerjakan shalat dimalam
hari. Apabila datang waktu pagi, ia mencuri. Lalu Nabi صلى الله عليه وسلم. menjawab: "Akan dilarang dia oleh amalan yang
dikerjakannya".(3).
1.Menurut Al-lraqi, hadits ini tak punya dasar.
2.Dirawikan
Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu 'Umar.
|
3.Dirawikan
Ibnu Hibban dari Abu Hurairah.
|
Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: "Diberi
rahmat oleh Allah akan laki-laki yang bangun malam, lalu mengerjakan shalat.
Kemudian dibangunkannya isterinya, lalu mengerjakan shalat pula. Kalau
isterinya itu enggan, niscaya disiraminya air pada mukanya". (1).
Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: "Diberi rahmat oleh Allah akan wanita yang
bangun malam, lalu mengerjakan shalat. Kemudian dibangunkannya suaminya, lalu
mengerjakan shalat pula. Kalau suaminya itu enggan, niscaya disiraminya air pada
mukanya".
Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Barangsiapa
bangun malam dan membangunkan isterinya, lalu keduanya mengerjakan shalat dua
raka'at, niscaya keduanya dituliskan diantara orang-orang yang banyak
mengingati (berdzikir) akan Allah, dari golongan laki-laki dan golongan
wanita". (2).
Nabi صلى الله عليه وسلم. bersabda:
أفضل
الصلاة بعد المكتوبة قيام الليل
(Afdlalush-shalaati ba'dal-maktuubati qiaamul-lail).
Artinya: "Shalat yang terutama sesudah shalat
fardlu, ialah shalat diwaktu malam (qiamu'I-lail)". (3).
Umar bin Al-Khatthab r.a. berkata: 'Bersabda Nabi
صلى الله عليه وسلم : "Barangsiapa
tidur, dengan meninggalkan sebahagian dari Al-Quran atau sesuatu daripadanya
pada malam hari, lalu dibacanya diantara shalat Shubuh dan shalat Dhuhur,
niscaya dituliskan baginya, seolah-olah dibacanya dimalam hari".
Dari a t s a r (kata-kata shahabat),
diriwayatkan, bahwa 'Umar r.a. pergi berjalan dengan membaca ayat dari wiridnya
dimalam hari, lalu ia jatuh. Sehingga 'Umar r.a. itu dikunjungi beberapa hari,
sebagaimana dikunjungi orang sakit. Adalah Ibnu Mas'ud r.a. apabila telah
tenang segala mata (orang sudah tidur), lalu bangun. Maka terdengarlah
daripadanya suara seperti bunyi lebah, sampai datang waktu Shubuh. Ada yang
mence-riterakan, bahwa Sufyan Ats-Tsuri r.a. pada suatu malam kenyang makan,
lalu mengatakan: "Bahwa keledai itu apabila ditambah umpannya, niscaya
ditambah kerjanya. Maka bangunlah ia pada malam itu, mengerjakan ibadah ,
sampai datang waktu Shubuh.
Adalah Thaus r.a. apabila tidur ditikar peraduannya,
merasa tergoreng, seperti tergoreng biji-bijian diatas kuali. Kemudian, ia
melompat dan mengerjakan shalat, sampai kepada waktu pagi. Kemudian ia berkata:
"Diterbangkan oleh ingatan neraka Jahannam, akan tidur orang-orang
'abid"
1. Dirawikan Abu Dawud dari Abu Hurairah.
|
2.Dirawikan Abu Dawud dan An-Nasa-i dari Abu
Hurairah.
|
3.Dirawikan Muslim dari Abu Hurairah.
|
Berkata Al-Hasan r.a.: 'Tiadalah kami ketahui suatu
amalan, yang lebih sulit daripada menanggung kesusahan malam (1). dan
membelanjakan harta ini" (2).
Lalu ditanyakan kepadanya: "Apakah halnya
orang-orang yang bershalat tahajjud, menjadi manusia, yang terbagus
wajahnya?" Al-Hasan menjawab: "Karena mereka itu berkhilwah dengan
Yang Mahapengasih. Lalu diberikanNya mereka pakaian dengan nur dari NurNya?"
Datang sebahagian orang-orang shalih dari perjalanan jauh, lalu disediakan
baginya tempat tidur, maka tidurlah ia, sampai luput wiridnya. Lalu ia
bersumpah, bahwa ia tidak akan tidur lagi sesudah itu diatas tempat tidur
selama-lamanya.
Adalah Abdul-'aziz bin Abi Rawwad, apabila datang
malam, lalu mendatangi tempat tidurnya dan melalukan tangannya diatas tempat tidur
itu, seraya berkata: "Engkau sungguhiah empuk dan demi Allah, sesungguhnya
dalam sorga, adalah lebih empuk daripada engkau!" Dan senantiasalah ia
mengerjakan shalat malam seluruhnya.
Berkata Al-Fudlail: "Sesungguhnya aku menghadapi malam dari
permulaannya. maka amatlah menyusahkan aku oleh karena lamanya. Lalu aku
memulai membaca Al-Qur'an sehingga datang waktu Shubuh dan tidaklah aku
laksanakan hajatku".
Berkata Al-Hasan: "Sesungguhnya seseorang yang
akan berbuat sesuatu dosa, maka haramlah dengan sebabnya itu, bangun
malam". Berkata Al-Fudlail: "Apabila engkau tidak sanggup bangun
malam dan puasa siang, maka ketahuilah, sesungguhnya engkau itu diharamkan dari
pahala. Dan sesungguhnya telah banyak kesalahan engkau". Adalah Shilah bin
Asyim r.a. mengerjakan shalat malam seluruhnya. Maka apabila ia berada pada
waktu sahur, lalu ia mendo'a: "Wahai Tuhanku! Tiadalah yang seperti aku.
mencari sorga. Tetapi lepaskanlah aku dengan rahmatMu dari neraka".
Berkata seorang laki-laki kepada sebahagian ahli
ilmu hikmat (al-hukama'): "Sesungguhnya aku ini amat lemah daripada bangun
malam". Maka berkatalah hukuma' tadi kepadanya: "Wahai saudaraku,
janganlah engkau mengerjakan ma'siat diwaktu siang dan janganlah engkau bangun
diwaktu malam!"
Al-Hasan bin Shalih mempunyai seorang budak
perempuan, maka dijual-nya kepada suatu kaum. Tatkala malam, bangunlah budak
wanita itu, seraya berseru: "Wahai penduduk kampung ini! Marilah shalat!
Marilah shalat!"
Maka penduduk kampung itu bertanya: "Apakah
kita telah berada diwaktu Shubuh? Apakah sudah terbit fajar?"
Lalu budak itu menyambung: "Apakah tuan-tuan
tidak mengerjakan, kecuali shalat fardlu saja?" Mereka itu menjawab:
"Ya!"
1.Maksudnya: mengerjakan shalat pada malam.
|
2.Maksudnya:
membelanjakannya pada jalan kebajikan.
|
Maka -budak wanita itu kembali kepada Al-Hasan,
seraya berkata: "Wahai tuanku! Dijualkan aku ini kepada kaum yang tidak
mengerjakan, selain dari shalat fardlu saja. Ambil kembalilah aku!" Lalu
Al-Hasan mengambil ia kembali.
Berkata Ar-Rabi': "Aku bermalam dirumah Asy-Syafi'i r.a. beberapa malam yang
banyak. Maka tidaklah Asy-Syafi'i itu tidur malam, kecuali sedikit
sekali".
Berkata Abul-Juairiah: "Aku telah menemani Abu Hanifah r.a. selama
enam bulan. Maka tidak semalampun dalam masa enam bulan itu, ia meletakkan
lembungnya diatas lantai. Adalah Abu Hanifah menghidupkan setengah malam, maka
berjalanlah ia pada suatu kaum, lalu kaum itu mengatakan: "Bahwa orang ini
(Abu Hanifah) menghidupkan malam seluruhnya. Maka berkatalah Abu Hanifah:
"Sesungguhnya aku merasa malu, bahwa aku disebutkan dengan apa yang tidak
aku kerjakan". Maka sesudah itu, Abu Hanifah menghidupkan malam
seluruhnya. Dan diriwayatkan, bahwa tak ada baginya tempat tidur dimalam hari.
Diceriterakan orang, bahwa Malik bin Dinar r.a. senantiasa mengulang-ulangi
ayat berikut ini semalam-malaman, sampai datang waktu Shubuh. Yaitu:
أم حسب
الذين اجترحوا السيئات أن نجعلهم كالذين آمنوا وعملوا الصالحات
(Am hasiballadziinaj-tarahus-sayyiaati an naj'alahum
kal-ladziina aamanuu wa 'amilush-shaalihaat).
Artinya: "Adakah orang-orang yang membuat
kesalahan itu mengira, bahwa mereka akan Kami samakan dengan orang-orang yang
beriman dan mengerjakan perbuatan baik........." sampai habis ayat 21, S. Af-Jatsiyah.
Berkata Al-Mughirah bin Habib: "Aku perhatikan Malik bin Dinar, ia berwudlu'
sesudah 'Isya'. Kemudian, ia bangun ketempat shalat (mushala) lalu
menggemgamkan janggutnya dan berhamburanlah air matanya, seraya mendo'a:
"Wahai Allah Tuhanku! Haramkanlah ubanan Malik dari neraka! Wahai Tuhanku!
Sesungguhnya Engkau telah mengetahui akan penghuni sorga daripada penghuni
neraka, maka yang manakah dari dua Ielaki itu Malik ini? Dan yang manakah dari
dua kampung itu, kampung Malik?"
Senantiasalah demikian do'anya, sehingga terbit
fajar. Berkata Malik bin Dinar: "Pada suatu malam, aku lupa dari wiridku
dan aku tertidur. Tiba-tiba aku didalam tidur dengan seorang bidadari, yang
paling cantik. Dan pada tangannya secarik kertas. Maka ia berkata kepadaku:
"Pandaikah tuan hamba membaca?"
Lalu aku menjawab: "Pandai!"
Maka diserahkannya kertas itu kepadaku, dimana
isinya: -
"Adakah dipermain-mainkan engkau, oleh
kesenangan dan angan-angan, dari gadis yang putih jelita, didalam
sorga...........?
Engkau akan hidup kekal, tak mati lagi didalamnya.
Engkau bermain-main didalam sorga, bersama bidadari cantik jelita.
Bangunlah dari tidurmu!
Bahwa yang lebih baik, dari tidur
itu,ialah...........
bertahajjud dengan Al-Qur'an..........."
Ada yang mengatakan, bahwa ketika Masruq mengerjakan
hajji, ia tidak tidur malam, selain daripada bersujud (mengerjakan shalat)
saja. Diriwayatkan dari Azhar bin Mughits dan ia adalah termasuk orang-orang
yang banyak menegakkan shalat, dimana ia mengatakan: "Aku bermimpi melihat
seorang wanita, yang menyerupai dengan wanita-wanita dunia. Lalu aku tanyakan
kepadanya: "Siapakah engkau ini?" Ia menjawab: "Haura!"
Lalu aku menyambung: "Kawinkanlah aku dengan
engkau!" Maka ia menjawab: "Pinanglah aku pada tuanku dan berikanlah
kepadaku emas kawinku!"
Lalu aku bertanya: "Apakah emas-kawin
engkau?" Ia menjawab: "Panjangkanlah shalat tahajjud!"
Berkata Yusuf bin Mahran: "Sampai kepadaku
berita, bahwa dibawah 'Arasy, ada seorang malaikat dalam bentuk seekor ayam
jantan, kukunya dari intan permata dan tajinya dari jamrut hijau. Apabila telah
berlalu sepertiga malam pertama, niscaya ia memukul dengan kedua sayap dan
berkokok, seraya berteriak: "Bangunlah wahai orang-orang yang ingin
bangun!"
Apabila telah berlalu setengah malam. maka ia
memukul dengan kedua sayapnya dan berkokok, seraya berseru: "Hendaklah
bangun orang-orang yang melakukan tahajjud!"
Apabila telah berlalu dua pertiga malam, maka ia
memukul dengan kedua sayapnya dan berkokok, seraya berteriak: "Hendaklah
bangun orang-orang yang melakukan shalat!"
Apabila telah terbit fajar, lalu ia memukul dengan
kedua sayapnya dan berkokok, seraya berteriak: "Hendaklah bangun
orang-orang yang lalai !Atas tanggungan
mereka sendiri, segala dosanya!"
Ada yang mengatakan, bahwa Wahb bin Munabbah
Al-Yamani, tidak meletakkan lembungnya dilantai selama tigapuluh tahun. Ia
mengatakan: "Aku lebih suka melihat setan dirumahku, daripada aku melihat
bantal dirumahku, karena bantal itu memanggil kepada tidur". Ia mempunyai
sebuah bantal dari kulit. Apabila tertidur benar, maka diletakkannya dada-nya
keatas bantal itu dan digerakkannya kepalanya beberapa kali, kemudian
bersiap-siap kepada shalat.
Berkata sebahagian mereka: "Aku bermimpi
menjumpai Tuhan Yang Mahamulia, maka aku mendengar la berfirman: "Demi
kemuliaan dan keagunganKu! Sesungguhnya Aku muliakan tempat Sulaiman At-Taimi.
Karena ia mengerjakan shalat bagiKu pada pagi hari dengan wudlu' Tsya', selama
empatpuluh tahun".
Dan dikatakan, bahwa aliran (madzhab) Sulaiman
At-Taimi, adalah tidur itu apabila masuk kehati, niscaya membatalkan wudlu'.
Dan diriwayatkan pada sebahagian kitab-kitab lama dari Allah Ta'ala, bahwa
Allah berfirman: "Sesungguhnya hambaKu yang sebenar-benarnya hambaKu itu,
ialah yang tiada menunggu untuk bangunnya akan kokok ayam".
PENJELASAN: sebab-sebab yang memudahkan bangun
malam.
Ketahuilah bahwa bangun malam itu adalah sukar
kepada manusia, kecuali orang-orang yang telah memperoleh taufiq untuk bangun,
dengan syarat-syaratnya yang memudahkan baginya, dhahir dan batin. Adapun
dhahir, maka yaitu empat perkara:
Pertama:
bahwa tidak membanyakkan makan, lalu membanyakkan minum, maka membanyakkan
tidur dan memberatkan bangun. Adalah sebahagian guru-guru, berdiri diatas meja
makan pada tiap-tiap malam, seraya berkata: "Murid-murid sekalian!
Janganlah kamu makan banyak, lalu kamu minum banyak, maka tertidurlah kamu
banyak,lalu kamu memperoleh banyak penyesalan ketika mati!"
Ini adalah pokok utama! Yaitu: meringankan perut
besar dari beratnya makanan.
Kedua:
bahwa tidak meletihkan dirinya disiang hari dengan pekerjaan-pe-kerjaan yang
mcmayahkan segala anggota badan dan melemahkan urat-urat saraf. Karena itu pun
menarik kepada tidur.
Ketiga:
bahwa tidak meninggalkan tidur disiang hari. Karena tidur tengah hari itu
sunat, untuk menolong bangun malam.
Keempat:
bahwa tidaklah mengerjakan perbuatan yang berdosa disiang hari. Karena yang
demikian itu, mengesatkan hati dan menghambat diantara hati dan sebab-sebab
memperoleh rahmat.
Seorang laki-laki mengatakan kepada Al-Hasan:
"Hai Abu Said! Sesungguhnya aku bermalam dengan cara yang menyehatkan aku.
Aku suka bangun malam dan menyediakan kesucian (wudlu) bagiku. Maka mengapakah
aku tidak terbangun?"
Menjawab Al-Hasan: "Dosamu mengikatkan kamu!" Adalah Al-Hasan r.a. apabila
masuk kepasar, lalu mendengar keributan dan kesia-siaan perbuatan dan perkataan
mereka. maka berkata: "Aku menyangka, bahwa malam mereka itu adaUh malam
buruk, karena mereka itu tidak tidur siang hari!"
Berkata Ats-Tsuri: "Aku haramkan diriku (tidak memperoleh) bangun malam selama lima
bulan, disebabkan dosa yang aku kerjakan". Orang menanyakan: "Apakah
dosa itu?"
Ats-Tsuri menjawab: "Aku melihat seorang laki-laki menangis, lalu
aku berkata pada diriku: "Orang ini berbuat ria!"
Berkata sebahagian mereka: "Aku berkunjung kepada Karaz bin Wabrah,
dimana ia sedang menangis. Maka aku bertanya: "Apakah datang berita
kematian sebahagian keluarga tuan?" Ia menjawab: "Lebih berat dari
itu!"
Lalu aku bertanya: "Apakah penyakit yang
menyakitkan tuan?" Ia menjawab: "Lebih berat dari itu!" Aku
bertanya lagi: "Apakah kiranya?"
Beliau menjawab: "Pintuku tefkunci, tabirku terkembang dan aku tidak membaca
nasibku yang lalu. Dan tidaklah yang demikian itu, selain disebabkan dosa yang
telah aku perbuat". Dan ini adalah, karena kebajikan itu memanggil kepada
kebajikan, kejahatan memanggil kepada kejahatan dan yang sedikit daripada
masing-masing keduanya itu menghela kepada yang banyak.
Dan karena itulah, berkata Abu Sulaiman Ad-Darani:
Tiada akan luput seseorang dari shalat berjama'ah, kecuali disebabkan oleh
dosa". Abu Sulaiman mengatakan: "Bermimpi sampai berjunub diwaktu
malam (ihtilam) adalah suatu siksaan dan junub (jinabah) itu menjauhkan dari
kebajikan".
Berkata sebahagian ulama: "Apabila engkau berpuasa, wahai orang yang
patut dikasihani (ya - miskin), maka perhatikanlah, pada siapa engkau berbuka
dan dengan apa engkau berbuka. Karena sesungguhnya hamba itu, memakan akan
sesuatu makanan, lalu terbaliklah hatinya daripada apa, yang ada dia padanya.
Dan ia tidak kembali kepada keadaannya yang semula. Dosa-dosa itu semuanya
mempusakai kekesatan hati dan mencegah daripada bangun malam. Lebih-lebih yang
membekas dari dosa itu, ialah memakan yang haram".
Sesuap yang halal membekas pada pembersihan dan
penggerakan hati kepada kebajikan, dari apa yang tidak dapat membekas oleh
lainnya. Hal itu diketahui oleh orang-orang yang mengintip gerakan hati
(ahlu'l-muraqabah li'l-qulub), dengan percobaan, setelah disaksikan oleh Agama
kepadanya. Karena itulah berkata sebahagian mereka: "Banyaklah terjadi
dari sekali makan, mencegah bangun malam.
Dan banyaklah terjadi dari sekali pandang, mencegah
membaca suatu surat dari Al-Qur'an.
Dan sesungguhnya hamba itu memakan sekali makan atau
berbuat suatu perbuatan, lalu diharamkan dengan sebabnya (tidak diperolehnya)
bangun malam setahun. Sebagaimana shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan
munkar, maka begitu pulalah perbuatan keji itu mencegah dari shalat dan
perbuatan-perbuatan kebajikan yang lain".
Berkata sebahagian pengurus penjara: "Aku
adalah pengurus penjara, lebih kurang sudah tigapuluh tahun. Aku bertanya
kepada tiap-tiap orang yang diambil dimalam hari, adakah ia mengerjakan shalat
Isya' dengan berjama'ah. Mereka itu menjawab: 'Tidak!". Dan ini memberi
tahukan kepada kita, bahwa barakah berjama'ah itu, mencegah daripada
mengetjakan kekejian dan kemungkaran.
Adapun keadaan bathiniyah yang memudahkan, maka
empat perkara banyaknya:
Pertama: hati itu sejahtera daripada kedengkian kepada
kaum muslimin, sejahtera daripada perbuatan-perbuatan bid'ah dan daripada
berlebihan kepentingan duniawi. Maka orang yang tenggelam, yang mementingkan
urusan duniawi, niscaya tiadalah mudah baginya bangun malam. Kalau pun ia
bangun, maka ia tidak berfikir tentang shalatnya, melainkan tentang segala
kepentingannya. Dan tidaklah ia berkisar, selain pada segala gangguan duniawi.
Dan dalam hal seperti itu, diucapkan sekuntum syair: "Dikatakan kepadaku
oleh tukang pintu,
bahwa anda sedang tidur............
Walaupun anda sudah terbangun, tetapi masih juga
sedang tidur ..........."
Kedua: ketakutan yang keras, yang membiasakan hati,
serta pendek angan-angan. Karena sesungguhnya, apabila bertafakkur tentang
huru-ha-ra akhirat dan penderitaan di neraka jahannam, niscaya terbanglah
tidurnya dan amat sangatlah takutnya, sebagaimana kata Thaus:
"Sesungguhnya mengingati neraka jahannam itu, menerbangkan (menghilangkan)
tidur orang-orang 'abid". Dan sebagaimana diceriterakan, bahwa seorang
budak di Basrah, bernama Shuhaib, adalah ia bangun malam seluruhnya. Lalu
berkatalah wanita yang mempunyai budak itu: "Sesungguhnya engkau bangun
dimalam hari, membawa melarat kepada pekerjaanmu disiang hari".
Maka menjawab budak itu: "Bahwa Shuhaib,
apabila ia teringat kepada neraka, niscaya tidaklah datang tidur
kepadanya".
Dan ditanyakan kepada seorang budak yang lain,
dimana ia bangun seluruh malam, maka budak itu menjawab: "Apabila aku
ingat kepada neraka, niscaya bersangatanlah ketakutanku. Dan apabila aku ingat
kepada sorga, niscaya bersangatanlah kerinduanku, sehingga tidak sanggup
akutidur".
Bermadahlah Dzu'nnun Al-Mishri r.a.:
"Al-Qur'an dengan wa'ad dan wa'idnya, mencegah
mata untuk tidur semalam-malaman. Mereka memahami dari Raja Yang Agung akan
kalamNya, Lalu leher mereka merendah karena ketundukan.
Dan mereka bermadah pula:
"Wahai yang lama tidur dan lengah lalai,
kebanyakan tidur mempusakai penyesalan! didalam kubur kalau engkau menempatinya
nanti, adalah tempat tidur yang berkepanjangan setelah mati.
Suatu tempat yang disediakan untukmu didalamnya,
disebabkan dosa atau kebajikan yang engkau kerjakan. Adakah engkau merasa aman
dari serangan Malikul-maut? Banyaklah orang yang merasa aman dari serangan
itu".
Bermadah Ibnul-Mubarak: -
"Apabila malam gelap-gulita diderita mereka,
lalu menjadi terang dan mereka itu ruku'. Diterbangkan tidur mereka oleh
ketakutan, lalu bangun, Dan orang yang merasa aman didunia ini, tidur
nyenyak".
Ketiga:
mengetahui keutamaan bangun malam, dengan mendengar ayat-ayat, hadits-hadits
dan atsar-atsar, sehingga meneguhkan harapan dan kerinduannya kepada pahala.
Lalu membangkitkan keinginan untuk mencari kelebihan dan kegemaran pada segala
tingkat sorga, sebagaimana diceriterakan, bahwa sebahagian orang-orang shalih
itu pulang dari peperangan. Lalu disediakan oleh isterinya tempat tidur. Dan ia
duduk menunggu suaminya itu. Tetapi suaminya itu masuk kemasjid dan
senantiasalah ia mengerjakan shalat sampai datang waktu Shubuh.
Maka berkatalah isterinya: "Kami menunggu kakanda begitu lama. Tatkala
kakanda datang lalu mengerjakan shalat sampai pagi hari". Menjawab
suaminya: "Demi Allah, sesungguhnya aku berpikir kepada Haura' dari
bidadari sorga sepanjang malam, sehingga lupalah aku kepada isteri dan rumah.
Lalu aku bangun mengerjakan shalat sepanjang malam-ku, karena rindu
kepadanya".
Keempat: yaitu yang termulia penggerak, ialah cinta kepada Allah dan
teguh iman, bahwa dengan bangunnya itu, ia tidak berkata-kata dengan suatu
hurufpun, selain bermunajat dengan Tuhannya, dimana Tuhan menoleh kepadanya,
serta menyaksikan apa yang terguris dihatinya. Dan segala gurisan itu daripada
Allah Ta'ala, adalah ucapan daripadaNya. Apabila ia mencintai Allah Ta'ala,
niscaya tidak mustahil, ia mencintai berkhilwah (bersunyi-sunyi) dengan Dia dan
merasa keenakan bermunajat.
Maka dia dibawa oleh keenakan bermunajat dengan Yang
Dicintai, kepada lamanya bangun malam. Dan tiada seyogialah kelazatan itu
dipandang jauh dari kebenaran, sebab dapat dibuktikan oleh akal dan naqal.
Adapun akal, maka hendaklah diambil ibarat dengan keadaan orang yang mencintai
seseorang, disebabkan kecantikannya. Atau mencintai seorang raja, disebabkan
kurnia dan harta yang dianugerahinya. Bahwa betapa enaknya dengan berkhilwah
dan bermunajat dengan Dia, sehingga tidak akan tidur-tidur sepanjang malam.
Kalau anda berkata: "Bahwa yang cantik itu, dirasakan
enaknya dengan memandang kepadanya, sedang Allah Ta'ala tidak dapat
dilihat". Maka ketahuilah, bahwa kalaupun ada yang cantik dicintai
itu dibelakang tabir atau dalam rumah yang gelap gulita, niscaya yang mencintai
itu tetap merasa lazat dengan semata-mata mendampinginya, tanpa memandang dan
tanpa mengharap yang lain daripadanya. Dan ia merasa nikmat dengan melahirkan
kecintaannya kepadanya dan menyebutkannya dengan lidahnya sendiri, dengan
didengar oleh yang dicintai itu, walaupun itu sudah diketahui juga.
Kalau anda mengatakan, bahwa yang mencintai itu
menunggu penjawaban dari yang dicintai, lalu merasa lazat dengan mendengar
jawabannya. Dan tidaklah dapat didengar akan kalam Allah Ta'ala.
Maka ketahuilah, bahwa yang mencintai itu tahu,
bahwa Allah Ta'ala tidak menjawab dan diam daripadanya. Meskipun begitu, tetap
juga baginya kelazatan dengan membentangkan segala ikhwal keadaannya kepadaNya
dan menyampaikan isi hatinya. Betapa tidak! Orang yang mempunyai penuh
keyakinan, mendengar daripada Allah Ta'ala, akan tiap-tiap yang datang kepada
gurisan hatinya, waktu sedang bermunajat. Lalu ia merasa kelazatan dengan Dia.
Dan begitu juga orang yang berkhilwah dengan raja
dan membentangkan segala hajat keperluannya ditengah malam buta, akan merasa
kelazatan dengan raja itu,pada mengharap kurnianya.Dan mengharap kepada Allah
Ta'ala adalah lebih benar adanya. Dan apa-apa pada sisi Allah itu, adalah lebih
baik, lebih kekal dan lebih bermanfa'at daripada apa yang pada lainNya. Maka
bagaimanakah tiada merasa lazat dengan membentangkan segala keperluan kepadaNya
dalam khilwah yang sunyi-sepi? Adapun naqal, maka dibuktikan oleh keadaan
orang-orang yang bangun malam itu sendiri, mengenai lazatnya mereka rasakan
dengan bangun malam. Dan menjuruskan perhatian mereka kepadaNya semata-mata,
sebagaimana orang yang mencintai itu menjuruskan perhatiannya pada malam
sampainya yang dicintai. Sehingga ditanyakan kepada sebahagian mereka:
"Bagaimanakah engkau dimalam itu?"
Ia menjawab: "Tiada aku menduga sekali-kali
akan terjadi yang demikian itu? Ia menampakkan kepadaku akan wajahnya, kemudian
ia pergi dan tidak aku melihatnya lagi sesudah itu!"
Berkata yang lain: "Aku dan malam, adalah
Iaksana dua ekor kuda lomba yang berdekatan benar persamaan kelebihannya.
Sekali ia mendahului aku sampai kepada fajar dan sekali ia memotong aku
daripada berpikir". Ditanyakan kepada sebahagian mereka:
"Bagaimanakah malam itu kepada engkau?" Maka ia menjawab: "Sesa'at
aku padanya antara dua keadaan. Aku gembira dengan gelapnya apabila datang dan
aku berduka-cita dengan fajarnya apabila terbit. Tiadalah sempurna kesenanganku
sekali-kali dengan malam itu". Berkata Ali bin Bakkar: "Semenjak
empatpuluh tahun lamanya, tiadalah sesuatu yang menyusahkan aku, selain dari
terbit fajar". Berkata Al-Fudlail bin 'Ijadl: "Apabila terbenamlah
matahari, maka aku gembira dengan gelap. Dan apabila terbitlah matahari, maka
aku berdukacita, karena datangnya manusia kepadaku". Berkata Abu Sulaiman:
"Orang yang mempunyai malam pada malamnya, adalah lebih merasa lazat dari
orang yang mempunyai permainan pada permain-annya. Jikalau tidaklah karena
malam, niscaya aku tidaklah menyukai tinggal didunia ini". Berkata pula
Abu Sulaiman: "Jikalau digantikan oleh Allah kepada orang yang mempunyai
malam, daripada pahala amalan mereka, akan apa yang diperolehnya daripada
kesenangan, niscaya adalah yang demikian itu, lebih banyak daripada pahala
amalan mereka". Berkata sebahagian ulama; "Tidak adalah dalam dunia
suatu waktu, yang menyerupai keni'matan penduduk sorga, selain daripada apa
yang diperoleh oleh orang-orang yang merasa senang jiwanya dengan malam, dari
karena manisnya bermunajat dengan Allah Ta'ala". Berkata sebahagian
mereka: "Kelazatan bermunajat, tidaklah dari dunia. Dia adalah dari sorga,
yang didhahirkan oleh Allah Ta'ala kepada para walinya, yang tidak diperoleh
orang lain".
Berkata Ibnu'l-Munkadir: "Tiadalah yang- kekal
dari kelazatan dunia, selain tiga: bangun malam, bertemu teman dan shalat
berjama'ah". Berkata setengah 'arifin: "Sesungguhnya Allah Ta'ala
memandang pada waktu sahur, kepada hati orang-orang yang bangun, lalu
diisikannya dengan nur. Maka datanglah segala faedah kepada hati mereka itu,
lalu memperoleh nur. Kemudian berkembanglah nur itu dari hati mereka yang
sehat, kehati orang-orang yang lalai".
Berkata sebahagian ulama terdahulu: "Sesungguhnya Allah Ta'ala mewahyukan kepada
sebahagian orang-orang shiddiq: "Sesungguhnya bagiKu beberapa orang hamba daripada
hambaKu, yang mencintai Aku dan Aku mencintai mereka. Mereka rindu kepadaKu dan
Aku rindu kepada mereka. Mereka mengingati Aku dan Aku mengingati mereka.
Mereka memandang kepadaKu dan Aku memandang kepada mereka. Kalau engkau
berjalan pada jalan mereka, niscaya Aku cintai akan engkau. Dan kalau engkau berpaling
dari neraka, niscaya aku kutuki akan engkau". Lalu bertanya sebahagian
orang shiddiq itu: "Wahai Tuhanku! Apakah tanda mereka?"Allah Ta'ala menjawab: "Mereka
itu menjaga akan bayang-bayang disiang hari, sebagaimana penggembala menjaga
kambingnya. Mereka rindu kepada terbenamnya matahari, sebagaimana burung rindu
kepada sarang-nya. Apabila datanglah malam dan bertambah gelapnya dan
masing-masing kekasih berkhilwah dengan kekasihnya. maka mereka itu menegakkan
kakinya kepadaKu (bangun berdiri mengerjakan shalat). Mereka itu membentangkan
kepadaKu mukanya (dengan sujud). Mereka bermunajat dengan Aku, dengan kalamKu.
Dan mereka mengharapkan benar kepadaKu dengan penganugerahan ni'matKu. Maka
diantara yang memekik dan menangis, diantara yang menyebutkan aduh dan mengadu,
dengan MataKu. apa yang dideritai mereka lantaranKu dan dengan pendengaranKu,
apa yang dikadukan mereka dari kecintaanKu. Yang pertama dari apa yang Aku
anugerahkan kepada mereka, ialah Aku lemparkan dari nurKu dalam hati mereka.
Lalu mereka ceriterakan tentang Aku sebagaimana Aku menceriterakan tentang
mereka. Yang kedua, kalau adalah tujuh petala langit dan tujuh petala bumi
serta isi keduanya dalam neraca mereka, niscaya Aku asingkannya untuk mereka.
Yang ketiga, Aku hadapkan wajahKu kepada mereka. Adakah engkau melihat orang
yang Aku hadapkan wajahKu kepadanya? Adakah diketahui oleh seseorang apa yang
Aku kehendaki menganugerahinya?" Berkata Malik bin Dinar r.a.:
"Apabila bangunlah hamba bertahajjud dimalam hari, niscaya dekatlah
kepadanya Yang Mahaperkasa 'Azza wa Jalla. Mereka melihat apa yang diperolehnya
dari kehalusan dan kemanisan dalam hati mereka dan nur dari mendekatinya Tuhan
yang Mahatinggi kepada hati".
Pahamilah ini! Ia mempunyai rahasia dan pembuktian
yang akan datang nanti penunjukan kepadanya pada Kitab Kecintaan (Kitab
Al-maha'bbah).
Dan pada hadits (hadits qudsi), daripada Allah 'Azza
wa Jalla: "Hai
hambaKu! Akulah Allah yang Aku dekati pada hatimu dan dengan secara ghaib,
engkau melihat NurKu".
Sebahagian murid mengadu kepada gurunya, tentang
lamanya tidak tidur malam dan mencari helah, yang menarik kepada tidur. Maka
menjawab gurunya: "Hai anakku! Sesungguhnya Allah mempunyai
anugerah-anugerah pada waktu malam dan siang, yang akan membetulkan hati yang
jaga dan menyalahkan hati yang tidur. Maka datangilah untuk anugerah-anugerah
itu!"
Maka murid itu menjawab: "Wahai penghuluku!
Biarkanlah aku, tidak tidur malam dan siang!
Ketahuilah, bahwa anugerah-anugerah itu diwaktu
malam, adalah lebihmemberi harapan, untuk apa pada bangun malam itu, yang
merupakan kebersihan hati dan tertolak segala gangguan. Pada hadits shahih,
dari Jabir bin Abdullah, dari Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم.,
dimana beliau bersabda:
إن من الليل ساعة لا
يوافقها عبد مسلم يسأل الله تعالى خيرا إلا أعطاه إياه
(Inna minal-laili saa'atan la yuwaafiquhaa 'abdun
muslimun yas-alullaaha ta'aalaa khairan, illaa a'thaahu iyyaah).Artinya:
"Bahwa dimalam hari itu ada suatu sa'at, dimana berkebetulan seorang hamba
muslim bermohon pada Allah Ta'ala kebajikan, niscaya diberikanNya
kepadanya". (1).
Pada lain riwayat, tersebut: "ia meminta pada
Allah Ta'ala kebajikan, dari urusan dunia dan akhirat, niscaya diberikanNya
kepadanya". Dan demikian itu, adalah tiap-tiap malam".
Dan yang dicari oleh orang-orang yang bangun malam itu,
ialah sa'at tersebut. Dan sa'at itu, tidak jelas waktunya dalam keseluruhan
malam, seperti malam Lailatu'lqadar dalam bulan Ramadhan. Dan seperti sa'at
dihari Jum'at, yaitu sa'at penganugerahan yang tersebut tadi. Wa'llahu a'lam!
Hanya Allah yang maha mengetahuinya!
PENJELASAN: cara pembahagian segala bahagian malam.
Ketahuilah, bahwa menghidupkan malam, dari segi
tingkatannya adalah tujuh tingkat:
Pertama:
menghidupkan seluruh malam. Dan ini adalah keadaan orang-orang yang kuat
(al-aqwiya'), yang bertujuan semata-mata beribadah kepada Allah Ta'ala. Dan
merasa lazat bermunajat dengan Allah. Dan yang demikian itu menjadi makanannya
dan kehidupan hatinya. Mereka tiada merasa letih dengan lamanya berdiri dan
mereka mengembalikan tidur kepada siang hari, diwaktu kesibukan manusia. Dan
adalah yang demikian itu, cara segolongan dari orang-orang terdahulu (salaf),
dimana mereka itu mengerjakan shalat Shubuh dengan wudlu' 'Isya'. Diceriterakan
oleh Abu Thalib Al-Makki, bahwa yang demikian itu, diceriterakan secara
mutawatir dan terkenal dari empatpuluh orang tabi'in. Dan ada diantara mereka
itu, yang telah membiasakan demikian, selama empatpuluh tahun. Berkata Abu
Thalib, bahwa diantara mereka itu, ialah Sa'id bin Al-Musayyab dari Madinah,
Shafan bin Salim dari Madinah, Fu-dlail bin 'Iyadl dari Mekkah, Wahib bin
Al-Ward dari Mekkah, Thaus dari Yaman, Wahab bin Munabbah dari Yaman,
Ar-Rabi'bin Khaitsam dari Kufah, Al-Hakam dari Kufah, Abu Sulaiman Ad-Darani
dari negeri
1. Dirawikan Muslim dari Jabir bin Abdullah.
|
Syam, Ali bin Bakar dari negeri Syam, Abu Abdillah
Al-Khawwash dari Al-Abbadi, Abu 'Ashim dari Al-Abbadi, Habib Abu Muhammad dari
Parsi, Abu Jar As-Salmani dari Parsi, Malik bin Dinar, dari Basrah, Sulaiman
At-Taimi, dari Basrah, Yazid Ar-Raqqasyi dari Basrah, Habib bin Abi Tsabit dari
Basrah, Yahya Al-Bakka' dari Basrah dan Kahmas bin Al-Manhal, dimana ia
mengkhatamkan Al-Qur'an dalam sebulan sembi-lanpuluh kali khatam. Dan apa yang
tidak dipahaminya, diulanginya dan dibacanya sekali lagi. Juga dari penduduk
Madinah, Abu Hazim dan Muhammad bin Al-Munkadir dalam golongan yang banyak
bilangannya. Tingkat kedua: bangun setengah malam. Dan ini tidak terhingga
jumlahnya, yang rajin melaksanakannya dari orang-orang salaf. Dan cara yang
terbaik mengenai ini, ialah tidur pada bahagian sepertiga pertama dari malam
dan perenam terakhir dari pada malam. Sehingga jatuh bangunnya itu
ditengah-malam dan pertengahan malam. Dan itu, adalah lebih utama. Tingkat
Ketiga: bangun sepertiga malam, Maka seyogialah tidur pada setengah malam
pertama dan perenam yang terakhir. Kesimpulan nya: tidur pada akhir malam itu,
amat disukai (disunatkan), karena menghilangkan ngantuk pada pagi hari. Mereka
itu tidak menyukai yang demikian dan menyedikitkan kuning muka serta kemasyhuran.
Kalau bangun bahagian terbanyak dari malam dan tidur pada waktu sahur, niscaya
sedikitlah kuning muka dan sedikitlah ngantuk. Berkata 'A'isyah r.a.:
"Adalah Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم, apabila mengerjakan witir pada akhir
malam, lalu apabila ia memerlukan kepada keluarganya, niscaya ia mendekati
mereka. Dan kalau tidak, maka ia berbaring pada tempat shalatnya (mushallanya),
sehingga datang kepadanya Bilal. Lalu disuruhnya adzan untuk shalat".
Berkata 'A'isyah r.a. pula: "Tiada aku
jumpai Rasulu'llah sesudah waktu sahur, melainkan tidur". Sehingga
berkata sebahagian salaf, bahwa tidur ini sebelum Shubuh, adalah sunat.
Diantara salaf yang mengatakan itu, ialah Abu Hurairah r.a. Dan tidur waktu
ini, menjadi sebab bagi terbuka kasyaf (al-mukasyafah) dan musyahadah dari
balik hijab yang ghaib. Dan itu, adalah bagi orang-orang yang mempunyai mata
hati (arbabi'l-qulub). Dan padanya terdapat istirahat, yang menolong kepada
Wirid Pertama dari wirid-wirid siang. Dan kepada bangun pertiga malam dari nishfu-a-khir
(setengah yang penghabisan dari malam).
Dan tidur bahagian perenam yang akhir dari malam,
adalah waktu bangun bagi Nabi Daud a.s.
Tingkat Keempat: ialah bangun seperenam atau seperlima dari malam. Dan yang lebih
utama, bahwa bangun itu adalah pada pertengahan yang penghabisan (nishfu akhir)
dan sebelum perenam yang penghabisan daripada malam.
Tingkat Kelima: bahwa tidak diperhatikan akan taqdir (apa yang terjadi dalam
perkembangan alam). Yang demikian itu, hanya mudah bagi Nabi yang memperoleh
wahyu.
Atau bagi orang yang mengetahui tempat-tempat
kedudukan bulan dan diwakilkannya untuk itu orang yang akan mengintip, yang
memperhatikannya dan yang akan membangunkan dia. Kemudian. kadang-kadang ia
bimbang pada malam-rnalam musim kabut. Tetapi ia bangun dari permulaan malam,
sampai kepada sudah mengantuk sekali.
Apabila sudab terbangun, lalu bangunlah mengerjakan
shalat dan apabila sudah mengantuk pula, lalu tidur kembali. Maka dalam
semalam, adalah dua kali tidur dan dua
kali bangun. Dan itu adalah dari penanggungan dimalam hari dan amalan yang
terberat dan lebih utama. Dan ini adalah dari budi pekerti Rasulu'llah( صلى الله عليه وسلم. (1.dan
jalan yang ditempuh oleh Ibnu 'Umar, para shahabat yang bercita tinggi dan
segolongan dari tabi'in. Direlai oleh Allah kiranya amal perbuatan mereka itu
semuanya!
Adalah sebahagian salaf berkata: itu adalah
permulaan tidur! Apabila aku terbangun.
kemudian aku kembali kepada tidur, maka tidaklah ditidurkan oleh Allah
mataku".
Adapun bangunnya Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم. tentang kadarnya, maka tidaklah diatas suatu
susunan. Tetapi kadang-kadang beliau bangun setengah malam atau dua pertiga
malam atau sepertiga atau seperenam malam, dimana yang demikian itu
berlain-lainan mengenai malam-maiamnya. Dibuktikan kepada itu oleh firman Allah
Ta'aia pada dua tempat dari surat Al-MuzzammiL
(Inna rabbika ya'Iamu annaka taquumu adnaamin
tsulutsiallaili wanis fahti wa tsuiuisahu).
Artinya: "Sesungguhnya Tuhan engkau itu
mengetahui. bahwa engkau bangun (mengerjakan shalat) kurang dari dua pertiga
malam, ada juga seperdua malam dan sepertiga nya" - ayat 20 dari
3. Al-Muzzammil. Maka kurang dari dua pertiga malam adalah seakan-akan seperdua
(1/2) malam tambah (--) seperduabelas (1/12) malam. (Hitungannya yaitu: dua
pertiga malam adalah - 8/12 malam dan1/2 malam + 1/12 malam - 7/12 malam. Jadi
kurang 1/12 malam. Pent).
Kalau firmanNya: wa nishfahu wa tsulutsahu
dibaris-bawahkan, yaitu. dibaca wa nishnhi wa tsulusihi niscaya menjadi
setengah dari dua-pertiga dan sepertiganya: Maka mendekati dari sepertiga dan
seperempat. Dan kalau dibaris-ataskan, niscaya menjadi: setengah malam (yaitu,
dibaca: nishfahu wa tsulutsahu).
Berkata A.isyah r.a.: "Adalah Nabi صلى الله عليه وسلم. bangun apabila ia mendengar kokok ayam". (2).
1. Dirawikan Abu Dawud dan At-Tirmiazi dari Ummi
Salmah.
|
2.Dirawikan Bukhari dan Muslim dari Aisyah
|
Dan ini adalah pada waktu seperenam malam atau lebih
kurang lagi. Dan diriwayatkan oleh bukan seorang, yang mengatakan: "Bahwa
aku memperhatikan shalat Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم.
dalam perjalanan diwaktu malam hari. Maka adalah ia tidur sebentar sesudah
'Isya, kemudian ia bangun. Lalu dilihatnya ketepi langit, seraya membaca:
ربنا ما
خلقت هذا باطلا (Rabbanaa
maa khalaqta haadzaa baathilaa.......(2).sampai kepada: إنك لا
تخلف الميعاد (Inaaka laa tukhlifu'l-mii'ad) (3). - S.
Ali 'Imran, ayat 191-192-193 dan 194.
Kemudian, diambilnya pelan-pelan dari tempat
tidurnya alat penggosok gigi, lalu beliau bersugi dan mengambil wudlu', serta
mengerjakan shalat. Sehingga aku berkata: "Beliau mengerjakan shalat
seperti lamanya beliau tidur". Kemudian beliau berbaring, sehingga
aku mengatakan: "Beliau tidur, seperti lamanya beliau mengerjakan
shalat. Kemudian beliau bangun, lalu membaca apa yang dibacanya pertama kali
dan berbuat apa yang diperbuatnya pertama kali dahulu".
Tingkat Keenam: yaitu yang paling sedikit, dimana ia
bangun mengerjakan shalat sekedar empat raka'at atau dua raka'at. Atau sukar ia
bersuci, maka lalu ia duduk menghadap qiblat, barang sesa'at, berdzikir dan
mendo'a.
Maka amalan yang tersebut, ditulis dalam jumlah
bangun mengerjakan shalat dimalam hari, dengan rahmat dan kurnia Allah. Dan
telah datang pada suatu hadits: "Bershalatlah dimalam hari walaupun
sekedar waktu memerah susu kambing". (4).
Inilah cara-cara pembahagian waktu! Maka hendaklah
seorang murid memilih untuk dirinya apa yang dipandangnya lebih mudah. Dan
dimana sulit baginya bangun pada tengah malam, maka tiada wajarlah ia
mele-ngahkan menghidupkannya diantara waktu Magrib dan 'Isya' dan wirid yang
ada sesudah shalat Tsya'. Kemudian bangunlah sebelum waktu Shubuh, yaitu: waktu
sahur. Sehingga tidak datang kepadanya waktu
1. Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah.
|
2. "Wahai Tuhan kami! Tidaklah Engkau jadikan
ini sia-sia".
|
3. Artinya: "Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi
janji"
|
4. Dirawikan Abu Yu'la dari Ibnu Abbas, hadits marfu!
|
Shubuh, dimana ia sedang tidur. Dan bangunlah pada
dua tepi malam. Dan inilah: Tingkat Ketujuh.
Manakala pandangan itu tertuju kepada kadar waktu,
maka susunan dari segala tingkat tadi, adalah menurut panjang dan pendeknya
waktu. Adapun pada tingkat kelima dan ketujuh, tidaklah dipandang padanya
kepada kadar waktunya. Maka tidaklah berlaku urusan keduanya mengenai terdahulu
dan terkemudian, menurut susunan yang tersebut diatas. Karena tingkat ketujuh,
tidaklah selain apa yang kami sebutkan pada tingkat ke-enam. Dan tidaklah
tingkat kelima selain apa yang kami sebutkan pada tingkat ke-empat.
PENJELASAN: tentang malam-malam dan hari-hari yang
utama.
Ketahuilah kiranya, bahwa malam-malam yang dikhususkan
dengan lebih keutamaannya, yang dikuatkan padanya sunat dihidupkan dengan
amalan, dalam setahun, adalah lima belas malam,dimana tidak wajarlah bagi murid
itu meialaikannya. Karena malam-malam tersebut adalah musim kebajikan dan
tempat-tempat yang memberatkan dugaan bahwa perniagaan disitu akan beruntung.
Manakala seorang saudagar melengahkan akan
musim-musim itu, niscaya ia tidak akan berlaba. Dan manakala seorang murid
melengahkan akan waktu-waktu yang utama, niscaya ia tidak akan memperoleh kemenangan.
Maka enam dari malam-malam tadi, ialah dalam bulan Ramadlan: lima pada
malam-malam yang ganjil dari sepuluh yang akhir. Karena padanya dicari
Lailatul-qadar. Dan satu malam lagi, malam tujuh belas Ramadlan. Yaitu: malam,
yang pada paginya Hari Al-Furqan (hari yang memisahkan antara yang hak dan yang
batil), hari bertemu dua golongan, dimana terjadi peperangan Badr pada hari
itu. Dan berkata Ibnu'z-Zubair:
"Dan itu adalah malam Lailatul-qadar".
Adapun sembilan malam lagi, maka yaitu: malam
pertama dari bulan Muharram, malam 'asyura', malam pertama dari bulan Rajab,
malam nishfu (malam lima belas) dari bulan Rajab dan malam dua puluh tujuh
Rajab, yaitu: malam Mi'raj. Dan pada malam duapuluh tujuh Rajab itu, ada shalat
yang dinukilkan. Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم "Bagi orang yang berbuat amalan pada malam ini,
memperoleh kebaikan seratus tahun". Maka barangsiapa mengerjakan shalat
pada malam ini duabelas raka'at dimana ia membaca pada tiap raka'atnya surat
Al-Fatihah dan satu surat dari Al-Qur'an, membaca tasyahhud pada tiap-tiap dua
raka'at dan memberi salam pada akhirnya. Kemudian membaca: "Subhaanallah
wa'l-hamduli'llaah wa laa ilaaha i'lla'liaah. wa'llaahu akbar" - seratus
kali. Kemudian membaca istighfar seratus kali, membaca selawat kepada Nabi صلى الله عليه وسلم seratus
kali, berdo'a untuk dirinya, dengan apa yang dikehendak-inya tentang urusan
dunia dan akhiratnya dan pada paginya ia berpuasa.
Maka sesungguhnya Allah mengabulkan do'anya
seluruhnya, kecuali ia mendo'a mengenai kema'siatan" (1).
Dan diantara malam yang sembilan tadi, yaitu: malam
pertengahan Sya'ban (malam nishfu Sya'ban). Pada malam ini, bershalat seratus
raka'at, dimana ia mcmbaca pada tiap-tiap raka'at sesudah surat Al-Fatihah,
akan surat Al-Ikhlash (surat Qul hua'Haau ahad) sepuluh kali. Mereka tidak
pernah meninggalkannya, sebagaimana telah kami bentangkan dahulu pada Shalat
Sunat.
Dan diantara malam yang sembilan tadi juga, ialah:
malam 'Arafah dan dua malam dua hari raya (malam hari raya puasa dan malam hari
raya hajji). Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم.: "Barangsiapa menghidupkan dua malam dua hari
raya, niscaya tidak mati hatinya pada hari mati segala hati". (2). Adapun hari-hari yang utama, maka adalah: sembilan
belas, yang disunatkan sambung-menyambung wirid padanya, yaitu: hari 'Arafah,
hari 'Asyura', hari duapuluh tujuh Rajab, yang mempunyai kemuliaan yang agung.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم. bersabda: "Barangsiapa berpuasa pada hari
duapuluh tujuh Rajab, niscaya dituliskan baginya puasa enampuluh bulan".
(3).
Yaitu: hari yang diturunkan oleh Allah padanya
Jibril a.s. kepada Muhammad صلى الله عليه وسلم. untuk menyampaikan risalah (berita kerasulan Nabi صلى الله عليه وسلم.). Diantara hari yang sembilan belas itu, ialah:
hari tujuh belas Ramadlan, yaitu: hari peristiwa perang Badar, hari Nishfu
Sya'ban, hari Jum'at dan dua hari raya. Dan hari-hari yang dimaklumi, yaitu:
sepuluh dari bulan Zulhijjah (sesudah dikurangi dengan hari 'Arafah dan hari
hajji, maka tinggal delapan hari lagi - Pent). Dan diantara hari yang sembilan
belas itu lagi, ialah: hari-hari yang terbilang, yaitu: hari-hari tasyriq (hari
11-12-13 dari bulan Zulhijjah).
Diriwayatkan oleh Anas dari Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم. bahwa beliau bersabda: "Apabila selamatlah
bulan Ramadlan, niscaya selamatlah tahun itu". Berkata sebahagian ulama:
"Barangsiapa mengerjakan pekerjaan pada lima hari didunia, niscaya tidak
memperoleh pekerjaan diakhirat". Yang dimaksudkan dengan hari-hari itu,
ialah dua hari raya, hari Jum'at, hari 'Arafah dan hari 'Asyura'.Dan dari
hari-hari yang utama dalam seminggu, ialah: hari Khamis dan hari Senin, dimana
pada kedua hari itu, diangkatkan segala amal-perbuat-an kepada Allah Ta'ala. Dan
telah kami sebutkan dahulu bulan-bulan dan hari-hari yang utama untuk berpuasa
pada Kitab Puasa. Maka tidaklah perlu lagi diulangi.
Wa'llahu A'lam! Allah yang Mahamengetahui! Diberi
rahmat kiranya oleh Allah kepada tiap-tiap hamba yang pilihan dari seluruh
alam!
1. Dirawikan Abu Abdillah dari Anas, hadits marfu!
|
2. Dirawikan Ibnu Majah dengan isnad dla'if, dari Abu
Amamah.
|
3. Dirawikan Abu Musa Al-Madini dari Abu Hurairah.
|
Telah sempurna kiranya Rubu' Pertama dari
"Kitab Ihya' Ulumi'-ddin" dan diiringi oleh 'Rubu' Kedua".
"Sesungguhnya hal yang demikian itu menjadi
pengajaran bagi siapa yang mempunyai hati (pengertian"). - S. Qaf, ayat 37.