Adab Berkasihan
KITAB "ADAB BERKASIH-KASIHAN, PERSAUDARAAN,
PERSHAHABATAN DAN PERGAULAN DENGAN SEGALA JENIS MANUSIA".
(Yaitu Kitab Keiima dan rubu' kedua dari Adat Kebiasaan).
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang menganugerahkan
dengan berlimpah-ruah kepada hamba-Nya yang pilihan, kerahmat an dan kenikmatan
dengan segala kehalusan penentuan. Yang men- jinakkan dengan berkasih-kasihan
diantara hati mereka, lalu jadilah mereka itu bersaudara dengan kenikmatan-Nya.
Yang mencabut kedengkian daripada mereka, lalu senantiasalah mereka itu di
dunia berteman dan bershahabat dan diakhirat berkawan dan bertaulan.
Selawat kepada Muhammad yang pilihan dan kepada keluarganya
serta para shahabatnya yang mengikuti dan menuruti jejaknya, dengan perkataan
dan perbuatan, dengan keadilan dan keikhsanan. Kemudian, sesungguhnya
berkasih-kasihan pada jalan Allah Ta'ala dan persaudaraan pada jalan agama-Nya,
adalah pendekatan diri yang paling utama kepada-Nya. Dan faedah yang paling
halus,yang diperoleh dari segala ketha'atan pada segala adat kebiasaan yang
berlaku.
Dan semuanya itu mempunyai syarat-syarat, di mana dengan
syarat- syarat itu, berhubunganlah segala yang bershahabat dengan orang- orang
yang dikasihinya pada jalan Allah Ta'ala. Dan pada syarat- syarat itu, terdapat
hak-hak, di mana dengan menjagakannya, bersihlah persaudaraan itu dari campuran
segala kekotoran dan gangguan sethan.
Maka dengan menegakkan hak-haknya itu, mendekatlah ia kepada
Allah dalam tingkatannya. Dan dengan menjaga hak-hak itu, terca- pailah derajat
yang tinggi.
Kami akan menerangkan segala maksud dari Kitab ini dalam tiga
bab :
Bab Pertama : tentang kelebihan berkasih-kasihan dan persaudaraan
pada jalan Allah Ta'ala, syarat-syarat, derajat-derajat dan faedah- faedahnya.
Bab Kedua : tentang hak-hak pershahabatan, adabnya, hakikat dan
segala keharusannya.
Bab Ketiga : tentang hak orang Muslim, keluarga, tetangga dan hamba
sahaya yang dimiliki dan cara bergaul dengan orang-orang yang memperoleh
pereobaan dengan sebab-sebab tersebut.
246
|
bab pertama.- Tentang kelebihan berkasih
sayang (ulfah) dan persaudaraan, mengenai syarat-syarat, derajat dan faedah-
faedahnya...
Kelebihan : berkasih-sayang dan persaudaraan :
Ketahuilah, bahwa berkasih-sayang, adalah buah kebaikan budi.
Dan bercerai-berai, adalah buah keburukan budi. Maka kebaikan budi itu
mengharuskan berkasih-kasihan, berjinak-jinakan hati dan penyesuaian paham. Dan
keburukan budi itu, membuahkan bermarah-marahan, berdengki-dengkian dan
belakang-membelakangi. Manakala yang mendatangkan buah itu terpuji, niscaya
buahnya adalah terpuji. Dan kebaikan budi itu, tidaklah tersembunyi pada agama
akan keiebihan dan keutamaannya. Dan kebaikan budi itulah yang dipujikan Allah
swt. akan Nabi-Nya, di mana Ia berfirman :
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
(Wa innaka la-'alaa khuluqin'adhiim).
Artinya: "Dan sesungguhnya engkau mempunyui
budi pekerti yang tinggi S. Al-Qalam, ayat 4.
Dan Nabi saw. bersabda :
أكثر ما يدخل الناس
الجنة تقوى الله وحسن الخلق
(Aktsaru maa yudkhilunnasal-jannata taqwallaahi wa
husnul-khuluq).
Artinya :Yang membanyakkan manusia masuk sorga, ialah
taqwa kepada Allah, dan kebaikan budi (1)
Usamah bin Syuraik berkata : "Kami bertanya : 'Wahai Rasulullah!
Apakah yang terbaik diberikan kepada manusia?'.
Nabi saw. menjawab : 'Budi yang baik' (2)
Nabi saw. menjawab : 'Budi yang baik' (2)
Nabi saw. bersabda :
بعثت لأتمم محاسن
الأخلاق
(Bu'itstu li-utammima mahaasi-nal akhlaaq).
Artinya: "Diutuskan aku untuk menyempurnahan kebaikan budi”(3)
Artinya: "Diutuskan aku untuk menyempurnahan kebaikan budi”(3)
(1)Dirawikan
Ai-Tirmidzi dan Al-Hakim dari Abu Hurairah. Kalanya : shahih isiiad.
|
(2)Dirawikan
Ibnu Majah dengan isnad shahih.
|
(3)
Dirawikan Ahmad, Al-Baihaqi dan Alhakim dari Abu Hurairah. Dan dipandang- nya
shahih.
|
247
|
Nabi saw. bersabda: "Yang terberat dari apa yang diletakkan
dalam al-mizan (timbangan amal), ialah budi yang baik (1)
Nabi saw. bersabda : "Tiada dibaguskan oleh Allah akan kejadian
dan budinya seseorang manusia, lalu dia itu dijadikan menjadi makanan
neraka(2)
Nabi saw. bersabda : "Hai Abu Hurairah Haruslah engkau berbaik
budi".
Lalu Abu Hurairah ra. bertanya : "Bagaimanakah budi
yang baik itu , wahai Rasulullah?". Nabi saw. menjawab :
تصل من قطعك
وتعفو عمن ظلمك وتعطي من حرمك رواه
البيهقي في الشعب من رواية الحسن
(Tashilu man qatha-'aka wa ta'fuu 'amman dhalamaka wa tu'thii
man haramaka).
Artinya
: "Engkau menyambung silaturrahmi dengan orang yang memutuskannya
dengan engkau, engkau ma'afkan orang yang berbuat dzalim kepada engkau dan
engkau memberikan kepada orang yang tidak mau memberikan kepada engkau (3)
Dan tidak tersembunyi lagi, bahwa buah kebaikan budi itu, ialah berkasih-sayang (ulfah) dan habisnya keliaran hati. Dan manakala baguslah yang mendatangkan buah, niscaya baguslah buahnya. Bagaimana tidak? Dan telah datang pujian kepada jiwa berkasih - sayang itu, lebih-lebih apabila ikatannya itu adalah : taqwa, agama, dan mencintai Allah, dari ayat-ayat, hadits-hadits dan atsar, di mana padanya cukup dan memuaskan penjelasannya.
Dan tidak tersembunyi lagi, bahwa buah kebaikan budi itu, ialah berkasih-sayang (ulfah) dan habisnya keliaran hati. Dan manakala baguslah yang mendatangkan buah, niscaya baguslah buahnya. Bagaimana tidak? Dan telah datang pujian kepada jiwa berkasih - sayang itu, lebih-lebih apabila ikatannya itu adalah : taqwa, agama, dan mencintai Allah, dari ayat-ayat, hadits-hadits dan atsar, di mana padanya cukup dan memuaskan penjelasannya.
Allah Ta'ala berfirman, untuk menjelaskan keagungan nikmat-Nya kepada
manusia dengan kenikmatan berjinak-jinakan hati: "Kalau kiranya
engkau belanjakan seluruh apa yang ada di bumi, niscaya engkau tidak juga dapat
menyatukan (menjinakkan) hati mereka, tetapi Allah menyatukan hati mereka S.
Al-Anfal, ayat 63.
Dan Allah berfirman : ’Maka dengan nikmat Allah, kamu menjadi bersaudara’’. S. Ali Imran, ayat 103.Artinya : dengan ulfah (berjinak-jinakan hati, berkasih sayang). Kemudian Allah Ta'ala mencela perpecahan dan memperingatkan supaya perpecahan itu ditinggalkan. Maka Maha Agunglah Ia yang berfirman :
1 )
Dirawikan Abu Dawud dan At-Tirmidzi dari Abid Darda'.Katanya : hadits baik
(hasan) dan shahih.
2) Dirawikan Ath-Thabtani dari Abu Hurairah. |
3)
Dirawikan Al-Baihaqi dari Al-Hasan dari Abu Hurairah.
|
248
|
وَاعْتَصِمُوا
بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ
عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ
بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ
فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ
تَهْتَدُونَ
(WaMashimuu bihablillaahi jamii-'an wa laa tafarraquu……sampai
akhir ayat 103 S. Ali Imran) .Artinya
: "Dan berpegang eratlah kamu sekalian dengan tali Allah (Agama
Allah) dan janganlah berpecah belah! Ingatilah kumia Allah kepada kamu, ketika
kamu dahulu bermusuh-musuhan, lalu diper satukannya hati kamu (dalam agama
Allah), sehingga dengan kurnia Allah itu, kamu menjadi bersaudara. Dan kamu
dahulu berada di tepi lobang neraka, maka dilepaskan-Nya kamu daripadanya.
Begitulah Allah menjelaskan keterangan-keterangan-Nya kepada kamu, supaya kamu
mendapat petunjuk S. Ali Imran, ayat 103.
Nabi saw. bersabda :
إن أقربكم مني مجلسا
أحاسنكم أخلاقا الموطئون أكنافا الذين يألفون ويؤلفون حديث إن أقربكم مني مجلسا
أحاسنكم أخلاقا الموطئون أكنافا الذين يألفون ويؤلفون رواه الطبراني في مكارم
الأخلاق من حديث جابر بسند ضعيف(Inna aqrabakum
minnii majlisan ahaasinukum akhlaaqan, al-mu- wath-thauuna aknaafan, alladziina
ya'lafuuna wayu'lafuun)- Artinya : Sesungguhnya yang terlebih dekat
kedudukanmu kepadaku ialah yang terbaik akhlaq (budi pekerti) daripada
kamu yang berkelakuan lemah lembut dari mereka, di mana mereka itu menji- nakkan
hati orang dan orang menjinakkan hati mereka(1)
Nabi saw. bersabda : "Orang mu'min itu, ialah yang menjinakkan
hati orang dan dijinakkan hatinya. Dan tiadalah kebajikan, pada orang yang
tidak menjinakkan dan tidak dijinakkan hatinya, Lalu Nabi saw,
bersabda tentang pujian kepada persaudaraan dalam agama :
"Barangsiapa dikehendaki oleh Allah kepadanya kebajikan, niscaya
dianugerahi-Nya kepadanya teman yang baik. Kalau ia lupa maka
teman itu yang memperingatinya. Dan jikalau ia teringat maka teman itu yang
menolongnya". (2)
Nabi saw. bersabda ; "Dua orang yang bersaudara itu, apabila berjumpa,
adalah seumpama dua tangan, yang satu membasuh yang lain. Dan tidaklah
sekali-kali dua orang mu'min itu bertemu melainkan
1.
Dirawikan AthThabrani dari Jabir dengan sanad dla'if,
|
2.Dirawikan
Ahmad dan AthThabrani dari Sahl bin Sa'ad dan AlHakim dari Abu Hurairah dan
dipandangnya shahih.
|
3.Hadits
ini tidak terkenal dengan susunan demikian kata Al-lraqi.
|
yang terkenal bunyinya yang dirawikan Abu Dawud dari 'A-isyah,
ialah "Apabila Allah menghendaki kebajikan pada seseorang amir (kepala
pemerintahan), niscaya dijadikan (dianugerahkan) kepadanya seorang wazir
(menteri) yang benar, Kalau ia lupa, maka wazir itu memperingatinya. Dan kalau
ia teringat, maka ditolongnya".diberi faedah oleh Allah dengan kebajikan akan salah seorang dari keduanya dari temannya'
249
|
Nabi saw, bersabda tentang mengajak kepada persaudaraan pada jalan
Allah : "Barangsiapa mempersaudarakan seseorang saudara pada jalan
Allah niscaya ia ditinggikan oleh Allah suatu tingkat dalam sorga, yang tiada
akan dicapainya dengan sesuatu dariamal per buatannya".
وقال أبو إدريس
الخولاني لمعاذ إني أحبك في الله فقال له أبشر ثم أبشر فإني سمعت رسول
الله صلى الله عليه وسلم يقول ينصب لطائفة من الناس كراسي حول العرش يوم
القيامة وجوههم كالقمر ليلة البدر يفزع الناس وهم لا يفزعون ويخاف الناس وهم لا
يخافون وهم أولياء الله الذين لا خوف عليهم ولاهم يحزنون فقيل من هؤلاء يا رسول
الله فقال هم المتحابون في الله تعالى حديث قال أبو إدريس الخولاني لمعاذ أني احبك
في الله فقال أبشر ثم أبشر فإني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول
تنصب لطائفة من الناس كراسي حول العرش يوم القيامة الحديث أخرجه أحمد و الحاكم في
حديث طويل أن أبا إدريس قال قلت و الله إني لأحبك في الله قال فأني سمعت رسول
الله صلى الله عليه وسلم يقول أن المتحابين بجلال الله في ظل عرشه يوم
لا ظل إلا ظله قال الحاكم صحيح على شرط الشيخين وهو عند الترمذي من رواية أبي مسلم
الخولاني عن معاذ بلفظ المتحابون في جلالى لهم منابر من نور يغبطهم النبيون و
الشهداء قال حديث حسن صحيح ولأحمد من حديث أبي مالك ألاشعري أن لله عبادا ليسوا
بأنبياء ولا شهداء يغبطهم الأنبياء و الشهداء على منازلهم وقربهم من الله الحديث
وفيه تحابوا في الله وتصافوا به يضع الله لهم يوم القيامة منابر من نور فتجعل
وجوههم نورا وثيابهم نورا يفزع الناس يوم القيامة ولا يفزعون وهم أولياء الله
الذين لا خوف عليهم ولا هم يحزنون وفيه شهر بن حوشب مختلف فيه ورواه أبو هريرة رضي
الله عنه و قال فيه أن حول العرش منابر من نور عليها قوم لباسهم نور ووجوههم نورا
ليسوا بأنبياء ولا شهداء يغبطهم النبيون و الشهداء فقالوا يا رسول الله صفهم لنا
فقال هم المتحابون في الله و المتجالسون في الله و المتزاورون في الله حديث أبي
هريرة إن حول العرش منابر من نور عليها قوم لباسهم نور ووجوههم نورا ليسوا بأنبياء
ولا شهداء الحديث أخرجه النسائي في سننه الكبرى و رجاله ثقات وقال صلى الله
عليه وسلم ما تحاب اثنان في الله إلا كان أحبهما إلى الله أشدهما حبا لصاحبه
حديث ما تحاب اثنان في الله إلا كان أحبهم إلى الله أشدهما حبا لصاحبه أخرجه ابن
حبان و الحاكم من حديث أنس و قال صحيح الإسناد ويقال أن الأخوين في الله إذا كان
أحدهما أعلى مقاما من الآخر رفع الآخر معه إلى مقامه وانه يلتحق به كما تلتحق
الذرية بالأبوين و الأهل بعضهم ببعض لان الأخوة إذا اكتسبت في الله لم تكن دون
أخوة الولادة قال عز وجل ألحقنا بهم ذرياتهم وما ألتناهم من عملهم من شيء
Abu ldris Al-Khaulani berkata kepada Mu'az : "Sesungguhnya aku
mencintai engkau pada jalan Allah. Maka menjawab Mu'az : "Gembiralah kamu
kiranya! Gembiralah kamu kiranya! Maka sesungguhnya aku mendengar Rasulullah
saw. bersabda : "Akan diletakkan untuk segolongan manusia, beberapa kursi
dikeliling 'Arasy pada hari qiamat, di mana wajah mereka itu seperti bulan pada
malam purnama raya, dimana manusia lain gentar dan mereka tidak gentar dan
manusia lain takut dan mereka tidak takut. Mereka itu ialah wali-wali Allah,
yang tak ada pada mereka ketakutan dan kegundahan ".
Lalu orang menanyakan : "Siapakah mereka itu wahai Rasulullah!'
Nabi saw. menjawab : "Mereka itu ialah orang-orang yang berkasih- kasihan pada
jalan Allah Ta'ala". Hadits ini diriwayatkan Abu Hurairah ra.
Dan Abu Hurairah ra. menerangkan, bahwa pada hadits itu
tersebut: "Sesungguhnya
dikeliling 'Arasy itu beberapa mimbar dari nur, di mana di atas mimbar itu
suatu kaum, pakaiannya nur dan wajahnya nur. Mereka itu bukanlah nabi-nabi dan
orang-orang syahid. Mereka itu disenangi oleh nabi-nabi dan orang-orang
syahid". Lalu para shahabat bertanya : "Wahai Rasulullah!
Terangkanlah kepada kami siapa mereka itu!".
Maka Nabi saw. menjawab : "Mereka itu adalah orang-orang yang berkasih-kasihan pada
jalan Allah, sama-sama duduk pada jalan Allah dan kunjung-mengunjungi pada
jalan Allah". (1)
Nabi saw. bersabda : "Tiadalah
berkasih-kasihan dua orang pada jalan Allah, melainkan yang lebih mencintai
Allah dari keduanya. Itulah yang paling mencintai temannya, dari keduanya
itu". (2) Dan dikatakan, bahwa dua orang bersaudara pada jalan
Allah itu, apabila seorang dari keduanya lebih tinggi kedudukannya dari yang
lain, niscaya ditinggikan oleh Allah yang lain itu bersamanya kepa da
kedudukannya. Dan yang lain itu akan menghubungi dengan dia, sebagaimana
keturunan menghubungi dengan dua ibu bapa dan keluarga, sebagiannya dengan
sebagian yang lain. Karena persaudaraan itu apabila diusahakan pada jalan
Allah, niscaya tidaklah ber kurang dari persaudaraan dengan kelahiran. Allah
Azza wa Jalla ber firman :
ألحقنا بهم
ذرياتهم وما ألتناهم من عملهم من شيء
(Alhaqnaa bihim dzurriyyatahum wamaa alatnaahum min 'amali-
him min syai-in).
Artinya : "Nanti mereka akan kami pertemukan dengan turunannya itu
dan tiada Kami kurangi amal mereka barang sedikitpun( S. Ath-Thur, ayat 21.)
(1)Dirawikan
AnNasa-i perawi-perawinya orang-orang kepercayaan.
|
(2)Dirawikan
Ibnu Hibban dan AlHakim dari Anas dan katanya shahih isnad
|
250
|
Nabi saw. bersabda : أن الله تعالى يقول حقت محبتي للذين يتزاورون من
أجلى وحقت محبتي للذين يتحابون من أجلي وحقت محبتي للذين يتباذلون من أجلي وحقت
محبتي للذين يتناصرون من أجلي "Sesungguhnya
Allah Ta'ala berfirman : 'Benarlah kesayangan-Ku kepada mereka yang kunjung-mengun jungi
dari karena-Ku. Dan benarlah kesayangan-Ku kepada mereka, yang berkasih-kasihan
dari karena-Ku. Dan benarlah kesayangan-Ku kepada mereka, yang beri-memberi,
dari karena-Ku. Dan benarlah kesayangan-Ku kepada mereka yang tolong-menolong
dari karena- Ku'" (1),
Nabi saw bersabda : إن الله تعالى
يقول يوم القيامة أين المتحابون بجلالي اليوم أظلهم في ظلي يوم لا ظل إلا ظلي ''Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman pada hari qiamat : Di manakah sekarang mereka, yang
berkasih-kasihan dengan sebab kebesaran-Ku? Pada hari ini, Aku naungi mereka
pada naungan-Ku, pada hari yang tidak ada naungan, selain naungan-Ku' (2)
Nabi saw. bersabda : "Tujuh orang yang dinaungi oleh Allah
pada naungan-Nya, pada hari yang tak ada naungan, selain dari naungan-
Nya : imam yang
adil, pemuda yang berkembang dalam ibadah kepada Allah, laki-laki yang hatinya
tersangkut di Masjid, apabila ia keluar dari Masjid, sehingga kembalilah ia ke
Masjid, dua orang laki-laki yang berkasih-kasihan pada jalan Allah, keduanya
berkum pul dan berpisah di atas yang demikian, laki-laki yang mengingati Allah
(berdzikir) pada tempat yang sunyi sepi lalu bergenanglah kedua matanya dengan
air mata, laki-laki yang dipanggil oleh wanita bangsawan dan cantik, lalu
menjawab : Aku takut kepada Allah Ta'ala dan laki-laki yang bersedekah
suatu sedekah, lalu menyembunyikannya, sehingga tiada diketahui oleh tangan
kirinyaapa yang diberikan oleh tangan kanannya". (3)
1.Dirawikan
Ahmad dan 'Amr bin 'Absah dan Iain-Iain.
|
2.Dirawikan
Muslim.
|
3.Dirawikan
AlBukhari dari Muslim dari Abu Hurairah.
|
251
|
Nabi saw. bersabda : "Tiadalah seorang laki-laki yang berkunjung
kepada seorang laki-laki pada jalan Allah, karena rindu kepadanya dan ingin
menjumpainya, melainkan ia dipanggil oleh Malaikat dari belakangnya dengan
kata-kata : 'Baiklah engkau kiranya, baiklah tempat jalannya engkau dan baiklah
sorga bagi engkau' (1)
Nabi saw. bersabda : "Bahwa seorang laki-laki berkunjung
(berziarah) kepada saudaranya pada jalan Allah. Maka Allah mengirimkan
kepadanya Malaikat, untuk menanyakan :'Kamu hendak kemana ?".
Laki-laki itu menjawab : "Mau mengunjungi
saudaraku si Anu".
Lalu Malaikat itu bertanya lagi: "Adakah keperluanmu
padanya?"
Laki-laki itu menjawab : "Tidak ada!".
Malaikat itu menyambung : "Karena
kefamiliankah diantara kamu dan dia?"
Laki-laki itu menyahut: "Tidak!".
Malaikat itu bertanya lagi: "Apakah disebabkan
nikmat pemberiannya kepadamu?".
Laki-laki itu menjawab : "Tidak!".
Malaikat itu bertanya pula : "Kalau begitu,
apakah sebabnya?". Laki-laki itu menjawab : "Aku mencintainya pada
jalan Allah".
Lalu Malaikat itu menyambung : "Sesungguhnya Allah Ta'ala
telah mengutus aku kepadamu untuk menerangkan, bahwa Dia mencintai- mu, karena
cintamu kepada-Nya. Dan telah diharuskan-Nya sorga untukmu". (2)
Nabi saw. bersabda :
أوثق عرى الإيمان الحب في الله و البغض في الله
أوثق عرى الإيمان الحب في الله و البغض في الله
(Autsaqu 'ural iimaanil hubbu fillaahi wal bughdlu
fillaahi).Artinya : "Yang
terlebih kokoh perpegangan tali iman, ialah kasih- sayang pada jalan Allah dan
marah pada jalan Allah". (3)
Maka karena inilah, harus bagi seseorang mempunyai musuh yang
dimarahinya pada jalan Allah, sebagaimana ia mempunyai teman dan saudara yang
dicintainya pada jalan Allah.
ويروي أن الله
تعالى أوحى إلى نبي من الأنبياء أما زهدك في الدنيا فقد تعجلت الراحة وأما انقطاعك
إلى فقد تعززت بي ولكن هل عاديت في عدوا أو هل و اليت في ولياDiriwayatkan, bahwa Allah
Ta'ala menurunkan wahyu kepada seorang dari nabi-nabi, dengan firman-Nya :"Adapun
zuhudmu di dunia (bencimu kepada dunia), maka telah menyegerakan kamu
beristirahat. Adapun putusmu dari dunia, karena beribadah kepadaKu, maka
sesungguhnya kamu telah memperoleh kemuliaan dengan Aku. Tetapi adakah kamu
bermusuh pada jalan-Ku akan seseorang musuh?Atau adakah kamu berkasih-sayang
pada jalan-Ku dengan seseorang kekasih-Ku
(1)Dirawikan
Ibnu 'Uda dari Anas.
|
(2)Dirawikan
Muslim dan Abu Hurairah.
|
(3)Diriwayatkan
Ahmad dari Al-Barra' bin 'Azib dan Al-Kharaithi dari Ibnu Mas'ud, dengan
sanad dla’if.
|
252
|
Nabi saw. bersabda :
اللهم لا تجعل لفاجر
علي منة فترزقه مني محبة
(AUaahumma laa taj-'al lifaajirin 'alayya minnatan fa
tarzuquhu minnii mahabbah).
Artinya : "Wahai Allah Tuhanku, Janganlah kiranya Engkau menjadikan
nikmat kepunyaan orang dzalim kepadaku, lalu Engkau anugerahkan kecintaanku
kepadanya". (1)
Diriwayatkan,
bahwa Allah Ta'ala menurunkan wahyu kepada Isa as. dengan firman-Nya : "Jikalau engkau mengerjakan
ibadah kepada-Ku, dengan ibadah penduduk langit dan bumi dan tidak ada
kecintaan pada jalan Allah dan tidak ada kemarahan pada jalan Allah, niscaya
tidaklah yang demikian itu mencukupkan akan sesuatu pada engkau
Isa as. bersabda : "Berkasih-sayanglah kamu pada jalan Allah, dengan
kemarahan orang-orang yang berbuat ma'siat! Mendekat diri- lah kamu kepada
Allah, dengan menjauhkan diri dari mereka! Dan carilah kerelaan Allah dengan
kemarahan mereka".
Para shahabat Isa as. bertanya: "Wahai
kekasih Allah! Maka dengan siapakah kami duduk-duduk?".
Isa as. menjawab : "Duduklah kamu dengan orang, yang dengan melihatnya,
mengingatkan kamu kepada Allah, dengan orang, yang dengan perkataannya
menambahkan amalanmu dan dengan orang, yang dengan amalannya menggemarkan kamu
kepada akhirat".
Diriwayatkan dalam berita-berita zaman dahulu, bahwa Allah
Azza wa Jalla menurunkan wahyu kepada Musa as. dengan firman-Nya : Wahai Ibnu Imran!
Hendaklah kamu waspada dan tariklah saudara-saudara itu untuk dirimu Tiap-tiap
teman dan shahabat yang tidak dan menolong engkau kepada kesukaan-Ku, maka itu
adalah musuh- mu"
Allah Ta'ala menurunkan wahyu kepada Dawud as. dengan firman
Nya :
"Wahai Dawud! Mengapakah Aku melihat engkau tercampak sendirian Dawud
as. menjawab : "Wahai Tuhanku! Aku benci kepada makhluk dari
karena Engkau".
(1) Hadits
ini telah diterangkan dahulu.
|
253
|
Maka Allah berfirman : "Wahai Dawud! Hendaklah engkau waspada dan tariklah
teman-teman itu untuk dirimu! Dan tiap-tiap teman yang tiada sesuai dengan
engkau kepada kesukaan-Ku, maka janganlah engkau berteman dengan dia! Karena
dia musuhmu yang mengesatkan hatimu dan menjauhkan kamu daripada-Ku".
Tersebut pada akhbar (berita-berita) Dawud as. bahwa Dawud
as. bertanya kepada Allah : "Wahai Tuhanku! Bagaimanakah supaya aku disukai
oleh semua manusia dan aku selamat mengenai sesuatu antaraku dan Engkau?".
Allah Ta'ala menjawab : "Bergaullah dengan manusia menurut akhlaq mereka! Dan
berbuat baiklah mengenai sesuatu antara Aku dan engkau ‘
Dan pada setengah akhbar tersebut : "Ber-akhlaqlah
dengan penduduk dunia dengan akhlaq dunia dan berakhlaqlah dengan penduduk
akhirat dengan akhlaq akhirat!".
Nabi
saw. bersabda :
إن أحبكم إلى الله
الذين يألفون ويؤلفون وإن أبغضكم إلى الله المشاءون بالنميمة لمفرقون بين
الإخوان
(Inna ahabbakum ilallaahil ladziina ya'-lafuuna wa
yu'-lafuuna, wa inna abghadlakumul-masysyaa-uuna binnamiimatil mufarriquuna
bainal ikhwaan).Artinya : "Yang amat dikasihi diantara kamu oleh Allah, ialah mereka
yang menjinakkan hati orang lain dan yang dijinakkan hatinya oleh orang lain.
Dan yang amat dimarahi diantara kamu oleh Allah, ialah orang-orang yang
menyiarkan khabar fitnah, yang mencerai- beraikan diantara sesama saudara"
(1)
Nabi saw. bersabda : "Sesungguhnya Allah mempunyai
Malaikat, setengahnya dari api dan setengahnya dari salju, di mana Malaikat itu
berdo'a :'Wahai Allah Tuhanku! Sebagaimana Engkau jinakkan antara salju dan
api, maka demikian pula, jinakkanlah antara hati segala hamba-Mu yang shalih
" (2)
Dan Nabi saw. bersabda pula : ‘’Tiada diadakan oleh
seorang hamba, akan persaudaraan pada jalan Allah, melainkan diadakan oleh
Allah untuknya, suatu tingkat dalam sorga". (3)
(1)Dirawikan
Ath-Thabrani dari Abu Hurairah dingan sanad dia'if.
|
(2)Dirawikan
Abusy-Syaikh Ibnu hibban dari Mu*adz bin Jabal dengan sanad dia'if.
|
(3)Dirawikan
Ibnu Abid-Dun-ya dari Anas.
|
254
|
Nabi saw. bersabda : "Mereka yang berkasih-kasihan pada jalan
Allah, adalah di atas suatu tiang dari mutiara yaqut yang merah. Pada puncak
tiang itu tujuh puluh ribu kamar. Mereka itu menoleh kepada penduduk sorga,
yang kebagusan mereka, memberi cahaya kepada penduduk sorga itu, sebagaimana
matahari memberi cahaya kepada penduduk dunia, Maka berkatalah penduduk sorga :
Pergilah kepada kami, supaya kami melihat kepada orang-orang yang
berkasih-kasihan pada jalan Allah! Lalu kebagusan mereka menyi narkan penduduk
sorga, sebagaimana matahari menyinarkan. Pada mereka, kain sutera hijau, yang
tertulis pada dahi mereka : 'Orang- orang yang berkasih-kasihan pada jalan
Allah' ". (1)
Menurut atsar, diantara lain, 'Ali ra. berkata :
"Haruslah kamu bersaudara (berteman)! Karena teman-teman itu adalah alat
(media) di dunia dan di akhirat. Apakah kamu tidak mendengar ucapan penduduk
neraka :
وَلا صَدِيقٍ
حَمِيمٍ, فَمَا لَنَا مِنْ
شَافِعِينَ
(Famaa lanaa min syaa-fi-'iina, walaa shadiiqin
hamiim).Artinya : "Bahwa kami tiada mempunyai orang-orang yang
akan menolong. Dan tiada mempunyai teman yang setia!". S. Asy-Syu'ara',
ayat 100 -101.
'Abdullah bin 'Umar ra. berkata : "Demi Allah!
Jikalau aku ber puasa siang, di mana aku tiada berbuka padanya dan aku
bershalat malam, di mana aku tiada tidur padanya dan aku belanjakan harta- ku
yang baik-baik pada jalan Allah, maka aku mati pada hari aku mati dan tidak ada
dalam hatiku kecintaan kepada orang-orang yang mentha'ati Allah dan kemarahan
kepada orang-orang yang mendur- hakai Allah, niscaya tiadalah bermanfa'at
kepadaku sedikitpun dari yang demikian itu".
Ibnus Sammak mendo'a ketika akan meninggal : "Wahai Allah
Tuhanku! Sesungguhnya Engkau mengetahui, bahwa aku, apabila mendurhakai Engkau,
maka aku adalah mencintai orang yang mentha'ati Engkau. Maka jadikanlah yang
demikian itu, mendekatkan aku kepada Engkau!".
Al-Hasan berkata sebaliknya : "Wahai anak Adam!
Janganlah kamu terperdaya dengan perkataan orang yang mengatakan : 'Manusia itu
bersama orang yang dikasihinya'. Karena engkau tiada akan memperoleh derajat
orang baik-baik, kecuali dengan beramal segala amal-amal mereka. Sesungguhnya orang
Yahudi dan orang Nasrani, adalah mencintai nabi-nabinya dan tidaklah mereka itu
bersama nabi-nabi- nya
(1)
Dirawikan Al-Tirmidzi dari Ibnu Ma stud dengan sanad dia'if.
|
255
|
Dan ini menunjukkan, bahwa semata-mata demikian, tanpa bersesuaian pada sebahagian perbuatan atau seluruhnya, niscaya tidaklah bermanfaat.
Al-Fudlail berkata pada sebahagian perkataannya : "Wah,
kamu ingin menempati sorga Firdaus dan mendekati Tuhan Yang Maha Pengasih pada
rumah-Nya, bersama nabi-nabi, orang-orang shiddiq, orang-orang syahid dan
orang-orang shalih. Dengan amal apakah yang engkau kerjakan?
Dengan syahwat apakah yang engkau tinggalkan?
Dengan kemarahan apakah yang engkau tahan kemarahan itu?
Dengan silaturrahmi manakah yang telah putus, engkau
sambungkan?
Dengan kesalahan manakah bagi saudaramu, yang telah engkau
ampunkan?
Dengan yang dekat manakah, yang telah engkau jauhkan pada
jalan Allah?
Dan dengan yang jauh manakah, yang telah engkau dekatkan pada
jalan Allah?".
Diriwayatkan bahwa Allah Ta'ala menurunkan wahyu kepada Musa
as. dengan firman-Nya "Adakah engkau berbuat amal semata- mata
bagi-Ku”?
Musa as. menjawab : "Wahai Tuhanku! Sesungguhnya aku mengerjakan
shalat bagi-Mu, berpuasa, bersedekah dan berzakat".
Maka Allah Ta'ala berfirman : "Sesungguhnya
shalat bagimu itu suatu dalil. Puasa itu suatu benteng. Sedekah itu suatu
naungan. Dan zakat itu suatu nur. Maka amal manakah yang engkau perbuat
untuk-Ku”
Musa mendo'a : "Wahai Tuhanku! Tunjukilah aku akan amal yang
untuk-Mu?".
Tuhan berfirman : "Wahai Musa, Adakah engkau berteman untuk-
Kusaja teman itu? Dan adakah engkau bermusuh pada jalan-Ku saja musuh itu”
Maka tahulah Musa, bahwa amal yang paling utama, ialah mencintai
pada jalan Allah dan memarahi pada jalan Allah.
Ibnu Mas'ud ra. berkata : "Jikalau adalah
seorang laki-laki berdiri mengerjakan shalat antara ar-rukn (sudut Ka'bah) dan
Al-Maqam (Maqam Ibrahim dekat Ka'bah). Ia beribadah kepada Allah selama tujuh
puluh tahun. Niscaya ia dibangkitkan oleh Allah pada hari qiamat, bersama orang
yang dikasihinya".
Al-Hasan ra. berkata : "Memutuskan silaturrahmi dengan orang
fasiq, adalah pendekatan diri kepada Allah".
256
|
Seorang laki-laki* berkata kepada Muhammad bin Wasi' :
"Sesungguhnya aku mencintai engkau pada jalan Allah".
Maka menjawab Muhammad bin Wasi': "Engkau dicintai
Allah, di mana engkau mencintai aku karena-Nya". Kemudian Muhammad bin
Wasi' memalingkan wajahnya dan mendo'a : "Wahai Allah Tuhanku!
Sesungguhnya aku berlindung dengan Engkau, bahwa aku mencintai pada jalan
Engkau, sedang Engkau memarahi aku".
Seorang laki-laki masuk ke tempat Dawud Ath-Tha-i. Lalu Dawud
bertanya kepadanya : "Apakah hajatmu?".
Laki-laki itu menjawab : "Mengunjungi engkau".
Maka Dawud menyambung : "Adapun engkau sesungguhnya, telah
berbuat kebajikan, ketika berkunjung kemari. Tetapi perhatikanlah, apa yang
menimpa kepada diriku, apabila orang menanyakan kepadaku : "Siapakah
engkau, maka dikunjungi? Adakah termasuk orang zahid engkau ini? "Tidak
demi Allah!". Adakah termasuk orang 'abid engkau ini? "Tidak, demi
Allah!". Adakah termasuk orang shalih engkau ini? "Tidak, demi
Allah!". Kemudian, beliau tujukan untuk menjelekkan dirinya sendiri, dengan
mengatakan : "Adalah aku pada waktu muda dahulu, seorang yang fasiq. Maka
tatkala aku telah tua, lalu aku menjadi seorang yang ria. Demi Allah, orang
yang ria itu adalah lebih jahat daripada orang yang fasiq".
'Umar ra. berkata : "Apabila seorang kamu memperoleh kesayangan dari
sudaranya, maka hendaklah ia berpegang teguh dengan kesayangan itu. Amat
sedikitlah orang yang memperoleh demikian".
Mujahid berkata : "Orang-orang yang berkasih-kasihan pada jalan
Allah, apabila beijumpa, lalu mengerutkan muka satu sama lain. Berguguranlah
segala kesalahan dari mereka, sebagaimana bergu- guran daun kayu pada musim
dingin, apabila daun kayu itu telah kering".
Al-Fudlail berkata : "Pandangan seseorang kepada wajah saudara- nya
(temannya) dengan kecintaan dan kesayangan, adalah ibadah".
Next