Bahaya Lidah (3)
PENJELASAN: batas fitnah dan apa yang harus
diperbuat pada penolakannya.
Ketahuilah, bahwa nama namimah (fitnah) itu,
sesungguhnya ditujukan pada umumnya, kepada orang yang menyampaikan kata orang
lain kepada orang yang diperkatakannya. Seperti engkau mengatakan: "Si
Anu mengatakan tentang engkau demikian dan demikian". Dan namimah
itu tidak khusus dengan begitu saja. Akan tetapi batasnya, ialah: menyingkapkan
apa yang tidak disukai menyingkapkannya. Sama saja ketidak-sukaan itu oleh
orang yang diambil berita dari padanya atau oleh orang yang disampaikan berita
kepadanya. Ataupun oleh orang ketiga. Dan sama saja penying- kapan itu dengan
perkataan atau dengan isyarai. Dan sama saja yang dipindahkan (yang
disampaikan) itu, terdiri dari perbuatan atau perkataan. Dan sama saja yang
demikian itu, suatu hal yang memalukan dan yang mengurangkan pada diri orang
yang diambil berita daripadanya atau tidak. Tetapi, hakikat namimah itu, ialah:
menyiarkan rahasia dan merusak tirai, dari apa yang tidak disukai
menyingkapkannya. Bahkan tiap-tiap yang dilihat oleh orang banyak tentang
keadaan orang lain, yang termasuk tidak disukai, maka sayogialah didiamkan
(tidak diperkatakan). Kecuali tentang cerita yang berfaedah bagi orang muslim
atau menolak maksiat. Seperti: apabila ia melihat orang mengambil harta orang
lain, maka haruslah ia naik
120
|
saksi, untuk menjaga hak orang yang
dinaik-saksikan baginya. Adapun, apabila ia melihat seseorang menyembunyikan
harta kepunyaan- nya, lalu ia sebutkan yang demikian kepada orang Iain, maka
itu namimah namanya dan menyiarkan rahasia orang. Jikalau yang di-namimah-kannya
itu suatu kekurangan dan memalukan bagi orang yang diceriterakan, maka ia telah
mengumpulkan antara umpatan dan namimah. Maka yang menggerakkan orang berbuat
fitnah, adakalanya dengan maksud jahat terhadap orang yang diceritakannya.
Atau untuk melahirkan kasih sayang kepada orang yang diceriterakan kepadanya.
Atau untuk kesenangan dengan pembicaraan itu dan memasuki perbuatan yang
sia-sia dan batil.
Setiap orang yang disampaikan kepadanya namimah
dan dikatakan kepadanya: bahwa si Anu mengatakan tentang engkau demikian atau
ia berbuat pada hak engkau demikian atau ia menyusun rencana untuk merusakkan
urusan engkau atau pada mencari kesesuaian dengan musuh engkau atau menjelekkan
keadaan engkau atau hal-hal yang seperti demikian, maka diatas orang tersebut,
enam keadaan:-
Pertama: bahwa ia tidak membenarkan penyampai berita itu. Karena pembuat
fitnah (nammam) itu orang fasik. Dan orang fasik ditolak kesaksiannya.
Allah Ta'ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
(Ya Ayyuhal-ladziina aamanuu, in jaa-akum
faasiqun bi-naba-in, fa ta- bayya-nuu an tushiibuu qauman bi-jahaalatin, fa
tush-bihuu alaa maa fa - 'altum naadimiin).Artinya: "Hai orang-orang
yang beriman ! Kalau datang kepada kamu orang jahat membawa berita, periksalah
dengan seksama, supaya kamu jangan sampai mencelakakan suatu kaum dengan tiada
diketahui, kemudian kamu menyesal atas perbuatanmu itu".S.AI-Hujarat,
ayat 6.
Kedua: bahwa ia melarang penyampai berita itu
dari yang demikian. Dan menasehatinya dan menjelekkan perbuatannya.
Allah Ta'ala berfirman:-
وأمر
بالمعروف وانه عن المنكر
(Wa'mur bilma'ruufi wanha 'anil-munkar).
Artinya: "Suruhlah mengerjakan yang baik,
cegahlah dari perbuatan yang buruk".S.Luqman, ayat 17.
Ketiga: bahwa ia memarahi penyampai berita itu pada jalan Allah Ta'ala.
Karena penyampai berita tersebut kena marah pada sisi Allah Ta'ala. Dan
haruslah memarahi orang yang dimarahi oleh Allah Ta'ala. Keempat: bahwa engkau
tidak menyangka jahat kepada saudara engkau yang jauh, karena firman Allah
Ta'ala:-
121
|
الرابع أن
لا تظن بأخيك الغائب السوء لقول الله تعالى اجتنبوا كثيرا من الظن إن بعض الظن إثم
الخامس أن لا يحملك ما حكى لك على التجسس والبحث لتحقق اتباعا لقول الله تعالى ولا
تجسسوا السادس أن لا ترضى لنفسك ما نهيت النمام عنه ولا تحكي
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman ! Jauhilah kebanyakan
purbasangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa
'.".S.Al- Hujurat, ayat 12.
Kelima: bahwa tidak akan membawa engkau, oleh apa yang
diceritakan kepada engkau, kepada memata-matai dan menyelidiki, supaya engkau
memperoleh hakikat yang sebenarnya, karena mengikuti firman Allah
ولا تجسسوا
(Wa Iaa tajassasuu)
Artinya: "Dan janganlah mencari-cari keburukan orang (memata-matai dan
menyelidiki keburukan orang)".S.Al-Hujurat, ayat 12.
Keenam: bahwa engkau tidak menyenangi bagi diri engkau
sendiri, apa yang engkau larang tukang fitnah daripadanya. Dan engkau tidak
akan menceriterakan fitnahnya, dengan mengatakan: si Anu telah menceriterakan
kepadaku, demikian, demikian. Lalu engkau dengan itu, menjadi tukang fitnah
dan pengumpat. Kadang-kadang engkau telah berbuat, akan apa yang engkau larang.
Diriwayatkan dari 'Umar bin Abdul-'aziz r.a.,
bahwa seorang laki-laki datang kepadanya. Lalu orang itu menerangkan sesuatu
tentang orang lain. Maka 'Umar berkata kepadanya: "Kalau engkau mau, maka
kami akan memperhatikan tentang keadaanmu. Kalau engkau dusta, maka engkau
termasuk orang yang disebut pada ayat ini:-
إن جاءكم فاسق بنبإ فتبينوا
(In jaa-akum faasiqun bi-nabaa-in, fa
tabayyanuu).
Artinya: Kalau datang kepada kamu orang jahat
membawa berita, periksalah dengan seksama !".S.Al-Hu jurat, ayat 6.
Dan kalau engkau benar, maka engkau termasuk
orang yang disebut pada ayat ini:-
هماز مشاء بنميم
Hammaazin, masysyaa-in bi namiim).
Artinya: "Suka mencela, berjalan membuat
hasung dan fitnah".S.Al-Qa- lam, ayat 11.
Kalau engkau kehendaki. niscaya kami ma'afkan
engkau". Lalu laki-laki itu menjawab: "Ma'af wahai Amirul-mu'minin.
Dan aku tidak akan mengulangi lagi untuk selama-lamanya".
122.
|
Diceriterakan, bahwa salah seorang filosuf
dikunjungi oleh sebahagian teman-temannya. Lalu teman tersebut mengabarkan
kepadanya, tentang sebahagian terman-temannya. Maka filosuf tersebut berkata
kepada temannya yang berkunjung: "Engkau telah terlambat berkunjung.
Dan engkau membawa tiga penganiayaan: engkau marahkan saudaraku kepadaku,
engkau pekerjakan hatiku yang kosong dan engkau tuduhkan diri engkau yang dapat
dipercayai".
Diriwayatkan, bahwa Sulaiman bin Abdulmalik
sedang duduk dan disam- pingnya Az-Zuhri. Maka datang kepadanya seorang
laki-laki. Maka Sulaiman berkata kepada laki-laki itu: "Telah sampai
berita kepadaku, bahwa engkau memperkatakan tentang aku dan engkau katakan
demikian, demikian
Orang tadi lalu menjawab: "Aku tidak
berbuat dan tidak mengatakan yang demikian".
Maka menjawab Sulaiman: "Bahwa yang
menceriterakan kepadaku itu o- rang benar".
Lalu berkata Az-Zuhri kepada Sulaiman:
"Rembawa fitnah (nammaam) itu tidaklah orang benar".
Maka Sulaiman menjawab: "Benar engkau
!".
Kemudian, Sulaiman berkata kepada laki-laki
itu: "Pergilah dengan sela-
AI-Hasan Al-Bashari berkata: "Barangsiapa membawa fitnah kepada engkau,
niscaya ia akan membawa fitnah terhadap engkau". Ini mengisyaratkan, bahwa
pembawa fitnah itu sayogialah dimarahi. Dan tidak dipercayai perkataannya. Dan
tidak dengan sedekahnya. Bagaimana ia tidak dimarahi, sedang ia tidak"
terlepas dari kedustaan, pengumpatan, penyalahan janji, khianat, iri hati,
dengki, nifaq, perusakan diantara ma- nusia dan penipuan. Dan orang itu termasuk
orang yang berasaha memotong, apa yang disuruh oleh Allah disambungkan. Dan
mereka membuat kerusakan di bumi.
Allah Ta'ala berfirman:-
(Innamas-sabiilu alal-ladziina
yadh-limuunan-naasa wa yab-ghuuna fil-ardli bi-ghairil-haqqi).Artinya:
"Hanyalah ada jalan untuk (menyalahkan) orang-orang yang meIakukan
kesalahan (keaniayaan) terhadap manusia dan melanggar aturan dimuka bumi ini,
tiada menurut kebenaran".S.Sy-Syura, ayat 42. Dan pembawa fitnah (nammaam)
itu termasuk diantara mereka.
123.
|
Nabi صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
bersabda:
إن من شرار الناس من اتقاه الناس لشره
(Inna min syiraarinnaasi
maiiit-taqaahunnaasu-li-syarrih).Artinya: "Sesungguhnya termasuk manusia
yang terjahat, ialah orang yang ditakuti manusia karena jahatnya".(1).
Dan pembawa fitnah (nammaam) itu termasuk
diantara mereka. Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. bersabda:
لا يدخل الجنة قاطع قيل وما القاطع قال قاطع بين الناس
(Laa yad-khulul-jannata qaathi'un-Qiila-wa
mal-qaathi'u? Qaala-qaathi'un bainan-naas).
Artinya: "Tiada akan masuk sorga, pemotong
".-Lalu ditanyakan: "Apakah yang dimaksud dengan pemotong itu?".
Lalu Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. menjawab: "Pemotong diantara sesama
manusia".(2).
Yaitu: nammaam (pembawa fitnah), Dan ada yang
mengatakan: pemotong silaturrahim.
Diriwayatkan dari Ali r.a., bahwa seorang
laki-laki datang kepadanya ber sama-sama dengan seorang laki-laki lain.
Lalu Ali r.a. berkata kepadanya: "Hai
saudara ini! Kami akan bertanya tentang apa yang engkau katakan. Kalau engkau
benar, niscaya kami memarahi engkau. Dan kalau engkau dusta, niscaya kami siksa
engkau. Dan kalau engkau kehendaki supaya kami mema'afkan engkau, maka kami
akan mema'afkan engkau". Lalu laki-laki tersebut menjawab: "Ma'afkan
aku, wahai Amirul-mu'minin !"
Ditanyakan kepada Muhammad bin Ka'ab Al-Qurdhi
(golongan Tabi'iin yang terpercaya) r.a.: "Perkara manakah bagi orang mu'min yang lebih merendahkan
darajatnya ?".
Muhammad bin Ka'ab r.a. lalu menjawab: "Banyak perkataan, membuka rahasia dan
menerima perkataan setiap orang".
Seorang laki-laki berkata kepada Abdullah bin
'Amir bin Rabi'ah dan ia a- dalah amir negeri Basrah: "Sampai kepadaku,
bahwa si Anu memberita- hukan kepada amir, bahwa aku mertyebutnya jahat".
Lalu Abdullah bin 'Amir menjawab: "Sesungguhnya benarlah yang demikian".
Laki-laki tersebut menyambung:
"Terangkanlah kepadaku apa katanya kepada engkau, sehingga aku lahirkan
kedustaannya pada engkau!" Abdullah bin 'Amir menjawab: "Aku tidak
suka mencaci diriku dengan lidahku. Dan cukuplah, bahwa aku tidak membenarkannya
apa yang dika- takannya. Dan aku tidak memutuskan hubungan (silaturrahim)
dengan engkau".
Dan disebutkan as-si'ayah (fitnah) pada
sebagian orang-orang shalih. Lalu
(1) Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari
'Aisyah r.a.
|
(2) Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari Jubair
bin Muth'im.
|
124.
|
Orang shalih itu menjawab: "Apa sangkaanmu terhadap suatu kaum
(golongan), dimana kebenaran itu dipuji pada tiap-tiap golongan manusia, se
lain dari mereka ?".
Mas'ab bin Az-Zubair berkata: "Kami melihat, bahwa menerima as-si'ayah
itu lebih jahat dari as-si'ayah. Karena as-si'ayah itu sua'u petunjuk. Dan
menerimanya itu suatu balasan (ijazah). Dan tidaklah ore rig yang menunjukkan
atas sesuatu, lalu menceriterakannya, seperti orang yang menerimanya dan
membalasnya. Maka jagalah dirimu dari orang yang membawa as-si'ayah! Kalau ia
benar pada perkataannya, niscaya ia tercela pada kebenarannya, dimana ia tidak
menjaga kehormatan dan tidak menutup hal yang memalukan ('aurat)".
As-si'ayah,
ialah: namimah (fitnah). Hanya
bila namimah itu ditujukan kepada pihak orang yang ditakuti (seperti kepada
pembesar negeri), maka dinamakan: as-si'ayah.
Nabi صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
bersabda:
الساعي بالناس إلى الناس لغير رشدة
(As-saa'ii bin naasi ilan-naasi laghairu
risydatin).
Artinya: "Orang yang membawa as-si'ayah
(fitnah) dari orang keorang, sesungguhnya tidaklah orang itu diatas jalan yang
benar". Yaitu: tidaklah orang itu anak halal.
Seorang laki-laki masuk ketempat Sulaiman bin
Abdulmalik bin Marwan. Lalu meminta izin berbicara. Ia berkata: "Aku akan
berbicara dengan engkau, wahai Amirul-mukminin, suatu pembicaraan. Maka
tanggungkanlah, walau pun engkau tidak menyukainya. Karena dibalik perkataan
itu, ada yang engkau sukai, kalau engkau menerimanya !". Lalu Sulaiman
menjawab: "Katakanlah !".
Maka laki-laki itu berkata: "Wahai
Amirul-mukminin ! Sesungguhnya telah dikelilingi engkau oleh orang-orang yang
membeli dunia engkau dengan agama mereka dan kerelaan engkau dengan kemarahan
Tuhan mereka. Mereka takut akan engkau mengenai Allah. Dan mereka tiada takut
akan Allah mengenai engkau. Maka janganlah engkau merasa aman pada mereka,
terhadap apa yang diamanahkan oleh Allah pada engkau! Dan janganlah engkau
serahkan kepada mereka, apa yang disuruh pelihara oleh Allah pada engkau!
Sesungguhnya mereka tidak berhenti menghina ummat, menyianyiakan amanah,
memotong dan membinasakan perangai-perangai mulia. Pendekatan mereka yang
tertinggi, ialah: kezaliman dan fitnah. Jalan mereka yang termulia, ialah:
pengumpatan dan pencacian. Engkau bertanggung jawab dari perbuatan mereka yang
berdosa, sedang mereka tidak bertanggung jawab dari perbuatan engkau yang
berdosa. Maka tidaklah ba- ik dunia mereka dengan kerusakan akhirat engkau.
Sesungguhnya penipuan manusia yang terbesar pada berjual-beli, ialah: orang
yang menjual akhiratnya dengan dunia orang lain.
125.
|
Seorang laki-laki berjalan dengan Ziad AI-A'jam
ke tempat Sulaiman bin Abdulmalik. Lalu Sulaiman mengumpulkan diantara kedua
orang tadi untuk memperoleh kesepakatan. Maka Ziad berhadapan dengan laki-laki
tadi, seraya bermadah:-
Engkau adalah manusia,
kalau aku mempercayai engkau,
lalu dengan sembunyi engkau berkhianat,
dan
adakalanya engkau berkata suatu perkataan, tanpa ilmu
Maka
engkau termasuk diantara urusan, yang ada diantara kita, Seakan-akan diantara
pengkhianatan dan dosa
Seorang laki-laki berkata kepada 'Amr bin
'Ubaid At-Tamimi: "Bahwa su- ku Uswari senantiasa menyebutkan engkau jahat
dalam ceritera- ceriteranya".
Lalu 'Amr menjawab kepada laki-laki tersebut:
"Hai saudara ini ! Engkau tidak menjaga hak duduk-duduk orang laki-laki,
dimana engkau bawa kepada kami pembicaraannya. Engkau tidak menunaikan hak ku,
ketika engkau memberi-tahukan kepadaku.
Tentang saudaraku, perihal yang tiada aku
sukai. Akan tetapi, beritahukanlah kepadanya, bahwa maut itu meratai kita,
kubur mencampurkan kita dan kiamat mengumpulkan kita. Dan Allah Ta'ala
menghukum diantara kita. Dan DIAlah hakim yang maha-baik".
Sebagian pembawa as-si'ayah (fitnah)
menyampaikan kepada Ash-Shahib bin 'Ubbad secarik kertas, dimana diberi-tahukan
padanya, tentang harta anak yatim, yang membawanya kepada mengambil harta itu,
karena banyaknya. Lalu Ash-Shahib menulis diatas belakang kertas tadi:
"As-si'ayah itu keji, walau pun benar. Kalau engkau lakukan sebagai
nasehat, maka kerugian engkau lebih utama padanya daripada keuntungan. Kita
berlin- dung pada Allah, bahwa kita menerima barang yang koyak dalam keadaan
tertutup. Kalau tidaklah engkau dalam kawalan ketuaan engkau, niscaya kami akan
berhadapan dengan engkau, menurut apa yang dikehendaki oleh perbuatan engkau,
dalam keadaan seperti engkau. Maka jagalah, hai yang terkutuk dengan kekurangan
! Sesungguhnya Allah maha-tahu akan yang ghaib. Orang yang sudah mati, kiranya
diberi rahmat oleh Allah. Anak yatim, kiranya ditutup kekurangannya oleh Allah.
Harta kiranya diberi ha- silnya oleh Allah. Dan orang yang berbuat as-si'ayah
(fitnah), kiranya di- dikutuk oleh Allah".
Lukman berkata kepada anaknya: "Hai anakku
! Aku wasiatkan engkau dengan sifat-sifat, jikalau engkau berpegang teguh
dengan sifat-sifat tersebut,
126.
|
niscaya engkau senantiasa menjadi kepala
diantara teman-teman engkau, La- pangkanlah budi-pekerti engkau kepada orang
dekat dan orang jauh Pegangkanlah
kebodohan engkau dari orang rnulia dan orang tercela Jagalah teman-teman
engkau, sambunglah silaturrahim dengan kerabat-kerabat engkau ! Amankanlah
mereka daripada menerima perkataan pembawa fitnah atau mendengar orang zalim,
yang menghendaki kerusakan engkau dan ber- maksud menipu engkau ! Dan hendaklah
teman-teman engkau itu, orang-orang, apabila engkau berpisah dengan mereka dan
mereka berpisah dengan engkau, niscaya engkau tidak memalukan mereka dan mereka
tidak mema- lukan engkau".
Setengah mereka berkata: "Fitnah itu ditegakkan diatas kedustaan,
kedengkian dan kemunafikan. Dan ketiga hal ini adalah tungku dapur
kehinaan".
Dan setengah mereka berkata: "Jikalau benarlah apa yang disampaikan
oleh tukang fitnah kepada engkau, niscaya adalah ia orang yang berani memaki
engkau. Dan orang yang diambil berita fitnah daripadanya, adalah lebih utama
dengan kasih-sayang engkau. Karena dia tidak berhadapan dengan engkau, dengan
memaki engkau".
Kesimpulannya, kejahatan pembawa fitnah itu
besar. Sayogialah dijaga daripadanya. Hammad bin Salmah berkata: "Seorang
laki-laki menjual budaknya dan ia mengatakan kepada pembeli: "Tiada
kekurangan apa-apa pada budak ini, selain berbuat fitnah (namimah).
Pembeli itu menjawab: "Aku sudah setuju membelinya". Lalu
dibelinya. Sesudah budak itu tinggal beberapa hari pada pembeli itu, Kemudian
ia berkata kepada isteri tuannya: "Bahwa tuanku tidak mencintai engkau. Ia
bermaksud berbuat-buat kemurahan hati kepada engkau. Maka ambillah pisau cukur
dan cukurlah bulu kuduknya beberapa helai ketika ia tidur. Sehingga membawanya
pagi diatas keadaan yang demikian. Maka ia akan ' mencintai engkau".
Kemudian, ia berkata kepada suami (tuannya): "Bahwa isteri tuan hamba
sudah mengambil teman lain. Ia bermaksud mejnbunuh tuan hamba. Maka
pura-puralah tidur, sehingga tuan hamba akan mengetahui yang demikian".
Lalu suami. itu pura-pura tidur. Maka datanglah isterinya dengan pisau.cukui.
Lalu suami itu menyangka bahwa isterinya maumembunuhnya. Maka ia bangun, lalu
dibunuhnya isterinya. Maka datanglah famili perempuan itu. Lalu mereka membunuh
suami tersebut dan terjadilah peperangan diantara ke- dua kabilah itu (kabilah
isteri dan kabilah suami). Kita bermohon pada Allah Ta'ala akan taufiq yang
baik!
127
|
BAHAYA KETUJUHBELAS:
perkataan orang yang berlidak dua, yang
bulak-balik di antara dua orang yang bermusuhan.
Dan masing-masing dari dua orang tersebut,
berkata dengan perkataan yang bersesuaian dengan perkataan orang tadi.
Dan sedikitlah terlepas orang yang menyaksikan
dua orang yang bermu- suhan, dari yang demikian. Dan itulah kemunafikan yang
sebenarnya ! 'Ammar bin Yasir berkata: "Rasulu'llah صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
bersabda:-
من كان له وجهان في الدنيا كان له لسانان من نار يوم
القيامة
(Man kaana lahu wajhaani fid-dun-ya kaana lahu
lisaanaani min naarin yau- mal-qiyaamati),Artinya: "Barangsiapa mempunyai
dua muka di dunia, niscaya mempunyai dua lidah dari api neraka, pada hari
kiamat".(1). Abu Hurairah berkata: "Rasulu'llah صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
bersabda:
تجدون من شر عباد الله يوم القيامة ذا الوجهين الذي
يأتي هؤلاء
(Tajiduuna min syarri ibaadil-laahi
yanmal-qiyaamati, dzal-wajhainil-la- dzii ya'tii haa-ulaa-i bi-hadiitsin wa
haa-ulaa-i bi-hadiitsin-wa fii laf-dhin aa- khara-al-ladzii ya'tii haa-ulaa-i bi-wajhin
wa haa ulaa-i bi- wajhin). Artinya: "Akan kamu dapati diantara
hamba-hamba Allah yang jahat pada hari kiamat, orang yang bermuka dua, yang
mendatangi mereka ini dengan suatu pembicaraan dan mereka itu dengan suatu
pembicaraan". Dan menurut bunyi yang lain: "Yang mendatangi mereka
ini dengan suatu muka dan mereka itu dengn suatu muka".(2).
Abu Hurairah berkata: "Tiada sayogialah orang yang bermuka dua
itu, bahwa ia orang yang dipercayai pada sisi Allah".
Malik bin Dinar berkata: "Aku membaca dalam
Taurat: "Rusaklah ama- nah, dimana seorang laki-laki serta temannya,
dengan dua bibir yang ber- lainan. Dibinasakan oleh Allah Ta'ala pada hari
kiamat, tiap-tiap yang ber- bibir dua yang berlainan'\
(1) Dirawikan Al-Bukhari dan Abu Daud dari
'Ammar bin Yasir.
|
(2) Dirawikan Al-Bukhari-dan Muslim dari Abu
Harairah.
|
128.
|
Nabi صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
bersabda:
أبغض خليقة الله إلى الله يوم القيامة
الكذابون والمستكبرون والذين يكثرون البغضاء لإخوانهم في صدورهم فإذا لقوهم تملقوا
لهم والذين إذا دعوا إلى الله ورسوله كانوا بطاء وإذا دعوا إلى الشيطان وأمره
كانوا سراعا
(Ab-ghadlu khaliiqatil-laahi ilal-laahi
yaumal-qiyaamatil-kadz-dzaa-buuna wal mustak-biruuna wal-ladziina
yuk-tsiruunal-bagh-dlaa-a li ikh-waanihim fii shuduurihim, fa idzaa laquuhum
tamallaquu lahum, wal ladziina idzaa du'uu ilal-laahi wa ra suulihi, kaanuu
buthaa-an wa idzaa du-'uu ilasy-syai- thaani wa amrihi kaa-nuu
sira-'aa).Artinya: "Makhluk Allah yang amat dimarahi oleh Allah pada
hari kiamat,ialah: orang-orang pendusta, orang-orang sombong dan mereka yang
membanyakkan kemarahan dalam dadanya kepada temannya. Apabila mereka bertemu
dengan temannya, niscaya mereka berminyak-minyak air. Dan mereka, apabila
dipanggil kepada jalan Allah dan Rasul-Nya, niscaya mereka itu lambat. Dan
apabila dipanggil kepada (jalan) setan dan urusannya niscaya mereka itu cepat".(l).
Ibnu Mas'ud berkata: "Jangan adalah seseorang kamu itu imma'ah
!". Mereka lalu bertanya: "Apakah imma'ah itu ?". Ibnu Mas'ud
menjawab: "Orang yang bersikap menurut angin". Mereka (para
orang-orang sufi) sepakat, bahwa pertemuan dua orang dengan dua muka, itu
nifaq (suatu kemunafikan). Dan nifaq itu mempunyai banyak tanda. Dan yang tadi
itu, termasuk dalam jumlahnya. Diriwayatkan, bahwa seorang laki-laki dari
sahabat Rasulu'llah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. meninggal. Lalu Hudzaifah tidak bershalat jenazah kepadanya.
Maka 'Umar r.a. bertanya kepada Hudzaifah: "Seorang laki-laki dari sahabat
Rasulu'llah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. meninggal dan engkau tidak bershalat kepadanya". Maka
Hudzaifah menjawab: "Wahai Amirul-mu'minin! Karena dia termasuk orang
munafik".
Lalu Umar menjawab: "Demi Allah ! Aku
minta tolong padamu, apakah aku ini termasuk diantara mereka atau tidak
?".
Hudzaifah menjawab: "Allahumma (ya Allah,
ya Tuhanku) ! Tidak ! Dan aku tidak merasa aman daripadanya seseorang, sesudah
engkau". Kalau anda bertanya: "Dengan apakah orang menjadi berdua
lidah dan apa batasnya yang demikian?".
Aku menjawab, bahwa apabila orang itu masuk ke
tempat dua orang yang bermusuhan dan ia bersikap mujamalah (berbuat-buat baik)
terhadap masing-masing dari dua orang tadi dan benar dalam hal itu, niscaya ia
bukan orang munafik dan bukan orang berlidah dua. Karena seseorang kadang-
kadang berbuat-buat persaudaraan terhadap dua orang yang bermusuhan. Tetapi
persandaran yang lemah itu tidak sampai kepada batas al-ukhuwwah (persaudaraan
yang sebenarnya). Karena kalau sebenarnyalah tercipta persaudaraan, niscaya
akan membawa kepada permusuhan dengan musuhnya, sebagaimana telah kami sebutkan
pada "Kitab Adab Bersahabat Dan Bersaudara".
Benar, kalau dibawa perkataan masing-masing
dari dua orang itu kepada yang lain, maka itu berdua lidah namanya. Dan itu
lebih jahat dari namimah (fitnah). Karena ia telah menjadi tukang fitnah
(nammam), dengan membawa saja perkataan dari salah satu kedua pihak. Maka
apabila dibawa dari kedua pihak, maka itu lebih jahat dari nammam (pembawa
fitnah). Kalau ia tidak membawa perkataan, akan tetapi ia membaguskan permu
suhan bagi masing-masing dua orang tersebut serta temannya, maka in! berdua
lidah-namanya.
(1) Menurut Al-'Iraqi (yang
memberi komentar terhadap hadits-hadits yang terdapat dalam Ihya'), bahwa ia
tidak pemah menjumpai hadits ini dalam kitab-kitab hadits.
|
129.
|
Begitu pula, apabila ia berjanji kepada
masing-masing dari keduanya, bahwa ia akan menolongnya. Begitu pula, apabila ia
memuji kepada masing-masing dari keduanya, pada permusuhannya. Dan begitu pula,
apabila ia memuji salah seorang dari keduanya dan apabila ia keluar dari yang
seorang itu, lalu dieacinya. Maka itu berdua lidah namanya. Akan tetapi,
seyogialah ia berdiam diri atau rnemujikan yang benar dari kedua orang yang
bermusuhan itu. Dan ia memujikannya dibelakangnya, dihadapannya dan dihadapan
musuhnya.
Ditanyakan kepada Ibnu 'Umar r.a.:
"Sesungguhnya kami masuk ketempat amir-amir kami. Lalu kami mengatakan
sesuatu perkataan. Maka apabila kami keluar, lalu kami katakan perkataan yang
lain". Maka Ibnu 'Umar r.a. menjawab: "Kami hitung perbuatan tersebut
nifaq pada masa Rasulu'llah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.".
Dan ini adalah nifaq, walaupun ia tidak
memerlukan masuk ke tempat a- mir dan memujikannya.
Kalau ia tidak memerlukan masuk, akan tetapi
apabila ia masuk, niscaya ia takut kalau ia tidak memujikannya, maka itu adalah
nifaq. Karena ia membuat dirinya memerlukan kepada demikian. Kalau ia tidak
memerlukan masuk, jikalau ia cukupkan dengan yang sedikit dan ia meninggalkan
harta dan kemegahan, lalu ia masuk karena pentingnya kemegahan dan ke- kayaan
dan ia memuji-muji disitu, maka orang itu adalah munafiq. Dan inilah artinya
sabda Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.:-
حب المال والجاه ينبتان النفاق في القلب كما ينبت
الماء البقل
(hubbul-maali wal-jaahi yunbitaanin-nifaaqa
fil-qalbi ka maa yunbitul-maa- ulbaqla),
Artinya: "Cinta harta dan kemegahan itu
menumbuhkan nifaq dalam hati, sebagaimana air menumbuhkan
sayur-sayuran".(l).
Karena ia memerlukan kepada amir-amir itu dan
kepada menjaga mereka dan memperlihatkan yang baik (berbuat ria) kepada mereka.
Apabila ia mendapat percobaan karena sesuatu kepentingan dan ia takut, kalau ia
tidak memuji, maka itu dima'afkan. Karena menjaga diri dari kejahatan itu
diperbolehkan. Abud-Darda' r.a. berkata: "Kami sesungguhnya melahirkan
kesukaan dihadapan kaum-kaum itu dan sesungguhnya hati kami mengutuki
mereka".
'Aisyah r.a. berkata: "Seorang laki-laki
meminta izin masuk ketempat Rasulu'llah صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Lalu Rasulu'llah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. menjawab: "Izinkanlah ia masuk ! Orang yang paling jahat
dari kaum itu, ialah: dia". Kemudian, tatkala orang itu sudah masuk, maka
(1) Dirawikan Abu Mansur
Ad-Dailami dari Abi Hurairah dengan sanad dla'if.
|
130.
|
Rasulu'llah صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
berlemah-lembut perkataan dengan dia. Setelah orang itu keluar, lalu aku
bertanya: "Wahai Rasulu'llah ! Engkau telah mengatakan kepada orang tadi,
apa yang telah engkau katakan. Kemudian, engkau berlemah-lembut perkataan
dengan dia".
Maka Rasulu'llah s,a.w. menjawab:
يا عائشة إن شر الناس الذي يكرم اتقاء شره
(Yaa-'Aa-isyatu, inna syarran-naasil-Iadzii
yukramut-tiqaa-a syarrih). Artinya: "Hai 'Aisyah! Sesungguhnya
manusia yang paling jahat, ialah orang yang dimuliakan, karena menjaga
kejahatannya".(l). Akan tetapi, yang tersebut itu berkenaan pada
penerimaan tamu, pada melahirkan kesukaan dimuka dan pada tersenyum. Adapun
pujian, maka itu adalah kedustaan yang tegas. Dan tidak dibolehkan, kecuali
karena darurat atau karena paksaan yang membolehkan dusta dari paksaan yang
seperti itu, sebagaimana telah kami sebutkan pada "Bahaya Dusta".
Akan tetapi; tidak dibolehkan pujian, pembenaran dan penggerakan kepala pada
penun- jukan penetapan atas tiap-tiap perkataan batil.
Kalau diperbuatnya demikian, maka orang itu
munafiq. Akan tetapi, sayogialah ditantang. Kalau ia tidak sanggup, maka ia
diam dengan lidahnya dan ia menantang dengan hatinya.
BAHAYA KEDELAPANBELAS: pujian.
Pujian itu dilarang pada sebahagian tempat.
Adapun cacian, maka itu pengumpatan dan makian.Dan telah kami sebutkan
hukumnya.
Masuk pada pujian enam bahaya. Empat pada si
pemuji dan dua pada si terpuji.
Adapun si pemuji, maka bahaya yang pertama,
ialah: kadang-kadang ia berlebih-Iebihan memuji. Lalu berkesudahan kepada
dusta. Khalid bin Mi' dan berkata: "Barangsiapa memuji penguasa
(pemerintah) atau seseorang, dengan hal yang tiada sebenamya, dimuka orang
banyak, niscaya ia di- bangkitkan oleh Allah pada hari kiamat, jatuh
tersungkur, disebabkan lidahnya".
Bahaya yang kedua: ialah, kadang-kadang ia
kemasukan ria. Karena dengan pujian itu melahirkan kecintaan. Kadang-kadang
kecintaan itu, tidaklah isi hatinya. Dan tidak menjadi keyakinannya, semua
yang dikata- kannya. Maka dengan demikian, ia menjadi orang ria yang munafik.
Bahaya yang ketiga: ialah, kadang-kadang dikatakannya apa yang tidak di-
periksakannya (di tahqiqkannya). Dan ia tidak mempunyai jalan kepada
penyelidikan itu. Diriwayatkan, bahwa: seorang laki-laki memuji laki-laki
(1) Dirawikan AlBukhari dan
Muslim dari 'Aisyah.
|
lain dihadapan Nabi صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ..
Lalu beliau صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. menjawab:
ويحك قطعت عنق صاحبك لو سمعها ما أفلح ثم قال إن كان
أحدكم لا بد مادحا أخاه فليقل أحسب فلانا ولا أزكي على الله أحد حسيبه الله إن كان
يرى أنه كذلك
(Waihaka, qatha'ta 'unuqa shaahibika lau
sami'ahaa maa aflaha-tsumma qaala-in kaana ahadukum laa budda maadihan akhaahu,
fal yaqul: ahsabu fulaanan wa laa uzakkii 'alal-laahi ahadan, hasiibuhuLlaahu
in kaana yaraa thnahu kadzaalika).Artinya: "Kasihan engkau ! Telah
engkau potong leher teman engkau. Kalau didengarnya, niscaya ia tidak
memperoleh kemenangan". Kemudian, Rasulu'llah صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
menyambung: "Kalau ada seseorang kamu, tak dapat tidak, harus memuji
temannya, maka hendaklah ia mengatakan: "Aku me- nyangka si Anu dan aku
tidak mensucikan seseorang terhadap Allah. Mencukupilah Allah baginya, jikalau
Allah melihat bahwa dia itu seperti yang demikian". (1).
Bahaya ini berjalan kepada pujian dengan
sifat-sifat mutlak, yang dikenal dengan dalil-dalil (keterangan-keterangan).
Seperti katanya: bahwa dia itu orang taqwa, wara', zuhud, baik dan lain-lain
sebagainya. Adapun, apabila ia mengatakan: aku melihatnya mengerjakan shalat di
ma- lam hari, bersedekah dan mengerjakan hajji, maka ini adalah hal-hal yang
diyakini.
Diantara yang demikian, katanya: bahwa orang
itu adil dan menyenang- kan. Bahwa yang demikian ini, adalah hal yang
tersembunyi. Maka tidak sayogialah menetapkan perkataan itu padanya, kecuali
sesudah percobaan yang mendalam,'Umar r.a. mendengar seorang laki-laki memuji
laki-laki lain. Lalu beliau menjawab: "Adakah engkau bermusafir bersama
orang itu ?". Laki-laki pemuji tadi menjawab: "Tidak !".
'Umar bertanya lagi: "Adakah engkau
bergaul dengan dia dalam berjual- beli dan pergaulan lainnya ?". Laki-laki
itu menjawab: "Tidak !".
'Umar menyambung lagi: "Apakah engkau
tetangganya pada pagi hari dan sorenya ?"
Orang itu menjawab: "Tidak !".
Lalu 'Umar r.a. berkata: "Wa'llahi, demi
Allah, yang tiada disembah, se- lain DIA! Aku tidak berpendapat, bahwa engkau mengenalinya".
Bahaya yang keempat: bahwa ia kadang-kadang membuat kegembiraan orang yang
dipuji, pada hal orang itu zalim atau fasik (jahat). Dan yang demikian itu
tidak dibolehkan. Rasulu'llah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, bersabda:-
(1) Dirawikan-Al-Bukhari dan Muslim dari Abi
Bakrah.
|
132.
|
إن الله تعالى يغضب إذا مدح الفاسق
(Inna'llaaha Ta'aalaa yagh-dlabu idzaa
mudihal-faasiqu).
Artinya: "Sesungguhnya Allah Ta'ala marah,
apabila orang fasik itu dipuji"-(1).
AI-Hasan Al-Bashari r.a. berkata: "Barangsiapa
berdo'a untuk orang zalim, dengan panjang umumya, maka sesungguhnya ia menyukai
orang zalim itu berbuat maksiat kepada Allah Ta'ala dimuka bumiNya". Orang
zalim yang fasik, sayogialah dicaci, supaya ia berduka-cita. Dan tidaklah
dipuji supaya ia bergembira.
Adapun si terpuji, maka membawa melarat
kepadanya dari dua segi:- Salah satu daripadanya, ialah: bahwa pujian itu
mendatangkan kesombongan dan kebanggaan pada si terpuji. Dan dua sifat ini
adalah sifat yang membinasakan. Al-Hasan Al-Bashari berkata: "Adalah 'Umar
r.a. duduk dan padanya cemeti kulit, sedang orang banyak di kelilingnya,
tatkala AI- Jarud bin Al-Munzir datang menghadap. Lalu seorang laki-laki dari
yang hadlir berkata: "Ini kepala suku Rabi'ah!".
Perkataan tersebut didengar oleh 'Umar dan
orang-orang dikelilingnya. Dan didengar pula oleh Al-Jarud sendiri. Maka ketika
Al-Jarud dekat dengan 'Umar, lalu 'Umar memukulnya dengan cemeti kulit tadi.
Al-Jarud menjawab: "Apakah kiranya antara aku dan engkau, wahai Ami-
rul-mu'minin ?".
'Umar r.a. menjawab: "Ada apa antara aku
dan engkau ? Apakah engkau tidak mendengar kata orang itu tadi ?".
Al-Jarud menjawab: "Aku dengar perkataan
itu dari mulutnya". Lalu 'Umar r.a. menyambung: "Aku takut bahwa
sesuatu dari perkataan itu akan bercampur dengan hatimu. Maka aku menyukai,
bahwa menundukkan kepalamu". Yang kedua: apabila dipuji dengan kebaikan,
niscaya ia bergembira dan menjadi lemah (dari kesungguhan untuk berbakti). Dan
merasa senang dengan diri sendiri.
Orang yang menyombongkan dirinya, niscaya
sedikitlah kesungguhannya beribadah.
Sesungguhnya yang raj in beramal, ialah orang
yang melihat dirinya teledor. Adapun apabila telah lancarlah lidah memujinya,
niscaya ia menyangka, bahwa ia telah memperoleh kedudukan tinggi. Dan karena
inilah, Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. bersabda: "Telah engkau potong leher teman engkau.
Jikalau didengarnya, niscaya ia tidak memperoleh kemenangan".(2). Nabi صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
bersabda:
1. Dirawikan Ibnu-Dunya dan
Al-Baihaqi dari Anas, hadits dla'if.
|
2. Hadits ini telah
diterangkan di atas, serta dengan tuiisan Arabnya.
|
133.
|
إذا مدحت أخاك في وجهه فكأنما أمررت على حلقه موسى
وميضا
(Idzaa madahta akhaaka fii wajhihi,
faka-annamaa amrarta 'a!aa halqihi muusaa wamiidlaa).
Artinya: "Apabila engkau memuji teman
engkau dimukanya, maka seolaholah engkau telah melalukan pisau cukur yang tajam
atas urat lehernya".(l). –
Nabi صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
bersabda pula terhadap orang yang memuji seseorang: "Engkau sembelih orang
itu, niscaya engkau disembelih oleh Allah". (2).
Mathraf bin Abdullah Al-Bashari (seorang 'abid
yang kepercayaan) berkata: "Tidak sekali-kali aku mendengar pujian dan
sanjungan, kecuali aku merasa hina kepada diriku sendiri".
Ziad bin Abi Muslim berkata: "Tiada
seseorang yang mendengar ianjungan atau pujian kepadanya, melainkan setan
membuatnva menjadi ria. Tetapi orang mu'min surut kembali".
Lalu Ibnul-Mubarak berkata: "Sesungguhnya
benarlah kedua perkataan tadi. Adapun yang disebutkan oleh Ziad, maka itu
adalah hati orang awwam. Dan yang disebutkan oleh Mathraf, maka itu adalah hati
orang khajvwash (orang-orang tertentu). Nabi صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
bersabda:-
(Lau masyaa rajulun ilaa rajulin bi sikkiinin
murhafin, kaana khairan lahuu min an yusniya 'alaihi fii wajhihi).Artinya:
"Jikalau berjalanlah seorang laki-laki kepada laki-laki yang lain, dengan
membawa pisau tipis tajam, niscaya adalah lebih baik baginya da- ripada
memujinya dimukanya". (3).
'Umar r.a. berkata: "Pujian itu ialah:
penyembelihan". Yang demikian, disebabkan karena yang dipuji itu, ialah:
orang yang lesu (malas) daripada bekerja. Dan pujian itu mengharuskan kelesuan.
Atau, karena pujian itu mempusakai keangkuhan dan kesombongan. Dan dua sifat
ini membina- sakan, seperti: penyembelihan. Maka karena itulah, diserupakan
pujian dengan penyembelihan.
Kalau selamatlah pujian itu dari bahaya-bahaya
ini, pada pihak si pemuji dan si terpuji, niscaya tiada mengapalah pujian itu.
Bahkan, kadang-kadang pujian itu disunatkan. Dan karena itulah, Rasulu'llah صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
memuji sahahabatnya, seraya beliau bersabda:
(1) Diriwayatkan Ibnui-Mubarak dari Yahya bin
Jabir, hadits mursal.
|
(2) Menurut Al-'Iraq dia tidak pernah
sekali-kali menjumpai hadits ini.
|
(3) Kata Al-'Iraqi, ia belum pernah menjumpai
hadits ini.
|
134.
|
لو وزن إيمان أبي بكر بإيمان العالم لرجح
(Lau wuzina iimaanu
Abiibakrin bi-iimaanil-'alaa-miina larajaha)
Artinya: "Jikalau ditimbang iman Abubakar
dengan iman alam ini, sesungguhnya lebih berat iman Abubakar".(1).
Nabi صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
bersabda terhadap 'Umar r.a.:
عمر لو لم أبعث لبعثت يا عمر
(Lau lam
ub'ats labu'its-ta yaa 'Umar).
Artinya: "Jikalau aku tidak diutus menjadi
rasul, niscaya engkau diutus, hai'Umar".(2).
Manakah pujian lagi yang melebihi ini ? Tetapi
Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. berkata diatas kebenaran dan penglihatan mata hati. Dan adalah
para shahabat r.a. itu berkedudukan mulia, tidak akan membawakan mereka oleh
yang demikian, kepada kesombongan, kebanggaan dan kelesuan bekerja. Akan
tetapi, pujian orang akan dirinya itu perbuatan keji. Karena padanya kesombongan
dan kebanggaan. Bahwa Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. bersabda:
أنا سيد ولد آدم ولا فخر
(Ana sayyidu waladi Aadama, wala fakhra).
Artinya: "Aku penghulu anak Adam dan tidak menyombong"(3), Artinya:
Tidaklah aku mengatakan ini karena menyombong, sebagaimana yang dimaksudkan
oleh manusia dengan pujian kepada dirinya sendiri. Yang demikian, ialah: karena
menyombongnya Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. adalah dengan Allah dan dengan mendekatkan diri kepada Allah.
Tidak dengan anak A- dam dan terkemukanya diatas anak Adam.
Sebagaimana orang yang diterima disisi raja
dengan penerimaan kebesaran, sesungguhnya ia merasa bangga dengan diterimanya
oleh raja. Dan dengan penerimaan itu ia merasa gembira. Tidak dengan
terkemukanya atas sebahagian rakyatnya.
Dengan penguraian bahaya-bahaya ini, dapat
dinilai atas berkumpulnya antara celaan pujian dan gerakan kepada pujian. Nabi
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. bersabda: wa-jabat, tatkala para sahabat memujikan sebahagian
orang yang sudah meninggal.(4).
1.Hadits ini telah diterangkan dahulu pada
"Bab Ilmu".
|
|
2. Dirawikan Abu Mansur Ad-Dailami dari Abu
Hurairah. hadits munkar (hadits diingkari sah riwayatnya).
|
3.Dirawikan At-Turmuzi dan
Ibnu Majah dari Abi Sa'id Al-Khudri.
|
4.Wajabat, artinya:
wajiblah sorga bagi orang meninggal itu. Jelasnya: tatkala Nabi صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
hersama para shahabat melewati jenazah, lalu para shahabat memuji orang yang
meninggal itu. maka Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. menjawab: wajiblah sorga baginya.
Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari Anas.
135
|
Mujahid berkata: "Bahwa anak Adam itu
mempunyai teman duduk dari malaikat-malaikat. Apabila seorang laki-laki muslim
menyebut saudaranya muslim dengan kebajikan, niscaya para malaikat berkata:
"Bagimu seperti itu". Dan apabila disebutnya dengan kejahatan,
niscaya para malaikat berkata: "Hai anak Adam yang tertutup auratmu !
Berhentilah atas dirimu ! Dan pujilah Allah yang menutup auratmu !".
Inilah bahaya-bahaya pujian !.
PENJELASAN:
apa yang harus atas si terpuji.
Ketahuilah, bahwa harus atas si terpuji,
menjaga diri dengan keras dari bahaya kesombongan, keangkuhan dan bahaya
kelesuan. Ia tidak terlepas daripadanya, selain dengan mengenali diri dan
memperhatikan apa yang terdapat pada bahaya kesudahan, yang halus-halus dari
ria dan bahaya a- mal perbuatan. Sesungguhnya ia mengenai dari dirinya, apa
yang dikenal oleh si pemuji. Dan jikalau tersingkaplah. semua rahasianya dan
apa yang berlalu dalam gurisan hatinya, niscaya tercegahlah si pemuji daripada
me- mujinya. Dan haruslah atas si terpuji, melahirkan ke tidak-senangan dipuji,
dengan menghinakan si pemuji.
Nabi صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
bersabda:
احثوا التراب في وجوه المادحين
(Uh-tsut-turaaba fii wujuuhil-maadihiina).
Artinya: "Lemparlah debu tanah pada muka
si pemuji".(1).
Sufyan bin 'Uyainah berkata: "Tidak
mendatangkan melarat pujian kepada orang yang mengenai dirinya".
Salah seorang dari orang-orang salih dipuji.
Lalu ia berdo'a: "Wahai Allah, Tuhanku ! Sesungguhnya mereka tiada
mengenali aku dan ENGKAU mengenali aku".
Seorang salih yang lain berdo'a tatkala ia
dipuji: "Wahai Allah, Tuhanku ! Sesungguhnya hambaMu ini mendekatiku
dengan kebencianMU. Dan aku bersaksi kepadaMU atas kebenciannya".
Ali r.a. berdo'a tatkala ia dipuji: "Wahai
Allah, Tuhanku! Ampunilah aku akan apa yang tiada diketahui mereka! Dan
janganlah ENGKAU menyiksakan aku, dengan apa yang dikatakan mereka! Jadikanlah
aku kebajikan, daripada apa yang disangkakan mereka!".
Seorang laki-laki memuji 'Umar r.a.. Lalu ia
menjawab: "Apakah engkau akan membinasakan aku dan engkau akan
membinasakan diri engkau sen- diri ?".
Seorang laki-laki memuji Ali r.a. dihadapannya.
Dan sudah sampai kabar kepada Ali r.a. bahwa orang tersebut memakinya. Lalu Ali
r.a. menjawab:"Aku adalah kurang dari apa yang engkau katakan dan diatas
apa yang pada diri engkau".
1) Dirawikan Muslim dari
AlMiqdad.
|
BAHAYA
KESEMBILAN BELAS: lalai dari kesalahan yang halus-halus, dalam kandungan
perkataan.
Lebih-lebih mengenai yang menyangkut dengan
Allah dan sifat-sifatNya dan yang terikat dengan urusan agama.
Maka tiada yang sanggup meluruskan kata-kata
dalam urusan-urusan agama, selain para ulama yang cakap kata-kata (fashiih).
Maka orang yang . singkat ilmunya atau kefasehannya, niscaya tidak terlepas perkataannya
dari tergelincir. Tetapi Allah Ta'ala mema'afkannya karena kebodohannya.
Contohnya, ialah: apa yang dikatakan Hudzaifah: "
Nabi صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
bersabda:
لا يقل أحدكم ما شاء الله وشئت ولكن ليقل ما شاء الله
ثم شئت
(Laa yaqul ahadukum: maasyaa-allaahu wa syi'ta,
wa laakin, li-yaqul: maa syaa allaahu tsumma syi'ta)Artinya: Jangan dikatakan
oleh seseorang kamu: apa yang dikehendaki oleh Allah dan yang engkau kehendaki.
Akan tetapi, hendaklah dikatakan- nya: "Apa yang dikehendaki oleh Allah,
kemudian yang engkau kehendaki ".(1).
Yang demikian itu, karena pada 'athaf mutlak
(kata penyambung dengan: kata-kata dan) itu perkongsian dan penyamaan. Dan itu
adalah tidak hormat.
Ibnu Abbas r.a. berkata: "Datang seorang laki-laki kepada Rasulu'llah
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ., yang memperkatakan dengan Rasulu'llah صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
pada sebahagian persoalan. Lalu orang tersebut mengatakan: Masyaa Allaahu wa
syi'ta (apa yang dikehendaki oleh Allah dan yang engkau kehendaki).
Lalu Nabi صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
menjawab:
أجعلتني لله عديلا بل ما شاء الله وحده حديث ابن عباس
جاء رجل إلى النبي
(A-ja'altanii
lil-laahi'adiilan, bal maa-syaa-allaahu wahdahu). Artinya: "Adakah engkau
jadikan aku sebanding dengan Allah ? Tetapi: Apa yang dikehendaki oleh Allah
Yang Maha Esa".(2).
Seorang laki-laki berpidato disisi Rasulu'lllah
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.. Lalu ia mengatakan: "Barangsiapa menta'ati Allah dan
RasulNYA, maka sesungguhnya ia mendapat petunjuk. Dan barangsiapa mendurhakai
keduanya, maka sesungguhnya ia sesat". Lalu Nabi صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
menjawab
(1) Dirawikan Abu Daud dan An-Nasa-i dari
Hudzaifah. dengan sanad shahih.
|
(2) Dirawikan An-Nasa-i dan Ibnu Majah dari
Ibnu Abbas, dengan isnad hasan.
|
137.
|
"Katakanlah: Barang siapa mendurhakai Allah
dan RasulNYA, maka sesungguhnya ia sesat".(l) Dirawikan Muslim dari
'Adiyyi bin Hatim.
Rasulu'llah صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
tidak menyukai perkataannya: "Barangsiapa mendurhakai keduanya",
karena yang demikian itu penyamaan dan pengumpulan.
Adalah Ibrahim An-Nakha'i tidak menyukai, dikatakan
oleh seseorang: A'uudzubillaahiwa bika(aku berlindung dengan AUah dan dengan
engkau).
Dan ia membolehkan dikatakan: A'uudzu bi'llaahi
tsumma bika (Aku berlindung dengan Allah, kemudian dengan engkau. Dan ia
membolehkan pula dikatakan: Kalau tidaklah Allah, kemudian siAnu. Dan ia tidak
membolehkan dikatakan: Kalau tidaklah Allah dan si Anu. Sebahagian mereka
tidak menyukai dikatakan: "Wahai Allah, Tuhanku ! Merdekakanlah kami dari
api neraka !". Dan adalah dikatakan, bahwa Kemerdekaan itu, sesudah datang
di dalamnya. Dan adalah mereka meminta Pertolongan, supaya tidak masuk neraka
dan meminta perlindungan, agar tidak masuk neraka.
Seorang laki-laki berdo'a: "Wahai Allah,
Tuhanku ! Jadikanlah aku diantara orang yang memperoleh syafa'at Muhammad صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.!".
Lalu Hudzaifah menjawab: "Sesungguhnya Allah tidak memerlukan bagi
orang mu'min akan syafa'at Muhammad صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Dan adalah syafa'atnya itu, bagi orang-orang muslim yang
berdosa".
Ibrahim An-Nakha'i berkata: "Apabila
seseorang berkata kepada orang lain: "Hai keledai ! Hai babi !",
niscaya dikatakan kepadanya pada hari kiamat: "Keledaikah yang engkau
lihat Aku jadikan ? Babikah yang engkau lihat Aku jadikan ?".
Dari Ibnu Abbas r.a., yang mengatakan: "Sesungguhnya seseorang kamu itu akan
mempersekutukan Allah, sehingga ia mempersekutukanNYA dengan anjingnya, dimana
ia mengatakan: "Jikalau tidak adalah anjing itu, niscaya kami akan
kecurian tadi malam". 'Umar r.a. berkata: "Rasulu'llah صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
bersabda:
إن الله تعالى ينهاكم أن تحلفوا بآبائكم من كان حالفا
فليحلف بالله أو ليصمت
(Innal-laaha ta'aalaa yan-haa-kun an tahlifuu
bi-aabaa-ikum. Man kaana haalifan, falyah-lif bil-laahi au
li-yash-mut).Artinya: "Sesungguhnya Allah Ta'ala melarang kamu bersumpah
atas nama bapakmu. Barangsiapa akan bersumpah, maka bersumpahlah: atas na ma
Allah atau diamlah !".(2).
'Umar r.a. berkata: "Maka demi Allah, aku
tidak pernah lagi bersumpah atas nama bapak, semenjak aku mendengarnya".
Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. bersabda:^
(1) Dirawikan Muslim dari 'Adiyyi bin Hatim.
|
(2) Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari 'Umar r.a.
|
138.
|
لا تسموا العنب كرما إنما الكرم الرجل المسلم
(Laa tusammul-'inaba karman,
innamal-karmu'r-rajulul-muslimu). Artinya: "Janganlah kamu namakan buah
inab (buah anggur) itu buah karm. Sesungguhnya karm (mulia) itu, ialah: orang
muslim". (1)
Abu Hurairah r.a. berkata: "Rasulu'llah صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
bersabda:-
لا يقولن أحدكم عبدي ولا أمتي كلكم عبيد الله وكل
نسائكم إماء الله وليقل غلامي وجاريتي وفتاي وفتاتي ولا يقول المملوك ربي ولا ربتي
وليقل سيدي وسيدتي فكلكم عبيد الله والرب الله سبحانه وتعالى
Artinya: "Tidaklah
dikatakan oleh seseorang kamu: عبدي 'abdii (budakku)- bagi yang laki-laki. Dan
amatii أمتي (budakku)-bagi
yang perempuan). Semua kamu itu budak Allah عبيد الله (abii'du'Ilaahi -jama' dari ' abdun: budak laki-laki).
Dan semua wanita kamu إماء الله imaa-u'llaahi (imaa-un -jama': amatun, artinya: budak
perempuan). Dan hendaklah dikatakan: ghulaamii غلامي (hamba-sahayaku) (bagi yang laki-laki), جاريتي jaariatii (hamba-sahayaku -bagi yang
perempuan), فتاي fataaya
(anak mudaku- bagi yang laki-laki) dan فتاتي fataatii
(anak mudiku- bagi yang perempuan). Dan tidaklah dikatakan oleh budak yang
dimiliki المملوك (mam-
luuk): ربي rabbii
(perkataan: rabbii, dapat diartikan: yang memimpinku, yang mendidikku dan dapat
diartikan pula: tuhanku-perkataan rabbii itu, bagi: laki-laki) dan ربتي rabbatii
(artinya: sama dengan rabbii, tetapi ditujukan bagi: perempuan). Dan hendaklah
dikatakan: سيدي sayyidii
(tuanku bagi laki-laki) dan سيدتي sayyidatii
(tuanku- bagi perempuan). Semua kamu itu عبيد الله 'abiidu'llaahi
(budak Allah). Dan arrabbu الرب (artinya:
seperti yang tercantum diatas pada: rabbi) itu, ialah
الله سبحانه
وتعالى ALLAH SUB HANAHU WA
TA'ALA". (2 Dirawikan Ibnu Abid-Dun-ya dari Abu Hurairah.). Nabi صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
bersabda: "Jangan kamu katakan
kepada orang fasik: sayyidinaa (tuan kami). Sesungguhnya kalaupun tuanmu, maka
kamu sudah membuat kemarahan Tuhanmu)",(3 Dirawikan Abu Daud dari
Buraidah, dengan sanad shahih).
Nabi صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
bersabda: "Barangsiapa
mengatakan: "Aku terlepas dari Islam", kalau ia benar, maka ia
seperti yang dikatakannya. Dan kalau ia dusta, maka ia tidak kembali kepada
Islam, dalam keadaan selamat sejahtera)".(4 Dirawikan An-Nasa-i dan Ibnu
Majah dari Buraidah, dengan isnad shahih.).
(1) Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari Abu
Hurairah.
|
(2) Dirawikan Ibnu Abid-Dun-ya dari Abu
Hurairah.
|
(3) Dirawikan Abu Daud dari Buraidah, dengan
sanad shahih.
|
(4) Dirawikan An-Nasa-i dan Ibnu Majah dari
Buraidah, dengan isnad shahih.
|
139.
|
Maka ini yang tersebut tadi contoh-contoh yang
seperti ini, adalah diantarakata-kata yang masuk dalam perkataan. Dan tidak
mungkin menghinggai- nya. Dan barangsiapa memperhatikan semua yang kami
bentangkan: dari bahaya-bahaya lidah, niscaya ia ketahui, bahwa apabila ia
melepaskan lidahnya, niscaya ia tidak akan selamat.
Dan ketika itu, ia akan mengetahui rahasia
sabda Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.:- من صمت نجا (Man
shamata najaa).
Artinya: "Barangsiapa diam, niscaya ia
terlepas (dari bahaya lidah)". (1).
Karena bahaya-bahaya ini semuanya, adalah
tempat-tempat binasa dan merusakkan.
Yaitu: atas jalan orang yang berkata-kata. Maka
jikalau ia diam, niscaya ia selamat sejahtera dari semua. Dan jikalau ia
bertutur dan berkata-kata, niscaya ia berbuat binasa bagi dirinya. Kecuali,
bahwa bersesuaian dengan lidah yang fasih, ilmu yang banyak, wara' yang
menjaga dan muraqabah selalu. Dan ia menyedikitkan perkataan. Maka semoga ia
akan selamat sejahtera dari yang demikian. Dan bersamaan dengan semua itu, ia
tidak terlepas dari bahaya. Maka jikalau anda tidak sanggup untuk bahwa anda
termasuk orang yang berbicara, lalu memperoleh faedah, maka hendaklah anda
termasuk orang yang diam, maka selamat. Maka keselamatan itu a- dalah satu dari
dua harta rampasan perang.
BAHAYA KEDUAPULUH:
Pertanyaan orang awwam tentang sifat-sifat
Allah Ta'ala, tentang kalamNYA (firmanNya), tentang huruf firman itu, qadim
huruf-huruf itu atau baharu.
Dan termasuk hak orang awwam itu berbuat,
menurut yang tersebut dalam Al-Qur-an. Hanya yang demikian itu berat bagi jiwa.
Dan perbuatan yang sia-sia itu ringan pada hati. Dan orang awwam itu bergembira
dengan terjun dalam pengetahuan. Karena setan membayangkan kepadanya: bahwa
engkau termasuk ulama dan mempunyai kelebihan. Dan senantiasalah di- sukakan
kepadanya yang demikian. Sehingga orang awwam itu berbicara tentang
pengetahuan, dengan hal yang mengkufurkan. Dan ia tidak tahu. Dan tiap-tiap
dosa besar yang dikerjakan oleh orang awwam, maka dosa besar itu lebih
menyelamatkan si awwam daripada ia memperkatakan tentang pengetahuan.
Lebih-lebih yang menyangkut dengan Allah dan sifat-sifatNYA.
Sesungguhnya, pekerjaan orang awwam, ialah
berbuat ibadah, beriman dengan apa yang dibawa oleh Al-Qur-an dan menyerah
kepada apa yang di-
(1) Dirawikan At-Turmudzi dan telah
diterangkan pada permulaan "Bahaya-bahaya lidah".
|
140.
|
bawa oleh Rasul, tanpa pembahasan. Pertanyaan
mereka tentang hal yang tiada menyangkut dengan ibadah itu kurang adab. Mereka
berhak kebencian Allah 'Azza wa Jalla. Mereka mendatangi kepada bahaya kufur.
Dan itu adalah seperti pertanyaan penjaga-penjaga hewan tentang rahasia-raha-
sia raja. Dan itu mengharuskan siksaan. Dan tiap-tiap orang yang bertanya
tentang pengetahuan yang sulit dan tidak sampai pemahamannya kepada tingkat
yang demikian, maka orang tersebut tercela. Karena dia dibandingkan kepada
pengetahuan itu, adalah orang awwam. Karena itulah.
Nabi صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
bersabda:
ذروني ما تركتكم فإنما هلك من كان قبلكم بكثرة سؤالهم
واختلافهم على أنبيائهم ما نهيتكم عنه فاجتنبوه وما أمرتكم به فأتوا منه ما
استطعتم
(Dzaruu-nii maa taraktukum, fa-innamaa halaka
man kaana qablakum bi- kats-ratisu-aalihim wakh-tilafiihim alaa anbi-yaa-ihim,
maa nahaitukum an- hu faj-tani-buuhu wa maa amartukum bihi fa'tuu minhu
mas-tatha'tum). Artinya: "Tinggalkanlah aku dari pertanyaan, akan apa yang
aku tinggal- kan kamu ! Sesungguhnya telah binasa orang-orang sebelum kamu,
dise- babkan banyaknya pertanyaan mereka dan perselisihan mereka dengan na-
bi-nabi mereka. Apa yang aku larangkan kamu daripadanya, maka jauhilah! Dan apa
yang aku suruhkan kamu kepadanya, maka kerjakanlah, menurut kesanggupanmu
!".(1).
Anas r.a. berkata: "Pada suatu hari orang banyak bertanya
kepada Rasulu'llah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Lalu mereka membanyakkan pertanyaan itu dan memarahkan
Rasulu'llah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Maka beliau naik di atas mimbar, seraya bersabda: "Ta-
nyalah kepadaku ! Dan apabila kamu bertanya kepadaku tentang sesuatu, niscaya
aku beri-tahukan kepadamu akan jawabannya". Lalu seorang laki-laki bangun
berdiri, seraya bertanya: "Wahai Rasulu'llah Siapakah ayahku ?".
Rasulu'llah صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
menjawab: "Ayahmu Hudzafah". Lalu bangun dua pemuda bersaudara,
seraya bertanya: "Wahai Rasulu'llah! S;apakah ayah kami ?".
Rasulu'llah صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
menjawab: "Ayahmu ialah, orang yang dipanggil kamu kepadanya".
Kemudian, bangun seorang laki-laki lain, seraya
bertanya: "Wahai Rasulu'llah! Adakah aku ini dalam sorga atau dalam
neraka ?". Lalu Rasulu'llah صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
menjawab: "Tidak ! Tetapi engkau dalam neraka". Tatkala orang banyak
melihat kemarahan Rasulu'llah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ., lalu mereka menahan diri dari bertanya.
Maka bangunlah 'Umar r.a. seraya berkata:-
(1) Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari Abi
Hurairah.
|
141.
|
رضينا بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد صلى الله عليه وسلم نبيا
(Radliinaa bi'llaahi rabban wa bil-islaami
diinan wa bi Muhammadin shal- la'llaahu 'alaihi wa sallama nabiyyan).Artinya:
"Kami rela Allah Tuhan kami, Islam Agama kami dan Muhammad صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Nabi kami".
Lalu Nabi صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
menjawab:
اجلس يا عمر رحمك الله إنك ما علمت لموفق
(Ijlis yaa Umar! Rahimakal-laahu, innaka maa
'alimta la-muwaf-faqun). Artinya: "Duduklah hai Umar ! Kiranya Allah
mencurahkan rahmatNya kepadamu ! Sesungguhnya engkau, apa yang engkau ketahui
itu, mendapat taufiq".(l).
Dalam hadits, tersebut: "Rasulu'llah صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
melarang dari hal qil dan qal, membuang-buang harta dan banyak soal".(2).
Nabi صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
bersabda: "Hampirlah manusia itu banyak tanya-bertanya, sehingga mereka
itu mengatakan: "Sesungguhnya Allah telah menjadikan makhluk, maka
siapakah yang menjadikan Allah ? Maka apabila mereka berkata demikian, maka
jawablah:
فقولوا قل هو الله أحد الله الصمد
(Qul-huwal-laahu ahad. Allaahush-shamad).Artinya:
"Katakan: Allah itu Esa. Allah itu tempat meminta"..,....sehingga
engkau sudahi surah (Al-Ikhlash) ini.
Kemudian, hendaklah salah seorang dari kamu
meludah kekiri tiga kali dan memohonkan perlindungan pada Allah, dari setan
yang terkutuk".(3).
Jabir r.a. berkata: "Tidaklah turun ayat
mengenai orang-orang yang mene- rima laknat Allah, selain karena banyak
bertanya". Pada kissah Musa dan Khidir a.s. itu pemberi-tahuan tentang
terlarang bertanya, sebelum waktunya berhak untuk pertanyaan. Karena Nabi
Khidir a.s. bersabda:-
فإن اتبعتني فلا تسألني عن شيء حتى أحدث لك منه ذكرا
( Fa-init-taba'tanii, fa laa tas-alnii an
syai-in hatta uhditsa laka minhu dzi- kraa)
Artinya: "Kalau engkau mengikuti aku,
janganlah ditanyakan kepadaku
(1)
|
Dirawikan Al-Bukhari dan
Muslim.
|
(2)
|
Qil, artinya: kata orang.
Dan Qal, artinya: katanya. Yang dimaksud dengan: qil dan qal itu, ialah: kata
orang Iain, baik orangnya diketahui dan disebut atau tidak. Ini biasa terja-
di dalam pergaulari, seperti dikatakan: kata orang atau kata si Anu. Hadits
ini dirawikan Al-Bukhari dan Muslim.
|
(3)
|
Dirawikan Al-Bukhari dan
Muslim dari Abi Hurairah.
|
tentang sesuatu apapun,
sampai aku sendiri menerangkan itu kepada engkau". S.Al-Khaf, ayat 70.
Maka tatkala Nabi Musa a.s.
bertanya tentang perahu, lalu Nabi Khidir a.s. menantang pertanyaan tersebut.
Lalu Musa a.s. meminta ma'af, seraya berkata :-
لا تؤاخذني بما نسيت ولا ترهقني من أمري
عسرا
(Laa tu-aakhidnii, bimaa nasiitu, wa laa
turhiqniimin amrii usraa). Artinya: "Janganlah aku engkau hukum karena
kelupaanku itu, dan janganlah engkau perintahkan kepadaku perkara-perkara yang
sangat sulit bagiku".S. AI-Kahf, ayat 73.
Tatkala Nabi Musa a.s. tak bisa bersabar,
sehingga ia telah tiga kali bertanya, lalu
Nabi Khidir a.s. berkata:-
هذا فراق بيني وبينك
(Haadzaa firaaqu bainii wa bainika).
Artinya: "Inilah perpisahan antara aku dan
engkau". (S.Al-Khaf, ayat 78.(1).
Dan Nabi Khidir a.s. pun berpisah dengan Nabi
Musa a.s. Pertanyaan orang awwam tentang persoalan agama yang sulit-sulit,
termasuk bahaya yang terbesar. Dan termasuk diantara yang dapat mengobar-
ngobarkan fitnah. Maka wajiblah ditolak dan dilarang mereka dari yang demikian.
Dan masuknya mereka memperkatakan huruf-huruf Al-Qur-an itu, menyerupai halnya
orang, yang ditulis oleh raja kepadanya sepucuk surat, dimana raja itu
menggambarkan dalam surat tersebut, beberapa hal untuk- nya. Lalu ia tidak
memperhatikan suatu pun dari isi surat itu. Dan ia meng- habiskan waktunya,
mengenai kertas surat tadi, adalah kertas itu sudah tua atau masih baru. Maka
dengan demikian, orang tersebut sudah pasti ber- hak mendapat hukuman.
Maka demikian pula, orang awwam yang
menyia-nyiakan batas-batas Al- Qur-an dan menghabiskan waktunya mengenai
huruf-huruf Al-Qur-an, apakah huruf-huruf itu qadim atau baharu. Dan seperti
itu pulalah sifat- sifat Allah S.W.T. lainnya.
Wa'llahu Ta'ala A'lam - Dan Allah Ta'ala Yang
Mahatahu.
1.Kissah
pertemuan dan perpisahan antara Nabi Khidir a.s. dan Nabi Musa a.s. tersebut
pada Surah Al-Kahf, sebagaimana yang tercantum diatas. Tiga kali pertanyaan
Musa a.s. itu kepada Khidir a.s. ialah: (1) tentang perahu. (2) tentang
dibunuhnya seorang anak muda oleh Nabi Khidir a.s. dan (3) tentang
dip&rbaiki sebuah dinding oleh Nabi Khidir a.s. (Pent).
|