Tanda Kebagusan Akhlak
PENJELASAN:tanda-tanda kebagusan akhlak.
Ketahuilah kiranya, bahwa tiap-tiap manusia itu, tiada
mengetahui dengan kekurangan dirinya. Apabila ia berjuang menentang nafsunya,
dengan perjuangan sedikit saja, sehingga ia meninggalkan kekejian-kekejian
perbuatan
1073
|
maksiat, kadang-kadang lalu ia menyangka sendiri, bahwa ia
telah member- sihkan dirinya dan membaguskan akhlaknya. Dan merasa tidak perlu
lagi mujahadah.
Dari itu, maka tak boleh tidak, dijelaskan tanda kebagusan
akhlak. Sesungguhnya kebagusan akhlak itu, ialah iman. Dan keburukan akhlak
itu, i- atah nifaq (sifat orang munafiq). Allah Ta'ala menyebutkan sifat-sifat
orang mu'min dan orang munafiq dalam KitabNya. Dan sifat-sifat itu pada jumlah-
nya, adalah buah (hasil) kebagusan akhlak dan keburukan akhlak. Maka ma- rilah
kami kemukakan sebahagian dari yang demikian, untuk diketahui tanda kebagusan
akhlak. Allah Ta'ala berfirman:-
قَدْ
أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
الَّذِينَ
هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
وَالَّذِينَ
هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
وَالَّذِينَ
هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ
وَالَّذِينَ
هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ
إِلَّا
عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ
مَلُومِينَ
فَمَنِ
ابْتَغَى وَرَاء ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ
وَالَّذِينَ
هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
وَالَّذِينَ
هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ
أُوْلَئِكَ
هُمُ الْوَارِثُونَ
(Qad-aflahal-mu'minuunal-ladziina hum fii shalaatihim khaasyi
'uun, wal- ladziina huma-nil-laghwi mu'ridluun, wal-Iadziina hum liz-zakaati
faa-'iluun, wal-ladziina hum li-furuujihim haafidhuun, illaa 'alaa azwaajihim
au maa ma- lakat aimaanuhum, fa-innahumghairumaluumiin, fa-manib-taghaa
wa-raa-a dzaalika, fa-ulaa-ika humul aaduun, wal-ladziina hum bi-amaanaatihim
wa 'ahdi-him raa-'uun, wal-ladziina hum 'alaa shalaatihim yu haa-fidhuun,ulaa-
ika humiil-waaritsuun). Artinya: "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang
beriman itu. Mereka yang khusyu' dalam sembahyangnya. Dan yang menjauhkan diri
dari perkataan yang kotor. Dan yang mengerjakan perbuatan suci (membayarkan
zakat). Dan yang menjaga kehormatannya (tidak melepaskan syahwatnya). Melainkan kepada isterinya atau kepunyaan tangan kanannya (sahaja perempuan).
Maka sesungguhnya mereka itu tiada tercela. Tetapi,
orang-orang yang men- cari selain dari itu, maka merekalah orang-orang yang
melanggar batas. Dan - orang beriman dan beruntung juga-, orang-orang yang
memelihara keperca- yaan yang diberikan kepadanya serta janji yang dibuatnya.
Dan yang menjaga sembahyangnya. Itulah orang-orang yang mempusakai". - S.
Al-Mu'minun, ayat 1—2—3-4—5—6—7—8—9—10.
Allah berfirman:-
التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ
الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدونَ الآمِرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللّهِ
وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ(At-taa-ibuuftal- 'aabiduunal-haamiduunas- saaihuunar - raaki 'uu-nas-saaji- duunal-aamiruuna bil-ma'ruufi, wan-nahuuna a'nil-munkari, wal-haafi- dhuuna lihuduudil-laah, wa basy-syi-ril-mu'miniin).
1074
|
Artinya: "Orang-orang yang tobat (kepada Allah), orang-orang
yang menyembah (Allah), orang-orang yang memuji (Allah), orang-orang yang ber-
puasa, orang-orang yang ruku', orang-orang yang sujud, orang-orang yang
menyuruh mengerjakan perbuatan baik, orang-orang yang melarang mengerjakan
kejahatan dan orang-orang yang menjaga batas-batas (aturan) Allah; sampaikanlah
berita gambira kepada orang-orang yang beriman!". S. Al-Ba- ra-ah, ayat
112.
Allah 'Azza wa Jalla berfirman
Artinya: "Sebenarnya
orang-orang yang beriman itu, ialah mereka yang ketika disebut nama Allah,
hatinya penuh ketakutan dan apabila dibacakan kepadanya
keterangan-keteranganNya, bertambah keimanannya karena itu dan mereka
menyerahkan dirinya kepada Tuhannya. Mereka tetap mengerjakan shalat dan
membelanjakan sebahagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah
orang-orang yang sebenarnya beriman". S. Al-Anfal, ayat 2— 3—4.
Allah Ta'ala berfirman, yang artinya (1): "Dan hamba-hamba Tuhan Yang
Maha pemurah, ialah mereka yang berjalan dibumi dengan sopannya dan apabila
orang-orang yang bodoh menghadapkan perkataan kepadanya, dijawabnya: Selamat!
Dan mereka yang pada malam hari menyembah Tuhan, sujud dan
berdiri. Dan mereka yang berkata: "Wahai Tuhan kami! Jauhkanlah kira nya
dari kami siksaan neraka. Sesungguhnya siksaan neraka itu memilukan hati.
Sesungguhnya itulah kediaman dan tempat tinggal yang amat buruk. Dan mereka
itu, apabila membelanjakan hartanya, tiada me'lampaui batas dan tiada (pula)
bersifat kikir, tetapi pertengahan antara keduanya. Dan me reka itu tiada
menyeru tuhan yang lain disamping Allah dan tidak membunuh jiwa yang dilarang
oleh Allah (membunuhnya), melainkan untuk keadilan dan mereka tiada melakukan
perzinaan. Dan siapa yang mengerjakan semua itu, niscaya akan menemui hukuman.
Kepadanya akan diperlipat-gandakan siksaan pada hari kiamat dan mereka tetap
disana dalam keadaan terhina. Kecuali orang yang telah kembali (tobat) dan
mengerjakan perbuatan baik, maka kejahatan orang-orang itu diganti oleh Allah
dengan kebaikan. Dan Allah itu Maha pengampun dan Mahapenyayang. Dan orang yang
kembali (tobat)
(1). Dalam Ihya' yang berbahasa Arab, hanya disebut ayat
pertamanya, lain disebut: hingga akhir surat, maka disini kami salin
semuanya, sampai akhir surat, agar dapat diperhatikan semuanya sifat-sifat
itu (Peny.).
|
1075
|
dan mengerjakan perbuatan baik itu, maka sesungguhnya dia
kembali kepada Allah dengan diterima baik. Dan mereka yang tidak mau menjadi
saksi-palsu dan apabila melalui perkara yang omong-kosong, mereka berlalu
dengan hormatnya. Dan mereka itu, apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat
Tuhan, mereka tiada bersikap menulikan telinga dan membutakan mata. Dan mereka
itu berkata: "Wahai Tuhan kami! Kurniakanlah kepada isteri kami dan
turunan menjadi cahaya mata dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang
memelihara dirinya - dari kejahatan! - Mereka mendapat tempat yang tinggi,
sebagai pembalasan dari kesabaran mereka dan disana mereka akan mendapat
penghormatan selamat datang dan kebahagiaan, Mereka kekal disana. Alangkah
baik kediaman dan tempat tinggalnya! Katakan: "Tuhanku tidak akan
memperhatikan kamu, kalau tiada do'a (ibadah) kamu. Sesungguhnya kamu telah
mendustakan (Tuhan), karena itu, (hukuman) pasti datang". S.
Al-Furqan, ayat 63—64-65—66—67—68—69—70—71—72—73—74—75 —76 dan 77.
Siapa yang menjadi pertanyaan tentang keadaannya, maka
hendaklah ia mengemukakan dirinya pada ayat-ayat yang tersebut diatas. Adanya
semua sifat- sifat itu menjadi tanda baik akhlaknya. Tidak adanya sifat-sifat
itu, menjadi tanda buruk akhlaknya. Adanya sebahagian dan tidak adanya
sebahagian menunjukan adanya sebahagian kebaikan akhlak dan tidak baiknya
sebahagian. Maka hendaklah ia berusaha memperoleh yang tidak ada dan menjaga
yang sudah ada.
Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم .
menyifatkan orang mu'min dengan banyak sifat. Dan dengan semua itu
ditunjukkannya kepada akhlak yang baik. Beliau bersabda:-
المؤمن بصفات كثيرة وأشار بجميعها إلى محاسن
الأخلاق فقال المؤمن يحب لأخيه ما يحب لنفسه
(Al-mu'minu yuhibbu liakhiihi maa yuhibbu linafsihi).Artinya: "Orang mu'min itu mencintai saudaranya, apa yang dicintainya untuk dirinya sendiri" (1).
Nabi صلى الله عليه وسلم .
bersabda:-
من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه(Man kaana yu'minu bi'llaahi wal-yaumil-aakhiri fal-yukrim dlaifahu). Artinya: "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari-akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya" (2).
1.Hadits ini
diriwayatkan oleh Dua syaikh (Al-Bukhari dan Muslim) dari Anas.
2Hadits ini
dijepakati oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah dan Abi Syuraih Al-
Khuza'i.
1076
|
Nabi صلى الله عليه وسلم .
bersabda:-
من كان يؤمن بالله واليوم الآخر
فليكرم جاره
(Man kaana yu'minu bi'llaahi
wal-yaumil-aakhiri fal-yukrim jaarahu).Artinya: "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya" (1).
Nabi صلى الله عليه وسلم . bersabda:-
وقال من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا
أو ليصمت(Man kaana yu'minu bi'llaahi wal-yaumil-aakhiri, far-jaqul khairan au la- yashmut).
Artinya: "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam" (2).
Nabi صلى الله عليه وسلم .
menyebutkan, bahwa sifat-sifat orang mu'min itu, ialah: kebaikan akhlak. Beliau
bersabda:-
أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم أخلاقا(Akmalul-mu'minima iimaanan ahsanuhum akhlaaqaa).Artinya: "Orang mu'min yang paling sempurna akhlaknya, ialah mereka yang terbaik akhlaknya" (3).
Nabi صلى الله عليه وسلم .
bersabda:-
إذا رأيتم المؤمن صموتا وقورا فادنوا منه فإنه
يلقن الحكمة
(Idzaa raaitumul-mu'mina shamuutan waquuran, fadnuu minhu,
fainnahu- yulaq qanul-hikmah).Artinya: "Apabila engkau melihat orang mu'min itu
pendiam dan lemah-lem- but, maka dekatilah dia, karena dia itu akan diajarkan
hikmah"(4)..
Nabi صلى الله عليه وسلم .
bersabda:-
من سرته حسنته وساءته سيئته فهو مؤمن
(Man sarrathu hasanatuhu wa saa-athu sayyiatuhu fahuwa
mu'minun). Artinya: "Siapa yang menyenangkannya oleh kebaikannya dan
memburukan nya oleh kejahatannya, maka dia adalah orang mu'min (yang
sempurna)" (5).
(1).
|
Hadits ini disepakati
oleh AI-Bukhari dan Muslim.
|
(2).
|
Hadits ini juga
disepakati oleh Al-Bukhari dan Muslim.
|
(3).
|
Dirawikan Ahmad, Abu
Daud dan Al-Baihaqi dari Abi Hurairah.
|
(4).
|
Dirawikan Ibnu Majah
dari Abi Khallad dll. Sanad dla'if. ;
|
(5).
|
Dirawikan Ahmad dan
Ath-Thabrani dari Abi Musa.
|
1077
|
Nabi
صلى الله عليه وسلم . bersabda:-
لا يحل لمؤمن أن يشير إلى أخيه بنظرة تؤذيه(Laa yahillu Iimu'minin an yusyiira ilaa achiihi bi-nadh-ratintu'dzii-hi). Artinya: "Tidak halal (tidak dibolehkan) bagi orang mu'min, menunjuk kepada saudaranya (sesama mu'min) dengan pandangan yang menyakitinya" (1).
Nabi صلى الله عليه وسلم .
bersabda:-
لا يحل لمسلم أن يروع مسلما
(Laa
yahillu limuslimin an yurawwi'a musliman).
Artinya: "Tidak halal (tidak dibolehkan) bagi orang
muslim, menakut-nakuti sesama muslim" (2).
Nabi صلى الله عليه وسلم .
bersabda:
إنما يتجالس المتجالسان بأمانة الله عز وجل فلا
يحل لأحدهما أن يفشي على أخيه ما يكرهه
(Inna maa
yatajaalasu'l-mutajaalisaani bi-amaanati'llaahi 'Azza wa Jalla falaa yahillu
li-ahadi-himaa an yufsyia 'alaa akhiihi maa yakrahuhu). Artinya: "Sesungguhnya
duduk-duduklah dua orang yang duduk-duduk dengan amanah Allah 'Azza wa Jalla.
Maka tidak halal (tidak dibolehkan) bagi salah seseorang menyiarkan terhadap
temannya, apa yang tidak disukainya"
Sebahagian mereka mengumpulkan tanda-tanda kebagusan akhlak,
lalu mengatakan: "Orang yang bagus akhlak itu: banyak malu, sedikit
menyakiti orang, banyak perbaikan, lidah banyak yang benar, sedikit
bicara,banyak kerja, sedikit terperosok, sedikit hal-hal yang tidak perlu,
berbuatbaik, penyambung silaturrahim, lemah-lembut, penyabar, banyak berterima
kasih (bersyukur), rela kepada apa yang ada, dapat mengendalikan diri ketika
marah, kasih-sayang, dapat menjaga diri dan murah hati kepada fakir-miskin.
Tidak mengutuk orang, tidak suka memaki, tidak menjadi lalat-merah, tidak
mencaci orang, tidak tergesa-gesa dalam pekerjaan, tidak pendengki, tidak
kikir, tidak penghasut, manis muka, bagus lidah, mencintai pada jalan Allah,
benci karena Allah, rela karena Allah dan merah karena Allah". Itulah
orang yang bagus akhlak!
(1) Diriwayatkan Ibnul Mubarak hadits mursal.
|
(2) Diriwayatkan AthThabrani dari AnNu'man bin
Basyir dan AlBazzar dari Ibnu 'Umar isnad dla'if.
|
(3) Diriwayatkan Al-Baihaqi dan hadits ini
hadits mursal.
|
1078
|
Ditanyakan kepada Rasulu'llah صلى
الله عليه وسلم tentang tanda orang
mu'min dan orang munafik, maka beliau menjawab :-
إن المؤمن همته في الصلاة والصيام والعبادة والمنافق
همته في الطعام والشراب كالبهيمة
(Innai-mu'mina himmatuhu fish-shalaati wash-shiaami
wal-'ibaadati, wal-mu- naafiqa himmatuhu fith-tha'aami wasy-syaraabi
kal-bahiimati). Artinya: "Orang mu'min itu, cita-citanya pada shalat,
puasa dan ibadah. Dan orang munafik itu, cita-citanya pada makan dan minum,
seperti binatang ternak" (1).
Hatim AI-Ashamm berkata: "Orang mu'min itu sibuk dengan
pemikiran dan pemerhatian. Dan orang munafik itu sibuk dengan loba dan
angan-angan. Orang mumin itu tidak mengharap pada seseorang, selain pada Allah.
Dan orang munafik itu mengharap pada tiap-tiap orang, selain Allah.
Orang mu'min itu, tidak merasa takut pada semua orang, selain
pada Allah. Dan orang munafik itu takut pada semua oirang, selain pada Allah.
Orang mu'min itu, memandang ringan hartanya, tidak Agamanya.
Dan orang munafik itu memandang ringan agamanya, tidak hartanya.
Orang mu'min itu berbuat baik (berbuat ihsan) dan menangis.
Dan orang munafik itu berbuat jahat dan ketawa.
Orang mu'min itu menyukai khilwah dan sendirian. Dan orang
munafik itu menyukai bercampur-baur dan orang banyak.
Orang mu'min itu menanam dan takut kepada kerusakan. Dan
orang munafik itu, mencabut dan mengharap akan panen.
Orang mu'min itu, menyuruh dan melarang untuk siasah, lalu ia
memperbaiki. Dan orang munafik itu, menyuruh dan melarang untuk ria sah
(menjadi kepala), lalu merusak".
Yang paling utama ujian baiknya akhlak, ialah: sabar atas
kesakitan dan tahan atas kekasaran orang. Siapa yang mengadu dari buruknya
akhlak orang lain, niscaya yang demikian itu, menunjukkan kepada buruk
akhlaknya. Karena baiknya akhlak itu, tahan kesakitan.
Diriwayatkan, bahwa Rasulu'llah صلى
الله عليه وسلم ."pada suatu hari berjalan kaki bersama Anas bin Malik r.a.
Lalu bertemu dengan seorang Arab dusun. Maka ditariknya selimut Nabi صلى الله عليه وسلم . dengan keras dan
pada diri Nabi صلى الله عليه وسلم .
baju Najran (berasal dari negeri Najran Yaman), yang tebal pinggirnya. Anas
menerangkan: "Lalu aku melihat leher Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم ., telah membekas pinggir baju itu,
lantaran keras tarikannya". Orang Arab dusun itu berkata-: "Hai
Muhammad! Berilah kepadaku harta Allah yang ada padamu!".Lalu Rasulu'llahصلى الله عليه وسلم . menoleh kepadanya
seraya tersenyum. Kemudian, beliau menyuruh memberikannya" (2).
(1). Al-'Iraqi (yang memberi penjelasan tentang
hadits-hadits dalam Ihya'), berkata, bahwa hadits ini, tiada ia dapati
dimana-mana.
|
(2). Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim dari Anas
r.a.
|
1079
|
Sewaktu orang Quraisy banyak menyakiti Nabi صلى الله عليه وسلم . dan memukulinya, beliau berdo'a:
اللهم اغفر لقومي فإنهم لا يعلمون(Allaahu'mma'gh-fir liqaumii fa i'nnahum laa ya'lamuun" (1).
Artinya: "Wahai Allah Tuhanku! Ampunilah kaumku, karena mereka tidak tahu",- diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dari Sahl bin Sa'ad.Ada yang mengatakan, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم . mengucapkan ini pada hari perang Uhud.
Karena itulah, Allah Ta'ala menurunkan ayat ini kepada Nabi صلى الله عليه وسلم . :-
وإنك لعلى خلق عظيم(Wa innaka la'alaa khuluqin 'adhiim).Artinya: "Dan engkau sesungguhnya mempunyai budi-pekerti (akhlak) yang tinggi".- S. Al-Qalam, ayat 4.
Diceriterakan, bahwa Ibrahim bin Adham pada suatu hari,
keluar kepadang pasir (padang Sahara). Lalu seorang tentara menjumpainya,
seraya berta nya: "Apakah kamu budak?". "Ya!",- jawab
Ibrahim bin Adham.
"Dimana
bangunan (yang kamu kerjakan)?"
tanya tentara itu.
Lalu
Ibrahim bin Adham menunjukkan ke kuburan.
Tentara
itu menjawab:"Yang aku maksudkan pembangunan".
Lalu
Ibrahim bin Adham menjawab: "Itulah kuburan!"
Maka tentara itu marah yang demikian. Lalu dipukulnya kepala
Ibrahim bin Adham dengan cambuk, sehingga berdarah. Dan dibawanya pulang
kekampung. Lalu teman-teman Ibrahim menemuinya, seraya mereka jtu
bertanya:"Apa kabar?".
Lalu tentara itu menerangkan kepada mereka, apa yang dijawab
oleh Ibrahim bin Idham. Lalu teman-teman itu menerangkan: "Ini Ibrahim bin
Idham!" Maka tentara itu turun dari kudanya, seraya mencium kedua tangan
dan kedua kaki Ibrahim bin Idham, meminta ma'af kepadanya. Lalu orang bertanya
sesudah itu kepada Ibrahim bin Idham: "Mengapa tuan katakan: "Aku ini
budak".
Ibrahim bin Idham menjawab: "Tentara itu tidak bertanya
kepadaku: "Budak siapa engkau. Tetapi ia bertanya: "Engkau
budak?" Lalu aku menjawab: "Ya, karena aku budak (hamba) Allah.
Tatkala ia memukul kepalaku, aku bermohon kepada Allah, agar untuknya
sorga".
Lalu orang bertanya: "Bagaimana begitu, sedang ia telah
menganiayai tuan?".
Ibrahim bin Idham menjawab: "Aku tahu, bahwa aku
mendapat pahala, ter hadap apa yang diperbuatnya pada diriku. Aku tidak
menghendaki bahwa nasibku yang kuperoleh daripadanya itu baik, sedang nasibnya
yang diperoiehnya daripadaku itu buruk".
(1). Artinya: "Wahai Allah Tuhanku! Ampunilah kaumku,
karena mereka tidak tahu",- diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dari Sahl bin
Sa'ad.
|
1080
|
Abu Usman
Al-Hiyari diundang pada suatu undangan. Dan yang mengundang itu ingin
mencobanya. Setelah Abu Usman tiba ditempatnya, lalu pengundang itu berkata:
"Saya tidak mempunyai maksud apa-apa".Lalu Abu Usman
pulang kembali. Setelah ia pergi dan belum begitu jauh, maka diun dangnya kali
kedua. Lalu pengundang itu berkata: "Ya tuan guru! Pulanglah!".Lalu Abu Usman
pulang. Kemudian diundangnya lagi kali ketiga, seraya ia berkata:
"Pulanglah menurut yang diharuskan oleh waktu".Abu Usman lalu
kembali. Sewaktu sampai dipintu, lalu pengundang itu mengatakan seperti
perkataannya pertama. Maka Abu Usmanpun kembali.Kemudian datang
lagi kali keempat, lalu kembali lagi. Sampai pengundang itu memperlakukan
demikian beberapa kali. Dan Abu Usman tidak berobah sikapnya dari yang
demikian.
Lalu pengundang itu bertekuk lutut pada dua kaki Abu Usman,
seraya berkata: "Ya tuan guru! Sesungguhnya aku bermaksud, mencoba tuan.
Alangkah bagusnya akhlak tuan!".
Abu Usman menjawab: ,Apa yang engkau lihat
daripadaku itu, adalah perangai anjing. Anjing itu sesungguhnya apabila
dipanggil, ia datang. Dan apabila digertak, ia pergi".
Diriwayatkan pula tentang Abu Usman itu, bahwa pada suatu
hari ia melintasi suatu jalan, lalu dicampakkan orang suatu panci abu
keatasnya. Lalu Abu Usman turun dari kendaraannya dan beliau bersujud syukur.
Kemudian, beliau membuang abu itu dari kainnya. Dan tiada mengatakan
sesuatupun. Lalu orang bertanya kepadanya: "Mengapa tidak tuan bentak
mereka itu?" Abu Usman menjawab: "Orang yang mustahak api, lalu
didamaikan dengan abu, maka tidak boleh ia marah".
Diriwayatkan, bahwa Ali bin Musa Ar-Ridla r.a., warnanya
condong kepada hitam, karena ibunya hitam. Dan di Naisabur ada sebuah sumur
mandi (ham mam) dekat pintu rumahnya. Apabila ia bermaksud masuk hammam
itu,lalu penjaga hammam mengosongkannya dari orang lain. Pada suatu hari Ali
bin Musa Ar-Ridla masuk kehammam tersebut. Lalu, oleh penjaga hammam itu,
menutup pintunya dari luar. Dan penjaga itu pergi karena sesuatu keperluan.
Lalu datanglah seorang Rustak (1) kepintu hammam, lalu dibukanya dan ia masuk
dan membuka pakaiannya. Lalu ia masuk ke hammam. Maka dilihatnya Ali bin Musa
Ar-Ridla. Dan disangkanya salah seorang pelayan hammam.
(1). Orang Rustak, ialah yang bertempat tinggal dipinggir
daerah Naisabur.
|
1081
|
Orang Rustak itu berkata kepada Ali bin Musa Ar-Ridla:
"Bangun dan bawa- lah air kepadaku!"
Ali bin Musa lalu berdiri dan mematuhi semua yang disuruh
oleh orang tersebut. Kemudian penjaga hammam itu kembali dan melihat pakaian
orang Rustak itu dan mendengar kata-katanya kepada Ali bin Musa Ar-Ridla. Maka
ia- pun takut dan melarikan diri, meninggalkan kedua orang itu disitu. Sewaktu
Ali bin Musa keluar dari hammam, lalu menanyakan tentang penjaga hammam. Maka
orang mengatakan kepadanya, bahwa penjaga itu takut tentang apa yang telah
terjadi, lalu ia melarikan diri. Ali bin Musa menjawab: "Tiada seyogianya
ia melarikan diri. Sesungguhnya dosa adalah bagi orang yang meletakkan airnya
pada budak wanita hitam". (1).
Diriwayatkan bahwa Abu Abdillah Al-Khayyath (penjahit) duduk
pada tokonya. Ia mempunyai seorang pekerja mayusi (beragama Zaroaster), yang
dipekerjakannya pada menjahit. Apabila orang mayusi itu telah menjahit sesuatu
lalu dibawanya kepada Abu Abdillah beberapa uang dirham buruk. Abu Abdillah
mengambil uang itu dari orang mayusi tersebut. Dan tidak diberitahukannya yang
demikian dan tidak dikembalikannya kepadanya. Pada suatu hari kebetulan
terjadi, bahwa Abu Abdillah pergi untuk suatu keperluan. Maka datanglah orang
mayusi itu. Ketika tidak didapatinya Abu Abdillah disitu, lalu diserahkannya
ongkos menjahit itu kepada murid Abu Abdillah. Dan ia minta kembali pakaian
yang telah dijahitnya. Dan itu adalah dirham buruk.
Tatkala murid tadi melihat wang tersebut, lalu diketahuinya,
bahwa itu uang buruk. Maka dikembalikannya kepada orang majusi itu. Setelah
kembali Abu Abdillah, lalu murid itu menceriterakannya yang demikian.
Maka Abu Abdillah menjawab: "Tidak baik yang engkau perbuat
itu. Orang mayusi ini memperlakukan aku dengan perlakuan demikian, sejak
setahun yang lalu. Aku sabar dan aku ambil dirham itu daripadanya. Aku
lemparkan dalam sumur, supaya tidak tertipu dengan dirham itu, orang
Islam".
Abu Yusuf bin Asbath berkata: "Tanda kebagusan akhlak
itu sepuluh perka ra: sedikit perselisihan, baik keinsyafan, meninggalkan
mencari kesalahan, memandang baik apa yang nyata dari kejahatan, meminta ma'af,
menanggung kesakitan, kembali mencaci diri sendiri, sendirian dengan mengetahui
kekurangan diri sendiri, tidak kekurangan orang lain, jernih muka untuk orang
kecil dan orang besar dan lemah-lembut perkataan, terhadap orang yang
dibawahnya dan orang yang diatasnya.
Ditanyakan Sahl tentang kebagusan akhlak, lalu ia menjawab:
"Sekurang-kurangnya menanggung kesakitan, meninggalkan meminta pembalasan,
meminta rahmat kepada orang zalim, meminta ampun dosa orang zalim itu, dan
kasih sayang kepadanya".
Ditanyakan kepada Ahnaf bin Qais: "Dari siapakah anda
belajar sifat lemah lembut?".
Ahnaf bin Qais menjawab: "Dari Qais bin 'Ashim".
Lalu ditanyakan lagi: "Sampai dimana kelemah-lembutannya itu?". Ahnaf
bin Qais menjawab: "Pada waktu ia sedang duduk dirumahnya, lalu datanglah
budak wanitanya membawa besi tempat pembakar daging, yang berisi daging bakar.
Lalu jatuhlah besi itu dari tangannya Dan terjatuh atas puteranya yang masih
kecil. Lalu meninggal. Lalu budak wani- ta itu gugup. Maka ia berkata kepada
budaknya: "Engkau tak usah gugup. Engkau merdeka karena Allah
Ta'ala".
(1). Maksudnya, ayahnya sendiri yang memperanakkandia
dariihunya seorang budak wanita hitam (Periyalin).
|
1082
|
Ada yang mengatakan, bahwa Uais Al-Qarany, apabila dilihat
oleh anak- anak, ialu dilemparinya dengan batu. Ia berkata kepada anak-anak
itu: "Hai saudaraku! Jikalau tak boleh tidak demikian, maka iemparilah aku
dengan batu-batu kecil, sehingga- kamu tidak membuat betisku berdarah. Lalu
kamu mencegah aku dari pada shalat!".
Seorang Iaki-Iaki rnernaki Ahnaf bin Qais. Dan Al-Ahnaf tidak
menjawabnya. Ia mengikuti laki-laki itu. Dan sewaktu telah dekat dengan
kampung, ialu Ahnaf berhenti, seraya berkata: "Kalau masih ada pada dirimu
sesuatu, maka katakanlah! Supaya tidak didengar nanti oleh sebagian orang-orang
bodoh kampung ini. Nanti disakitinya engkau". Diriwayatkan, bahwa Ali r.a.
memanggil seorang budak pria. Budak itu tidak menyahut ,lalu dipanggilnya?. kali
kedua dan ketiga. Tidak juga menyahut. Lalu Ali pergi kepadanya, maka
dilihatnya budak itu sedang ber baring. Lalu ia bertanya: "Apakah tidak
engkau dengar, wahai budak?". Budak itu menjawab: "Ada!".
Lalu Ali bertanya: "Apakah yang mendorong engkau, untuk.
tidak menyahut panggilanku?".
Budak itu menjawab: "Aku merasa aman daripada siksaanmu,
lalu aku bermalas-malas".
Maka Ali menyambung: "Kalau begitu, pergilah! Engkau
merdeka karena Allah Ta'ala".
Seorang wanita berkata kepada Malik bin Dinar r.a.: "Hai
orang yang ria!".
Malik bin Dinar menjawab: "Hai wanita ini! Engkau dapati
namaku yang dipandang sesat oleh penduduk kota Basrah".
Yahya bin Ziyad Al-Harisi mempunyai seorang budak jahat. Lalu
orang bertanya kepadanya: "Mengapa engkau pegang (tidak engkau lepaskan)
budak itu?".
Yahya menjawab: "Untuk aku
pelajari lemah-lembut padanya". Maka inilah jiwa-jiwa yang telah dihinakan
dengan latihan, lalu lurus akhlaknya dan bersih bathinnya dari pada tipuan,
kungkungan dan deng- ki, Maka membuahkan ridla dengan semua yang ditakdirkan
oleh Allah Ta'ala.
Itulah kebagusan akhlak tingkat kesudahan! Orang yang tidak
menyukai dan tidak rela dengan perbuatan Allah Ta'ala, adalah orang yang paling
buruk akhlaknya. Mereka itu telah menampak tanda-tanda pada zahiri- yahnya,
sebagaimana telah kami sebutkan dahulu. Orang-orang yang tidak menjumpai
tanda-tanda tersebut pada dirinya, maka tiada seyogiyanya tertipu dengan
dirinya. Lalu menyangka bagus
1083
|
Akhlaknya. Tetapi seyogiyalah menggunakan waktu dengan
latihan (riya- dlah) dan bersungguh-sungguh (mujahadah), sehingga ia sampai
kepada derajat kebagusan akhlak. Itulah darajat tinggi, yang tidak dicapai,
selain oleh orang-orang yang mendekatkan diri kepada Allah (orang-orang mu
qarrabun) dan orang-orang siddik (yang membenarkan Allah).
PENJELASAN:
jalan melatih anak-anak pada permulaan lahirnya, cara menyopankan dan
membaguskan akhlaknya.
Ketahuilah,
bahwa jalan pada melatih anak-anak itu, termasuk urusan yang sangat
penting dan sangat kuat perlunya. Anak kecil adalah ama- nah pada ibu-bapanya.
Hatinya yang suci adalah mutiara yang amat ber- harga, halus, kosong dari semua
ukiran dan gambaran. Ia menerima untuk semua yang diukirkan. Dan condong
kepada semua yang dicondong- kan kepadanya. Kalau anak itu membiasakan kebaikan
dan mengetahui kebaikan, niscaya ia tumbuh diatas kebaikan. Ia berbahagia
didunia dan diakhirat. Ibu bapanya, semua guru dan pendidiknya, sama-sama
berkongsi pada pahala anak itu.
Kalau ia membiasakan kejahatan dan ia disia-siakan seperti
disia-siakan binatang ternak, niscaya anak itu celaka dan binasa. Dan dosa itu
adalah pada leher orang yang mengurus dan walinya. Allah 'Azza wa Jalla ber-
firman:
وجل يا أيها الذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم
نارا
(Ya
ayyuhal-ladziina aamanuu, quu anfusakum wa ahliikum naaraa). Artinya: Hai
orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan kaum keluargamu dari api
neraka!" S. At-Tahrim ayat 6. Bagaimanapun bapak itu memelihara anaknya
dari neraka dunia maka lebih utama lagi memeliharanya dari neraka akhirat.
Pemeliharaannya, ialah mendidik, mencerdaskan dan mengajarinya budi- pekerti
yang baik. Menjaganya dari teman-teman jahat. Tidak dibiasakan dengan
kesenangan, tidak disukakannya dengan perhiasan dan sebab-sebab kemewahan.
Lalu ia menyia-nyiakan umurnya mencari kemewahan, apabila ia sudah besar. Maka
binasalah ia untuk selama-lamanya. Tetapi selayaknyalah ia diawasi dari sejak
permulaan. Tidak dipakai untuk menjaga dan menyusuinya, selain wanita shalih, beragama,
makan yang halal. Karena susu yang berhasilnya dari yang haram, tak ada barakah
padanya. Apabila pertumbuhan anak itu terjadi dari susu yang demikian, niscaya
melekatlah kejadiannya dari yang keji. Lalu tabiatnya condong kepada yang
bersesuaian dengan yang keji-keji itu.
Manakala telah kelihatan fantasinya dapat membeda-bedakan
sesuatu,
1084
|
Manakala telah kelihatan fantasinya dapat membedabedakan
sesuatu,maka selayaknyalah diperbagus pengawasannya. Permulaan yang demikian,
ialah timbulnya permulaan sifat malu. Apabila ia marah, malu dan meninggalkan
sebagian pekerjaan, maka yang demikian itu adalah karena bersinarnya cahaya
akal. Sehingga ia melihat sebagian keadaan itu keji dan menyalahi dengan
sebagian yang lain. Lalu ia malu dari sesuatu dan tidak malu dari yang lain.
Ini adalah pemberian Allah Ta'ala kepada anak itu! Dan suatu kegembiraan yang
menunjukkan kepada kelurusan akhlak dan kebersihan hati. Ia digembirakan dengan
kesempurnaan akal ketika dewasa.
Maka anak kecil yang pemalu, tidaklah selayaknyanya
disia-siakan. Akan tetapi ditolong kepada mendidiknya dengan malu dan
tamyiznya (1).
Sifat pertama yang menonjol pada anak-anak itu, ialah: rakus
kepada makanan. Maka selayaknyalah ia dididik tentang makanan ini, umpamanya:
bahwa anak itu tidak mengambil makanan, selain dengan tangan kanannya.
Bahwa ia membaca "Bismi'llah" ketika mengambilnya.
Bahwa ia makan makanan yang dekat dengan dia.
Bahwa ia tidak tergesa-gesa kepada suatu makanan sebelum
orang lain.
Bahwa ia tidak menitikkan perhatian kepada sesuatu makanan
dan kepada orang yang memakannya. Bahwa ia tidak makan cepat-cepat.
Bahwa ia mengunyah makanan dengan baik dan tidak
ber-turut-turut suapan. Tidak mengotorkan tangan dan pakaiannya dengan makanan.
Bahwa ia membiasakan roti kering pada sebagian waktu.
Sehingga ia tidak menjadi orang yang memandang harus adanya lauk-pauk.
Bahwa ia memandang jelek banyaknya makan dengan
diserupakannya tiap-tiap orang, yang banyak makan itu, dengan binatang-ternak.
Dan dengan dicelanya anak-anak dihadapannya yang banyak makan dan dipujinya
anak-anak yang sopan, yang sedikit makan.
Bahwa disukakan kepadanya mengutamakan makanan itu untuk
orang lain dan kurang memperhatikan kepada makanan itu. Dan merasa cukup dengan
makanan kasar, makanan apa saja yang ada. Dan disukakan kepadanya pakaian
putih, tidak berwarna dan sutera. Ditetapkan padanya, bahwa yang demikian itu
adalah keadaan wanita dan orang-orang yang menyerupakan dirinya dengan wanita.
Bahwa orang laki-laki itu, mencegah dirinya dari-pada yang demikian. Dan
diulang-ulanginya yang demikian kepada anak itu.
Manakala terlihat pada seorang anak kecil, pakaian dari
sutera atau berwarna, maka selayaknyalah ditantang dan dicela. Anak kecil itu
dijaga daripada bergaul dengan anak-anak kecil yang membiasakan dirinya bersenang-senang,
bermewah-mewah dan memakai pakaian yang membanggakan. Dan dijaga dari-pada
bergaul dengan tiap-tiap orang, yang memperdengarkan apa yang digemarinya.
Karena anak-anak itu apabila disia-siakan pada permulaan pertumbuhannya,
niscaya menurut
(1). tamyiz, ialah: anak itu sudah dapat membedakan antara
baik dan buruk, antara manfa'- at dan sia-sia dan sebagainya. (pent.).
|
1085
|
yang kebanyakan, anak itu keluar dengan buruk akhlak, pendusta,
pen- dengki, pcncuri, Ialat merah, suka meminta-minta, banyak perkataan sia-
sia, suka tertawa, menipu dan banyak senda-gurau. Sesungguhnya yang demikian
itu, dapat dijaga dengan baiknya pendidikan.Kemudian disibukkan dia
dimadrasah.
Maka ia mempelajari Al-Qur'an, hadist-hadist yang mengandung
ceritera- ceritera, riwayat dan hal-ihwal orang baik-baik. Supaya tertanam
dalam jiwanya kecintaan kepada orang-orang shalih.
Anak-anak itu dijaga daripada membaca syair-syair
(pantun-pantun), yang didalamnya disebutkan asyik-wal-ma'syuk (urusan sex) dan
orang-orangnya. Dan dijaga dari-pada bergaul dengan orang-orang sastrawan, yang
mendakwakan bahwa yang demikian itu, termasuk perbuatan senda- gurau dan
kehalusan tabiat. Sesungguhnya yang demikian itu, akan menanamkan bibit
kerusakan dalam hati anak-anak.
Kemudian, manakala telah Iahir kelakuan baik dan perbuatan
terpuji pada seorang anak, maka selayaknyalah dimuliakan dan diberi ganjaran,
dengan yang menggembirakannya. Dan dipuji dimuka orang banyak. Kalau pada
sebagian keadaan, pada suatu kali anak itu menyalahi yang demikian, maka selayaknyalah
tidak diperhatikan (seolah-olah tidak diketahui). Tidak dirusakkan tutupnya dan
tidak dibuka-bukakan. Dan tidak tampak bagi anak itu, bahwa tergambar baginya,
ada seseorang yang berani melakukan seperti itu. Lebih-lebih apabila anak itu
sendiri menutupinya dan bersungguh-sungguh menyembunyikan. Karena melahirkan
yang demikian itu kepadanya, kadang-kadang membawa anak itu kepada keras
kepala. Sehingga tidak perduli lagi dengan terbukanya keadaan itu. Maka ketika
demikian, kalau diulanginya kali kedua, niscaya selayaknyalah dicela secara
berbisik dan dibesar-besarkan hal itu. Dan dikatakan kepadanya: "Awas,
bahwa engkau ulangi lagi sesudah itu yang seperti ini! Dan bahwa dilihat orang
kepada engkau, tentang hal yang seperti ini. Lalu tersiarlah keburukanmu
diantara orang banyak". Janganlah engkau membanyakkan perkataan terhadap
anak itu dengan celaan^ pada setiap waktu. Karena yang demikian itu, memudahkan
baginya mendengar cacian dan perbuatan yang keji-keji. Dan hilanglah pengaruh
perkataan itu pada hatinya.
Hendaklah orang tua itu, menjaga pengaruh perkataannya dengan
anak. Tidak mengejek anaknya, kecuali sewaktu-waktu. Ibu mempertakutkan anaknya
kepada bapak dan menggertakannya dari-pada perbuatan keji. Selayaknyalah anak
itu dilarang tidur siang hari, karena membawa kepada kemalasan. (1).
Dan tidak dilarang tidur pada malam hari. Akan tetapi
dilarang pada
(1). Terserah kepada pembaca menanggapinya secara positif.
(Peny.) 1086
|
tempat tidur yang empuk. Sehingga keraslah anggota tubuhnya
dan tidak gemuk badannya. Maka ia tidak sabar kalau tidak ada kesenangan. Akan
tetapi ia membiasakan dengan tempat tidur, pakaian dan makanan kasar. Selayaknyalah
dilarang, dari setiap perbuatan yang diperbuatnya dengan sem- bunyi-sembunyi.
Sesungguhnya tidak disembunyikannya suatu perbuatan, kecuali diyakininya bahwa
perbuatan itu keji. Maka apabila telah dibia- sakannya demikian, niscaya ia
akan meninggalkan perbuatan keji. Anak itu dibiasakan pada sebagian waktu
disiang hari, dengan jalan-jalan, gerak badan dan olah raga. Sehingga ia tidak
menjadi malas. Dan dibiasakan, bahwa tidak terbuka anggota badannya dimuka orang
dan tidak berjalan cepat, tidak men jatuhkan kedua tangannya kebawah, tatapi
diletakkannya kedua tangan itu pada dada.
Dilarang menyombongkan diri dengan teman-temannya, disebabkan
sesuatu yang dimiliki oleh ibu-bapanya atau disebabkan sesuatu dari makanannya
dan pakaiannya atau batu tulis dan tintanya. Akan tetapi dibiasakan
merendah-diri dan memuliakan setiap orang yang bergaul dengan dia. Dan berkata
lemah-lembut dengan mereka.
Dilarang anak-anak itu mengambil dari anak-anak lain, sesuatu
yang kelihatannya berharga, kalau ia termasuk anak orang-orang besar. Akan
tetapi diberitahukan, bahwa ketinggian darajat seorang adalah pada memberi,
tidak pada mengambil. Mengambil itu tercela, keji dan hina. Kalau ia termasuk
anak orang-orang miskin, maka diberi-tahukan, bahwa loba dan mengambil hak
orang adalah hina dan rendah. Dan itu termasuk tabiat anjing. Anjing itu
menggerak-gerakkan ekornya, menunggu danLmengharap sesuap makanan.
Kesimpulannya, dinyatakan keji kepada anak-anak, akan cinta
kepada emas dan perak dan kepada kelobaan memperoleh keduanya. Dan lebih banyak
diperingati dari emas dan perak itu, dibandingkan daripada diperingati dari hai
ular dan kala-jengking. Karena bahaya mencintai emas dan perak dan loba untuk
memperolehnya itu, lebih besar dari-pada bahaya racun kepada anak-anak, bahkan
juga terhadap orang-orang besar. Selayaknyalah anak itu dibiasakan, bahwa ia
tidak meludah pada tempat du- duknya. Tidak membuang hingus dan menguap
dihadapan orang lain. Dan tidak membelakangi orang lain. Tidak meletakkan
kakinya yang se- belah diatas kakinya yang sebeiah lagi. Tidak meletakkan tapak
tangannya dibawah dagunya. Dan tidak raenegakkan kepalanya dengan lengan- nya.
Karena yang demikian itu menunjukkan kemalasan. Dan diajarkan cara duduk dan
dilarang banyak berbicara. Diterangkan kepadanya, bahwa yang demikian itu
menunjukkan kepada kurang malu. Dan itu adalah anak-anak tercela. Dan anak itu
dilarang bersumpah mut- lak, baik ia benar atau bohong. Sehingga ia tiada
terbiasa yang demikian, pada waktu kecil.
Dilarang ia memulai berbicara. Dan dibiasakan bahwa ia tidak
berbicara;
1087
|
Dilarang ia memulai berbicara. Dan dibiasakan bahwa ia tidak
berbicara;Dilarang ia memulai berbicara. Dan dibiasakan bahwa ia tidak
berbicara;selain menjawab pembicaraan orang lain dan sekedar pertanyaan. Dan
bahwa ia mendengar perkataan orang lain baik-baik, manakala orang itu
berbicara, orang yang lebih tua dari padanya. Dan bahwa ia berdiri untuk orang
yang diatasnya. Dan bahwa ia meluaskan tempat duduk untuk- nya. Dan duduk
dihadapannya.
Dilarang anak-anak itu dari perkataan yang sia-sia, yang
keji, dari mengutuk, memaki dan bergaul dengan orang yang lidahnya selalu
berbuat demikian. Karena tidak dapat dibantah, bahwa yang demikian itu akan
menjalar dari teman-teman jahat.
Dan pokok pendidikan anak-anak, ialah menjaga dari
teman-teman jahat.
Selayaknyalah, apabila anak itu dipukul oleh guru, bahwa
tidak membanyakkan memekik-mekik dan berteriak-teriak. Dan tidak meminta tolong
pada seseorang. Akan tetapi bersabar dan menyebutkan kepada anak itu, bahwa
yang demikian adalah kebiasaan orang-orang berani dan laki-laki. Dan
membanyakkan memekik-mekik itu kebiasaan budak dan wanita. Selayaknyalah,
sesudah keluar dari sekolah, anak-anak itu diizinkan berma- in-main yang baik.
Ia beristirahat dari kepayahan sekolah, dimana ia tidak merasa payah dalam
permainan. Sesungguhnya melarang anak-anak daripada bermain dan selalu
memaksakannya belajar, akan mematikan hatinya, merusakkan kecerdikannya dan mengeruhkan
hidupnya. Sehingga ia akan mencari daya upaya untuk melepaskan diri
dari-padanya. Selayaknyalah, anak itu diajar mentaati ibu-bapanya, gurunya,
pendidiknya dan setiap orang yang lebih tua dari-padanya. ahli kerabatnya dan
orang asing. Bahwa ia memandang orang-orang itu dengan pandangan kemulia- an
dan penghormatan. Dan ia tidak bermain-main dihadapan mereka. Manakala anak itu
telah sampai usia tamyiz, maka selayaknyalah tidak diperbolehkan meninggalkan
bersuci dan shalat. Disuruh ia berpuasa pada beberapa hari bulan Ramadlan.
Dijauhkan ia memakai kain yang berisikan sutera (ad-dii-baj), sutera dan emas.
Diajarkan ia setiap yang di- perlukan dari batas-batas agama. Ditakutkannya
dari-pada mencuri, makan haram, berkhianat, berdusta, berbuat keji dan setiap
perbuatan yang biasa dilakukan oleh anak-anak.
Apabila telah terjadi pertumbuhan anak-anak itu demikian pada
masa kanak-kanak, maka sewaktu telah mendekati dewasa, niscaya mungkin ia
diperkenalkan rahasia segala hal tersebut. Lalu disebutkan kepadanya, bahwa
makanan itu obat. Sesungguhnya yang dimaksud dari obat itu, ialah lintuk
menguatkan manusia ta'at kepada Allah Azza wa Jalla. Dan dunia seluruhnya tidak
mempunyai pokok, sebab tidak kekal. Kematian akan memutuskan kenikmatan dunia.
Dan dunia itu negeri lintasan, bu- kan negeri ketetapan. Dan akhirat itu negeri
ketetapan, bukan negeri lintasan. Kematian itu menunggu pada setiap sa'at.
Orang pandai bera- .kal, ialah orang yang mencari bekal dari dunia untuk
akhirat. Sehingga tinggilah darajatnya pada sisi Allah Ta'ala dan luaslah
kenikmatannya dalam sorga.
1088
|
Apabila pertumbuhan anak itu baik, maka kata-kata diatas
tadi, ketika ia dewasa, adalah berpengaruh, membekas dan menyembuhkan, yang
tetap dalam hatinya, sebagaimana tetapnya ukiran pada batu. Jikalau pertumbuhan
anak itu sebaliknya, sehingga anak itu menyukai main-main, perbuatan keji,
kurang malu, rakus kepada makanan dan pakaian, suka berhias dan menyombong,
niscaya hatinya jauh dari-pada menerima kebenaran, sebagaimana jauhnya dinding
tembok dari tanah kering.
Maka pekerjaan yang pertama-tama, ialah yang seharusnya
dijaga. Sesungguhnya anak itu dengan zat kejadiannya, dijadikan, yang dapat
me-, nerima yang baik dan yang jahat.
Ibu-bapanyalah yang membawa anak itu, condong kepada salah
satu dua segi. Nabi صلى الله عليه وسلم .
bersabda:كل مولود
يولد على الفطرة وإنما أبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه(Kullu-mauluudin yuuladu 'alail-fithrati.
Wa innamaa abawaahu yuhaw - widaanihi au yunash-shiraanihi au yumajjisaanihi). Artinya:
"Semua anak itu dilahirkan dalam keadaan suci (fithrah). Ibubapanyalah
yang meyahudikannya atau menasranikannya atau memajusikannya". (1).
Sahl bin Abdullah At-Tusturi berkata: "Adalah
aku sewaktu berumur tiga tahun, aku itu bangun malam. Lalu aku melihat shalat
pamanku Muhammad bin Suwar. Pada suatu hari, ia berkata kepadaku:
"Tidakkah engkau mengingati Allah yang menjadikan engkau?". Lalu aku
bertanya: "Bagaimana aku mengingati-NYA?". Pamanku menjawab:
"Katakanlah dengan hatimu, ketika kamu berbalik-balik dalam pakaianmu,
tiga kali, tanpa kamu menggerakkan lidahmu:
الله معي الله ناظر إلي الله شاهدي
(Allaahu ma'ii, Allaahu naadhirun ilayya,
Allaahu syaahidii". (2).
Lalu aku bacakan yang demikian beberapa malam. Kemudian aku
beritahukan kepada pamanku. Lalu ia menjawab: "Bacalah pada tiap-tiap malam
tujuh kali!". Lalu aku lakukan yang demikian. Kemudian aku beritahukan
kepada pamanku. Maka ia menjawab: "Bacalah yang demikian setiap malam
sebelas kali!". Lalu aku lakukan yang demikian.
(1). Hadits ini diriwayatkan Imam Al-Bukhari dan
Muslim dari Abi Hurairah r.a.
|
(2). Artinya: "Allah bersamaku, Allah
memandang kepadaku, Allah menyaksikan aku".
|
1089
|
Maka terjadilah dalam hatiku kemanisannya. Sesudah setahun
kemudian, pamanku berkata kepadaku: "Jagalah apa yang aku ajarkan
kepadamu! Dan terus- meneruslah yang demikian, sampai engkau masuk kubur!
Karena bermanfa'at kepadamu didunia dan diakhirat". Maka selalulah aku
lakukan yang demikian bertahun-tahun. Karena itu, aku memperoleh manisnya pada
batinku.
Kemudian, pada suatu hari pamanku berkata kepadaku: "Hai
Sahl! Ba- rang siapa ada Allah bersamanya, Allah memandang kepadanya dan
menyaksikannya, adakah ia berbuat maksiat kepadaNya? Awaslah dari-pada
perbuatan maksiat!".
Lalu aku menyendiri (berkhilwah). Maka mereka kirim aku
kesekolah. Lalu aku jawab: "Aku takut bercerai dengan cita-citaku".
Tetapi rupanya, mereka membuat syarat dengan guru, bahwa aku pergi pada guru
hanya satu jam, lalu belajar. Kemudian aku pulang. Maka pergilah aku kesekolah,
lalu mempelajari Al-Qur'an dan menghafalnya. Umurku ketika itu enam atau tujuh
tahun. Aku berpuasa sepanjang masa. Makananku dari roti tepung syair (1)
sampai aku berusia dua belas tahun. Lalu timbullah suatu persoalan bagiku dan
umurku sudah tiga belas tahun. Lalu aku meminta kepada keluargaku, supaya aku
dikirim ke Basrah, untuk bertanya di Basrah. Aku datang di Basrah, lalu aku
berta nya pada ulama-ulamanya. Maka tiada seorangpun yang dapat memuaskan
sesuatu daripada dahagaku. Lalu aku pergi ke Abadan, kepada seorang laki-laki
yang bernama: Abi Habib Hamzah bin Abi Abdillah Al- Abbadany. Aku bertanya
kepadanya tentang persoalan itu. Lalu ia memberi jawapan kepadaku. Maka aku
tinggal padanya beberapa waktu. Aku mengambil manfaat dengan kata-katanya. Dan
aku mendapat pendidikan dengan adab-kesopanannya. Kemudian, aku kembali ke
Tustur. Lalu aku buat makananku secara sederhana. iaitu: dibelikan untukku
sesukat biji syair dengan harganya satu dirham. Ditumbuk dan dibuat rati
bagiku. Pada waktu sahur tiap-tiap malam aku makan satu ugiyah (2) saja, tanpa
garam dan lauk-pauk. Maka tepung syair harga sedirham itu mencukupi bagiku
untuk setahun.
Kemudian, aku berazam menahan lapar tiga malam. Kemudian aku
berbuka pada suatu malam. Kemudian, aku tahan lima malam, kemudian tujuh,
kemudian dua-puluh lima malam.
Aku berada demikian selama duapuluh tahun. Kemudian, aku
pergi me- ngembara dibumi bertahun-tahun. Kemudian, aku kembali ke Tustur. Aku
bangun malam seluruhnya. Masya Allah Ta'ala. Anmad berkata: "Aku tiada
melihat dia makan garam, sampai ia meninggal, menjumpai Allah Ta'ala".
(1). Syair, semacam beras, tetapi lebih kecil.
|
(2). satu ugiyah, yaitu seperdua belas hati.
|
1090
|
PENJELASAN:
Syarat-syarat kemauan, mukaddimah mujahadah dan berangsur-ansurnya seorang
murid menjalani jalan latihan.
Ketahuilah, bahwa barang siapa menyaksikan akhirat dengan
hatinya dengan penyaksian keyakinan, niscaya dengan mudah ia ber,kemauan usaha
akhirat, rindu kepada akhirat, menempuh jalan-jalan akhirat, memandang hina
kepada kenikmatan dan kelazatan dunia. Karena orang yang ada padanya
manik-manik, lalu melihat mutiara yang berharga, niscaya tidak lagi ia
mempunyai keinginan pada manik-manik itu. Dan kuatlah kemauannya menjual
manik-manik tersebut untuk membeli mutiara.
Orang yang tidak berkehendak kepada usaha akhirat dan tidak
mencari untuk bertemu dengan Allah Ta'ala, adalah karena ketiadaan imannya
kepada Allah dan hari akhirat.Aku tidak bermaksud dengan: iman itu, bisikan jiwa dan
gerakan lidah dengan dua kalimah Syahadah, tanpa dibenarkan dengan hati dan
keikhlasan. Sesungguhnya yang demikian itu, menyerupai dengan perkataan orang
yang membenarkan, bahwa mutiara itu lebih baik dari manik-manik. Karena ia
tidak lah mutiara itu, selain kata-katanya saja. Adapun hakikat mutiara yang
sebenarnya, ia tidak tahu.
Orang yang membenarkan sesuatu seperti ini, apabila ia
menyukai manik-manik, kadang-kadang tidak akan ditinggalkannya lagi. Dan tidak
besar keinginannya kepada mutiara.
Jadi, yang mencegah dari pada sampai ialah: tiada dijalani.
Yang mencegah dari pada dijalani, ialah tiada kemauan. Yang mencegah dari-pada
kemauan, ialah: tiada iman. Dan sebab tiada iman, ialah tiada orang-orang yang
memberi petunjuk, tiada orang-orang yang memperingati dan tiada ulama-ulama
Allah yang menunjukkan kepada jalanNya, yang memperingati atas kehinaan dan
kehancuran dunia. Dan besarnya serta kekalnya urusan akhirat.
Manusia itu lalai, terjerumus dalam nafsu syahwat. Dan
terbenam dalam laut ketidurannya. Dan tak ada pada ulama agama, orang yang
memperingati mereka. Kalau ada daripada mereka yang terbangun, niscaya ia
lemah dari-pada menjalani jalan itu, karena kebodohannya. Kalau ia mencari
jalan pada ulama-ulama, niscaya didapatinya mereka condong kepada hawa nafsu,
berpaling daripada jalan yang lurus. Lalu, jadilah lemahnya kemauan, bodohnya
tentang jalan dan pembicaraannya ulama-ulama dengan hawa nafsu itu, menjadi
sebab sepinya jalan Allah Ta'ala dari orang-orang yang ber jalan padanya.
Manakala yang dicari itu tertutup, dalil penunjuk tidak ada,
hawa nafsu yang menang dan yang mencari itu lalai, niscaya sudah pasti
terhalanglah sampai kepada Allah Ta'ala dan tertutuplah semua jalan.
1091
|
Manakala yang dicari itu tertutup, dalil penunjuk tidak ada,
hawa nafsu yang menang dan yang mencari itu lalai, niscaya sudah pasti
terhalanglah sampai kepada Allah Ta'ala dan tertutuplah semua jalan.
Kalau orang itu terbangun dari dirinya sendiri atau dibangun
oleh orang lain dan tergerak kemauannya pada usaha dan perniagaan akhirat, maka
selayaknyalah diketahuinya bahwa ada syarat-syarat yang harus dikemuka- kannya
pada permulaan kemauan itu. Baginya pegangan yang harus dipegangnya dan baginya
benteng yang harus dibentenginya. Supaya ia aman dari musuh-musuh yang memotong
jalannya. Ada beberapa tugas yang harus diperhatikannya pada waktu menjalani
jalan itu. Syarat-syarat yang harus didahulukannya pada kemauan, ialah membuang
tutup dan hi jab, yang ada diantara dia dan kebenaran. Sesungguhnya tidak
tercapainya kebenaran bagi makhluk, sebabnya ialah bertindis-lapisnya hijab dan
adanya tutup pada jalan.
AllahTa'alaberfirman:
Artinya: 'Dan kami adakan
tutup dihadapan dan dibelakang mereka, lalu mereka kami tutup, sebab itu,
mereka tiada menampak". (surat Ya- Sin, ayat 9).Tutup diantara murid dan kebenaran, ada empat, yaitu: harta,
kemegahan, taklid dan maksiat.
Hijab harta baru terbuang, dengan keluarnya dari harta
miliknya, sehingga tiada tinggal baginya selain sekedar yang perlu. Selama
masih ada sa^ tu dirham yang terpaling hatinya kepada dirham itu, maka dia
terikat dan terhijab dari pada Allah Azza wa Jalla.
Hijab kemegahan baru terbuang, dengan menjauhkan diri dari
tempat kemegahan, dengan merendahkan diri, mengutamakan menyembunyikan diri
dari orang banyak, melarikan diri dari pada sebab-sebab disebut orang dan
melakukan perbuatan-perbuatan yang melarikan hati manusia dari padanya.
Hijab taklid baru terbuang, dengan meninggalkan fanatik
(ta'assub) kepada mazhab-mazhab. Membenarkan pengertian ucapannya:
(Laa ilaaha illa'llaah, Muhammadur-rasuulu'llaah) (1) dengan
pembenaran keimanan. Dan diusahakan pengokohan pembenarannya dengan
menghilangkan setiap yang disembah, selain Allah Ta'ala. Yang paling besar
disembah oleh manusia, ialah: hawa nafsu. Sehingga apabila diperbuatnya
demikian, niscaya terbukalah baginya hakekat keadaan, tentang pengertian
kepercayaannya yang diperolelmya secara
1) Artinya: 'Tiada yang disembah, selain Allah dan Muhammad
itu utusan Allah."
|
1092
|
taklid. Maka selayaknyalah dicarinya pembukaan yang demikian
itu dari mujahadah (bersungguh-sungguh dengan amalan). Tidak dari pertengkaran
lidah (mujadalah dengan lisan).
Kalau dimenangi oleh kefanatikan bagi aqidahnya dan tidak
tinggal lagi pada jiwanya tempat yang lapang untuk yang lain, maka yang
demikian itu, menjadi ikatan dan hijab baginya. Karena tidaklah sekali-kali
menjadi syarat bagi seorang murid,menyandarkan diri kepada mazhab (aliran)
tertentu.
Adapun maksiat adalah hijab dan tak ada yang membuangnya,
selain taubat, keluar dari segala perbuatan zalim, meneguhkan cita-cita kepada
tidak akan kembali lagi kepada perbuatan maksiat, menyatakan penyesalan
terhadap apa yang telah lalu, mengembalikan harta-harta yang zalim kepada
pemiliknya dan meminta kerelaan musuh. Orang yang tidak membetulkan taubatnya
dan tidak meninggalkan perbuatan maksiat dhahiryah dan ia bermaksud mengetahui
rahasia agama dengan mukasyafah (terbuka hijab), adalah seperti orang yang
bermaksud mengetahui rahasia Al-Qur'an dan tafsirnya dan ia sesudah itu tiada
mempelajari bahasa Arab. Karena yang pertama-tama haruslah mendahulukan terjamah
(penyalinan) bahasa Arab Al-Qur'an. Kemudian, meningkat kepada rahasia
pengertiannya.
Maka begitu pula, haruslah pada pertama-tamanya dan pada
penghabisannya, pembetulan hukum syariat yang dhahiryah. Kemudian, meningkat
kepada yang mendalam dan rahasia-rahasianya.
Apabila telah didahulukan empat syarat ini dan melepaskan
diri dari harta dan kemegahan, niscaya ia adalah seperti orang yang bersuci,
berwudlu' dan membuang hadats. Dan jadilah ia patut untuk shalat. Lalu ia
memerlukan kepada imam yang akan diikutinya.
Maka demikian pula seorang murid, memerlukan kepada seorang
syaikh (guru) dan ustaz, yang sudah pasti untuk diikutinya, untuk menunjuk-
kannya kepada jalan yang benar. Sesungguhnya jalan agama itu sulit dan jalan
setan itu banyak dan terang. Orang yang tiada mempunyai guru yang akan
menunjukkannya, niscaya sudah pasti akan dibawa oleh setan kepada jalannya.
Orang yang menjalani jalan-jalan desa yang membinasakan,
tanpa penunjuk jalan, sesungguhnya membahayakan dirinya sendiri dan membina-
sakannya. Dan adalah orang-yang berdiri sendiri itu seperti pohon kayu yang
tumbuh sendiri. Pohon itu akan kering dalam waktu dekat. Dan ka- laupun hidup
beberapa waktu dan berdaun, niscaya tidak akan berbuah; Yang menjadi pegangan
bagi seorang murid, sesudah mendahulukan syarat-syarat tersebut, ialah:
gurunya. Maka hendaklah ia berpegang kepada gurunya, sebagai seorang buta berpegang
kepada penuntun ditepi sungai, dimana ia menyerahkan seluruh urusannya kepada
penuntun tersebut. Ia tidak akan menyalahinya pada datang dan pergi. Tiada
suatupun yang tiada diikutinya dan tiada yang tinggal. Dan hendaklah
diketahuinya, bahwa manfa'atnya pada kesalahan gurunya, kalau guru itu
bersalah, adalah lebih banyak dari manfa'atnya pada betul dirinya sendiri,
jikalau ia betul.
1093
|
Apabila murid itu memperoleh orang yang menjadi pegangannya
seperti diatas tadi, niscaya haruslah atas orang yang menjadi pegangan itu,
menjaga dan memelihara murid tersebut, dengan benteng yang kokoh. Dito- laknya
perampok-perampok jalan dengan benteng itu. Yaitu empat perkara: khilwah
(menyendiri), diam, lapar dan tidak tidur malam. Inilah benteng dari perampok-perampok
jalan. Maksud murid itu, ialah memperbaiki hatinya, supaya ia dapat
ber-musyahadah dengan Tuhannya dan patut untuk mendekatiNYA.
Adapun lapar itu mengurangkan darah jantung dan
memutihkannya. Dan pada putihnya itu, nurnya (cahayanya). Dan menghancutkan
lemaknya hati.
Dan pada kehancuran itu halusnya hati. Dan halusnya itu kunci
muka- syafah, sebagaimana kesatnya itu sebabnya hijab. Dan manakala darah
jantung telah berkurang, niscaya sempitlah jalan musuh. Karena jalan yang
dilalui musuh, ialah urat-urat yang penuh dengan nafsu syahwat (1). Nabi Isa
a.s. bersabda: "Hai para murid! Laparkanlah perutmu, moga- moga hatimu
melihat Tuhanmu!".
Sahl bin Abdullah At-Tusturi berkata: "Para wali itu,
tidak menjadi wa- li, kecuali dengan empat perkara: mengempiskan perut, tidak
tidur malam (untuk beribadat), diam (tidak suka berbicara) dan mengasing- kan
diri dari manusia".
Faedah lapar pada mencemerlangkan hati adalah suatu hal yang
jelas, di- saksikan oleh pengalaman. Dan akan datang penjelasannya secara ber-
ansur-ansur pada "Kitab Menghancurkan Dua Nafsu Syahwat". Tentang
tidak tidur malam, maka ia membersihkan, menjernihkan dan menyinarkan hati.
Yang demikian itu menambahkan kepada kejernihan yang telah berhasil dari lapar,
Lalu hati itu menjadi seperti bin tang yang berkilau-kilauan dan kaca yang
terang. Lalu nampaklah padanya keelokan kebenaran. Dan disaksikan padanya
ketinggian derajat diakhi- rat dan kehinaan serta bahaya dunia. Dengan demikian
maka sempurna- lah kebenciannya kepada dunia dan menghadap hatinya kepada
akhirat. Juga tidak tidur malam itu hasil dari lapar. Karena tidak tidur malam
pada waktu kenyang tidak mungkin. Tidur itu mengesatkan dan mematikan hati.
Kecuali apabila tidur itu sekedar perlu. Maka yang demikian menjadi sebabnya
mukasyafah (terbuka) rahasia-rahasia ghaib. Ada yang mengatakan, tentang sifat
wali-wali itu, bahwa makanannya sekedar perlu, tidurnya karena terpaksa dan
perkataannya yang penting-penting saja.
(1). Uraian ini dapat diselami benar-benar, apabila
diperhatikan akibat kekenyangan, yang mendatangkan akibat-akibat buruk,
seperti darah tinggi dan lain-lain. Dapat dikatakan, bahwa diet itu obat dari
penyakit. Dari itu, camkan benar-benar. (pent).
|
1094
|
Ibrahim Al-Khawwash r.a. berkata: "Telah sepakat
pendapat tujuh puluh orang benar (orang shiddiq), bahwa banyaknya tidur itu
dari banyaknya minum air".
Adapun diam (tidak suka
bicara) itu, sesungguhnya dipermudahkan oleh mengasingkan diri ('uzlah). Tetapi
orang yang mengasingkan diri itu, tidak terlepas dari pada melihat orang yang
mengurus makanannya, minumannya dan pengaturan urusannya. Maka selayaknyalah ia
tidak berkata- kata, kecuali sekedar perlu. Karena berkata-kata itu menyibukkan
hati. Keinginan hati kepada berkata-kata itu besar. Karena berkata-kata itu
menyenangkan hati dan memberatkan untuk melepaskan hati kepada zikir dan fikir.
Lalu hati itu merasa senang kepada berkata-kata. Diam itu membersihkan
akal, menarik kepada wara' dan mengajarkan taqwa. Adapun khilwah
(menyendiri), maka faedahnya menolak semua yang menyibukkan, mengendalikan
pendengaran dan penglihatan. Pendengaran dan penglihatan itu serambi hati. Dan
hati itu dalam wewenang kolam yang dialirkan kedalamnya, air keji, keruh dan
kotor dari sungai-sungai panca-indera. Dan maksud dari latihan, ialah
mengosongkan kolam itu dari air-air tersebut dan dari lumpur yang terjadi
daripadanya. Supaya berpancarlah bawah kolam, lalu keluarlah dari padanya air
bersih yang suci. Dan bagaimanakah air itu dapat habis dari kolam, sedang
sungai terbuka kepada kolam itu?. Maka dalam segala hal, air baru lebih banyak
dari pada yang kurang.
Dari itu, haruslah dikekang panca-indera, kecuali sekedar
perlu saja. Dan yang demikian itu tidak sempurna selain dengan khilwah dalam
rumah gelap. Dan kalau ia tidak mempunyai tempat gelap, maka hendaklah
membalut kepalanya dalam saku bajunya atau berselimut dengan pakaian atau kain
sarung.
Dalam keadaan yang seperti ini, ia mendengar panggilan
kebenaran dan menyaksikan keagungan Hadlarat Ketuhanan. Apakah anda tidak tahu,
bahwa seruan kepada Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم .
sampai kepadanya dan beliau dalam keadaan yang seperti ini?. (1).
Panggilan itu
dengan dikatakan: "Yaa ayyuhal-muzzammil! Yaa ayyuhal- muddatstsir!
(2).
Empat yang tersebut itu, adalah tembok dan benteng. Dengan
itu tertolaklah perampok-perampok jalan. Dan tercegahlah halangan-halangan yang
menghalangi jalanan.
(1). Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari Jabir.
|
(2)."Yaa ayyuhal-muzzammil" artinya:
"Hai orang yang meletakan pakaian!" SUrat Al-Muz- zammil ayat 1.
|
"Ya ayyuhal-muddatstsir" artinya: "Hai orang
yang berselimut!" Surat Al-Muddatstsir, ayat 1.
|
1095
|
Apabila telah diperbuat demikian, niscaya dapatlah sesudah
itu meneruskan perjalanan. Dan perjalanannya itu dengan membuang
rintangan-rintangan. Dan tak ada rintangan pada jalan Allah Ta'ala, selain dari
sifat- sifat hati, yang sebabnya berpaling kepada jalan Allah Ta'ala, selain
dari sifat-sifat hati, yang sebabnya berpaling kepada dunia. Dan sebagian dari
rintangan-rintangan itu, lebih besar dari sebagian yang lain. Dan penertiban
pada penyingkirannya, ialah dengan melaksanakan yang lebih mudah, lalu yang
lebih mudah. Yaitu sifat-sifat tersebut, ya'ni: rahasia segala hubungan yang
dipotongnya pada permulaan kemauan dan bekas-bekas- nya, ya'ni: harta, kemegahan,
kecintaan dunia, berpaling kepada makhluk dan menoleh kepada perbuatan maksiat.
Maka haruslah batin itu dikosongkan dari bekas-bekas sifat
tersebut, sebagaimana dhahir dikosongkan dari pada sebab-sebab sifat yang
dhahir. Dalam hal yang demikian, perjuangan itu panjang dan berbeda dengan
berbedanya keadaan. Kadang-kadang ada orang yang telah mencukupi banyak sifat.
Maka baginya tak panjang perjuangan (mujahadah). Dan telah kami sebutkan
dahulu, bahwa jalan mujahadah, ialah melawan semua keinginan dan menentang hawa
nafsu, pada setiap sifat yang mengerasi atas jiwa murid, sebagaimana telah
disebutkan dahulu. Apabila ia merasa cukup demikian atau merasa lemah dengan
mujahadah dan tiada tinggal lagi dalam hatinya hubungan, niscaya ia me-
nyibukkan dirinya sesudah itu, dengan dzikir, yang mengharuskan hatinya
terus-menerus. Dan mencegahnya dari pada membanyakkan wirid-wirid dhahiriyah.
Tetapi ia menyingkatkan kepada
ibadah wajib dan sunat rawatib. Dan wiridnya adalah satu saja. Yaitu: Isi
segala wirid dan buahnya. Yakni: harus menerusnya hati mengingati kepada Allah
Ta'ala, sesudah terlepas dari pada mengingati lain-Nya. Dan tidak dapat
menyibukkan hati dengan zikir, selama hati itu menoleh kepada hubungan-hubungan
lain.
Asy-Syaibly berkata kepada Al-Hashary: "Jikalau
terguris pada hatimu dari Jum'at yang engkau datang kepadaku sampai Jum'at lain
(Jum'at dimuka), sesuatu selain Allah Ta'ala, maka haramlah engkau datang kepadaku".
Hati yang semata-mata begini tidak akan diperoleh, selain
dengan kebenaran kemauan dan bersemayamnya kecintaan kepada Allah didalam
hati. Sehingga ia dalam bentuk orang yang rindu, yang tiada memperhatikan yang
lain, yang tiada baginya, selain hanya satu cita-cita saja. Apabila sudah ada
seperti yang demikian, maka syaikh (guru) mengharuskan murid itu tinggal
disuatu sudut langgar (pondok) sendirian. Dan diserahkan kepada seorang yang
mengurus makanannya, sekadar sedikit makanan halal. Sesungguhnya pokok jalan agama,
ialah: makanan halal. Ketika itu, guru mengajarkannya salah satu zikir,
sehingga lidah dan hati
1096
|
Apabila hati sibuk dengan dzikir kepada Allah Ta'ala - dan
itu yang di- maksud - niscaya sudah pasti, ia terlepas dari yang lain. Dan
ketika itu, haruslah murid tersebut, mengawasi bisikan hati dan gurisan-gurisan
yang menyangkut dengan dunia dan apa yang diingatinya, dari keadaannya sendiri
dan keadaan orang lain, yang terjadi pada masa yang lampau. Karena manakala
hati itu sibuk dengan sesuatu, walaupun pada waktu sekejap mata, niscaya hati
itu kosong dari dzikir pada masa sekejap mata itu. Dan juga itu adalah suatu
kekurangan. Maka hendaklah bersungguh- sungguh menolak yang demikian.
Manakala. telah ditolak semua bisikan dan dikembalikan jiwa
kepada kata-kata yang tersebut, niscaya datanglah bisikan dari kata-kata itu
sendiri. Yaitu: "Apakah hakikat kata-kata itu? Apakah artinya
kata kita "A L L A H?" Dan karena pengertian apa, DIA itu
disembah?". Ketika itu, ia diliputi oleh bermacam-macam gurisan, yang
membuka kepadanya, pintu pikiran. Kadang-kadang datang kepadanya sesuatu sifat
kufur dan bid'ah dari bisikan setan. Manakala ia benci kepada yang demikian
dan berusaha menjauhkannya dari hati, niscaya tidak mendatangkan melarat yang
demikian itu kepadanya.
Gurisan-gurisan
itu terbagi: kepada yang diketahui dengan yakin, bahwa Allah Ta'ala
mahasuci daripadanya. Akan tetapi setan itu, melemparkan yang demikian dalam
hatinya dan melakukannya atas gurisan hatinya. Maka syaratnya, bahwa tidak
memperdulikannya. Dan ia berlindung kepada dzikir (mengingati) Allah Ta'ala.
Dan berdo'a kepadaNya, untuk menolak dari yang demikian, sebagaimana firman
Allah Ta'ala:-
وإما ينزغنك من الشيطان نزغ فاستعذ بالله إنه
سميع عليم
(Wa immaa yanzaghannaka minasy-syaithaani nazghun, fas-ta'idz
bil- laahi, innahu samii'un 'aliim).Artinya: "Dan kalau setan (orang
jahat) itu membisikkan kepada engkau bisikan (yang membawa kepada kejahatan),
maka hendaklah engkau berlindung kepada Allah.Sesungguhnya Dia Maha Mendengar
dan Maha Tahu". - S. Al-A'raf, 200.-
1097
|
Allah Ta'ala berfirman:-
إن الذين اتقوا إذا مسهم طائف
من الشيطان تذكروا فإذا هم مبصرون
(Innal-la-dziinat-taqau, idzaa massa-hum, thaa-i-fun
minasy-syaithaani, ta- dzakkaruu, fa-idzaa hum mubshi-ruun).Artinya:
"Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa, apabila mereka diti- pu oleh
setan yang datang berkunjung, niscaya mereka ingat- kembali dan ketika itu
mereka menjadi orang-orang yang mempunyai pemandangan" - S. Al-A'raf, ayat
201.
Dan terbagi kepada yang diragukan. Maka selayaknyalah
dibentangkannya yang demikian kepada gurunya. Bahkan setiap apa keadaan, yang
dida- patinya dalam hatinya, baik lesu atau rajin atau menoleh kepada hubungan
(keduniaan atau keakhiratan) atau benar tentang kemauan, maka selayaknyalah
dilahirkannya yang demikian itu kepada gurunya. Dan ditutupkannya pada orang
lain. Lalu tidak diperlihatkannya kepada seorang juapun.
Kemudian, bahwa gurunya melihat keadaannya dan memperhatikan
tentang kecerdikan dan kepintarannya. Kalau guru itu mengetahui, bahwa kalau
murid itu ditinggalkannya dan disuruhnya berfikir, niscaya ia menyadari dari
dirinya akan hakekat kebenaran. Maka selayaknyalah murid itu dibawa kepada
berfikir dan disuruhnya selalu berfikir. Sehingga tercurahIah dalam hatinya
nur, yang membukakan hakikat itu kepadanya. Kalau guru itu mengetahui bahwa
yang demikian tidak akan menguatkan murid yang seperti itu, niscaya
dikembalikannya murid tersebut kepada keyakinan yang tegas, dengan apa yang
dapat dibawa oleh hatinya, dari pengajaran, dzikir dan keterangan yang
mendekati dengan pemahaman- nya. Dan selayaknyalah guru itu bersikap halus dan
lemah-lembut dengan murid itu. Sesungguhnya ini, adalah jalan kebinasaan dan
tempat yang amat berbahaya. Berapa banyak murid yang berbuat latihan, lalu
banyaklah padanya khayalan yang merusak, yang tidak mampu ia me-
nyingkapkannya. Maka terputuslah jalannya. Lalu ia berbuat kebatilan dan
menempuh jalan yang membolehkan. Dan itu adalah kebinasaan besar.
Orang yang bertindak semata-mata untuk dzikir dan menolak
hubungan- hubungan yang menyibukkan dari hatinya, niscaya ia tidak terlepas
dari pemikiran-pemikiran yang seperti itu. Dia sesungguhnya menumpang ka- pal
bahaya. Kalau selamat, niscaya dia termasuk raja-raja agama. Dan kalau
bersalah, ia termasuk orang yang binasa
1098
|
Karena itulah, Nabi صلى الله عليه
وسلم bersabda:-
"Alaikum bidiini'l-'ajaa-iz"-Artinya:
"Haruslah kamu berpegang dengan agama orang-orang lemah". (1)
Yaitu: mengambil perkara iman dan zahiriyah i'tikad dengan
jalan taqlid dan berbuat amal kebajikan. Sesungguhnya bahaya berpaling dari
demikian itu, banyak. Karena itulah dikatakan: harus guru itu mencari firasat
pada muridnya. Kalau murid itu tidak pandai dan cerdik, yang memungkinkan
dengan zahiriah i'tikad, niscaya tidak disibukkannya dengan dzikir dan pikiran.
Tetapi dikembalikannya kepada amaliyah zahiriyah dan wirid-wirid yang
berturut-turut dikerjakan. Atau menyibukkannya dengan melayani orang-orang yang
semata-mata mengarahkan kegiatannya untuk bertafakkur. Supaya barakah mereka,
meratainya. Karena orang yang lemah dari berjihad pada garis peperangan, selayaknyalah
memberi minum kaum pejuang dan menyiapkan binatang kenderaan mereka. Supaya ia
dibangkitkan pada hari kiamat, dalam rombongan mereka dan meratainya oleh
barakah mereka. Walaupun ia tidak sampai kepada tingkat mereka.
Kemudian, murid yang semata-mata menuju kepada dzikir dan
tafakkur, kadang-kadang ia dipotong oleh banyak pemotong, yang terdiri dari:
sifat mengherani diri ('ujub),ria dan gembira dengan terbuka hal-hal kepadanya
dan apa yang menampak dari permuiaan-permulaan kiramah (kemuliaan).
Manakala murid itu berpaling kepada sesuatu dari yang
demikian dan menyibukkan dirinya dengan itu, niscaya adalah yang demikian itu
kelemahan dijalan dan perhentian. Akan tetapi selayaknyalah ia membiasakan
keadaannya dalam jumlah umurnya, sebagaimana dibiasakan oleh orang haus yang
tidak akan diberi kepuasan oleh air laut, walaupun dicurahkan kepadanya. Dan ia
terus-menerus kepada yang demikian. Dan modalnya, ialah putus hubungan dengan
manusia, menuju kepada Al-Haq dan menyendiri. Setengah para pengembara berkata:
"Aku bertanya kepada setengah wali, yang memutuskan hubungan dengan
manusia: "Bagaimana jalan memperoleh hakikat kebenaran?". Wali itu
menjawab: "Bahwa adalah engkau didunia, seakan-akan orang yang melintasi
jalan!".
(1). Ibnu Thahir berkata dalam Kitab
"At-Tadzkirah", bahwa yang dikatakan hadits ini, adalah kata-kata
yang terdapat pada orang awam, tidak berasal dari riwayat yang benar atau
lemah. Sehingga dapat &masukkan dalam hadits palsu.
|
1099
|
Pada suatu kali, pengembara itu berkata: "Aku
berkata kepada wali itu: "Tunjukilah aku kepada amal perbuatan, yang aku
dapati hatiku padanya bersama Allah Ta'ala terus-menerus!".
Lalu wali itu menjawab kepadaku: "Jangan
engkau melihat kepada makhluk. Karena memandang kepada mereka itu suatu
kegelapan".
Aku bertanya lagi: "Tak boleh tidak yang demikian bagiku!".
Wali itu menjawab: "Jangan engkau mendengar perkataan mereka, karena perkataan
mereka itu kesat".
Aku bertanya lagi: "Tak boleh tidak yang demi kian itu bagiku!".
Wali itu menjawab: "Maka jangan engkau bergaul de ngan mereka, karena
pergaulan dengan mereka itu liar".Lalu aku berkata: "Aku berada dihadapan mereka, tak
boleh tidak aku bergaul dengan mereka".
Wali itu menjawab: "Jangan engkau bertempat. bersama mereka. Karena
bertempat bersama mereka itu suatu kebinasaan".Aku berkata: "Ini karena sesuatu sebab".
Wali itu menjawab: "Wahai saudara! Adakah kamu melihat kepada orang-orang
yang lalai dan kamu men dengar perkataan orang-orang yang bodoh, bergaul dengan
orang-orang yang berbuat batil dan engkau ingin memperoleh hatimu bersama Allah
Ta'ala terus-menerus? Ini barang yang tidak. akan ada selama-lamanya!"
Jadi, kesudahan latihan (riadlah), ialah, bahwa ia dapati hatinya bersama Allah
Ta'ala terus-menerus. Dan yang demikian tidak mungkin, kecuai ia menyendiri
dari orang lain. Dan ia tidak menyendiri dari orang lain kecuali dengan lama
mujahadah. Apabila berhasil hatinya bersama Allah Ta'ala, niscaya terbukalah
baginya keagungan hadlarat Ketuhanan, cemerlanglah baginya kebenaran (al-haq)
dan Jahirlah baginya sifat kelemah-lembutan Allah Ta'ala, yang tidak boleh
disifatkan. Bahwa tidaklal sekali-kali diliputi oleh penyifatan.
Apabila tersingkap bagi murid, sesuatu dari yang demikian,
maka pemotong jalan yang terbesar kepadanya, ialah: bahwa ia berkata-kata dengan
demikian, sebagai pengajaran dan nasehat dan ia berhadapan untuk memperingati.
Lalu jiwanya memperoleh kelazatan padanya, dimana tiada lagi kelazatan lain
dibaliknya.
Maka kelazatan itu mengajaknya untuk bertafakkur tentang
cara mendatangkan segala pengertian itu, membaguskan kata-kata yang disebutkan,
menyusun penyebutannya, menghiasinya dengan ceritera-ceritera, dalil-dalil
Al-Qur-an dan hadits dan membaguskan perbuatan kata-kata, supaya hati dan pendengaran
condong kepadanya. Kadang-kadang setan mendatangkan khayalan kepadanya, bahwa:
ini adalah dari engkau untuk menghidupkan hati orang-orang mati, yang lengah
terhadap Allah Ta'ala.
Engkau itu sesungguhnya perantara antara Allah Ta'ala dan
makhluk. Engkau mengajak hambaNya kepadaNya. Dan engkau tiada mempunyai
bahagian dan tiada padanya kelazatan bagi diri engkau. Dan jelaslah tipuan
setan itu, dengan melahirkan pada teman-temannya, siapa yang terbagus
perkataan, yang banyak kata-kata dan yang lebih sanggup menarik hati orang awam
1100
|
Lalu-sudah pasti-bergeraklah pada batinnya, kala jengking
kedengkian, kalau penggeraknya itu, tipuan penerimaan. Dan kalau penggeraknya
adalah kebenaran, karena ingin mengajak hamba Allah Ta'ala kepada jalanNya yang
lurus, maka sangatlah gembiranya dan berkata: "Segala pujian bagi Allah
yang menolongku dan menguatkan aku, dengan orang yang membantuku pada
memperbaiki hambaNya". Seperti orang yang menjadi
kewajibannya-umpamanya-membawa orang mati untuk dikuburkannya, karena
didapatinya mayat itu disia-siakan orang. Dan menjadi fardlu 'ain yang demikian
atas dirinya pada Agama. Lalu datanglah orang yang menolongnya. Maka ia sangat
bergembira dan tidak akan iri- hati kepada orang yang menolongnya.
Orang-orang yang lalai itu mati hati. Pengajar-pengajarnya
itu adalah yang membangunkan dan yang menghidupkannya. Lalu dengan banyaknya
mereka, mendatangkan kesenangan dan tolong-menolong. Maka selayaknyalah, bahwa
sangat menggembirakan, dengan yang demikian. Hal yang seperti ini sangat sukar
terjadi, Maka selayaknyalah murid berhati- hati daripadanya. Karena itu adalah
jaringan setan yang terbesar pada memotong jalan, orang yang terbuka baginya
permulaan jalan. Sesungguhnya memilih (mengutamakan) kehidupan duniawi adalah
sifat yang mengerasi atas manusia.
Karena itulah, Allah Ta'ala berfirman:
بل تؤثرون الحياة الدنيا(Bal tu'tsizuu-nal-hayaatad-dun-ya).
Artinya: - Telapi, kamu memilih kehidupan dunia" - S.
Al-A'la, ayat 16.
Kemudian, Allah Ta'ala menerangkan, bahwa kejahatan itu
adalah barang lama pada sifat (karakter) manusia. Dan itu tersebut padaj
kitab-kitab purbakala.
Allah Ta'ala berfirman:-
إن هذا لفي الصحف الأولى صحف إبراهيم وموسى
(Inna haadzaa lafish-shuhu-fil-ulaa, shu-hufi Ibraa-hiima wa
Muu-saa). Artinya: "Sesungguhnya ini ada dalam buku-buku purbakala.
Buku-buku Ibrahim dan Musa" - S. Al-A'la, ayat 18 - 19.
Maka inilah jalan latihan dan pendidikan murid dengan jalan
ansur-ber- ansur untuk bertemu dengan Allah Ta'ala.
Adapun uraian latihan pada tiap-tiap sifat, maka akan datang
uraiannya. Sesungguhnya sifat yang lebih menguasai pada manusia,- ialah
perutnya, kemaluannya dan lidahnya. Saya maksudkan nafsu syahwat yang me-
nyangkut dengan anggota-anggota badan tadi. Kemudian sifat marah, di- mana
marah itu adarnh seperti tentara untuk menjaga nafsu-syahwat. Ke- mudian,
manakala manusia mencintai nafsu-syahwat perut dan kemaluan dan berjinakan hati
dengan keduanya, niscaya ia telah mencintai dunia.
1101
|
Dan tidak mungkin diperoleh syahwat itu, kecuali dengan harta
dan kemegahan. Apabila harta dan kemegahan dicari, niscaya datanglah takab-
bur (membesarkan diri), 'ujub (mengherani diri) dan suka menjadi kepala.
Apabila telah menampak yang demikian, niscaya dirinya tidak mem- bolehkan lagi
meninggalkan dunia. Dan dari agama dipegang apa yang ada padanya hal
kekepalaan. Dan mengerasilah tertipu dengan hal-ikhwal dunia kepadanya.
Karena itulah, sesudah kami hidangkan dua kitab ini (kitab
tentang keaja- iban hati dan kitab tentang latihan jiwa), akan kami sempurnakan
Rubu' Yang Membinasakan (Rubu' Al-Muhlikat) itu, dengan delapan kitab insya
Allah Ta'ala, yaitu:-
1. Kitab tentang menghancurkan nafsu-syahwat
perut dan kemaluan.
2. Kitab tentang bahaya lisan (lidah).
3. Kitab tentang menghancurkan kemarahan, busuk
hati dan kedengkian.
4. Kitab tentang celaan dunia dan penguraian
tipuannya.
5. Kitab tentang
menghancurkan kecintaan kepada harta dan mencela kikir.
6. Kitab tentang mencela ria dan suka kemegahan.
7. Kitab tentang mencela takabbur (sombong) dan 'ujub.
7. Kitab tentang mencela takabbur (sombong) dan 'ujub.
8. Kitab tentang tempat-tempat terjadinya tipuan
dunia.
Dengan menyebutkan semua yang membinasakan dan mengajarkan
jalan-jalan pengobatannya, maka sempurnalah maksud kami dari Rubu' Al-Muhlikat
insya Allah Ta'ala.
Apa yang kami sebutkan pada kitab pertama, adalah uraian
sifat-sifat hati, yang menjadi tambang al-muhlikat (sifat-sifat yang
membinasakan) dan al-mujiat (sifat-sifat yang melepaskan dari kebinasaan). Dan
apa yang kami sebutkan pada kitab kedua, adalah isyarat secara keseluruhan,
kepada jalan pemurnian budi-pekerti dan pengobatan penyakit hati. Ada- pun
uraiannya maka akan datang pada kitab-kitab tersebut tadi insya Allah Ta'ala.
Dengan pujian kepada Allah, pertolongan dan baik taufiqNya,
sempurnalah Kitab Latihan Jiwa dan Pemurnian Akhlak, yang akan diiringi dengan
"Kitab Tentang Menghancurkan Dua Nafsu-Syahwat", insya Allah Ta'ala.
Segala pujian bagi Allah Tuhan yang Maha Esa. Kiranya Allah
mencu- rahkan rahmat kepada penghulu kita Muhammad, kepada keluarganya, kepada
para sahabatnya dan kepada semua hambaNya yang pilihan dari penduduk bumi dan
Iangit. Dan tiadalah yang memberi taufiqtkepadaku, selain Allah.
KepadaNya aku menyerahkan diri. Dan kepadaNya aku kembali.
1102
|
KITAB
YANG MENERANGKAN TENTANG MENGHANCURKAN DUA MACAM NAFSU SYAH WAT. YAITU: KITAB
KETIGA DARI "RUBU' - AL-MUHLIKAT"
بسم الله الرحمن الرحيم
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih.
Segala pujian bagi Allah Yang sendirian dengan kemuliaan pada kebesar- an dan
ketinggianNya. Yang Berhak untuk pemujian, peng-qudus-an, pen-tasbih-an dan
pensucian. Yang Berdiri dengan keadilan mengenai apa yang dihukumkan dan yang
ditentukanNya, Yang Berkepanjangan kelimpahan mengenai apa yang dini'matkan dan
yang disampaikanNya. Yang Menanggung pemelihaiaan hambaNya pada semua yang
datang dan yang berlalu. Yang Menganugerahkan ni'mat kepada hambaNya dengan
yang melebihi diatas kepentingan maksud-maksudnya. Bahkan dengan yang
menyernpurnakan segala cita-citanya. IA yang menunjukkan jalan akan hamba dan
yang menganugerahkan hidayahNya. IA yang memati kan dan yang menghidupkari. Dan
apabila hambaNya itu sakit, maka IA yang menyembuhkan. Apabila lemah, maka IA
yang menguatkan. la yang menganugerahkan taufik untuk ta'at dan Yang
Merelakannya. IA yang menganugerahkan makanan dan minuman, yang memelihara
daripada kebinasaan. Yang menjaga dan mengawal dengan makanan dan minuman itu
daripada yang membinasakan dan yang merusakkannya. Dan yang memungkinkannya
dengan perasaan cukup dengan sedikit makanan dan menguatkannya. Sehingga
sempitlah jaian setan yang memusuhinya. Dengan itu dapatlah menghancurkan
keinginan hawa-nafsu yang memusuhinya. Lalu menolak kejahatannya. Kemudian, ia
menyembah Tuhannya dan bertaqwa kepadaNya. Ini, adalah sesudah diluaskan oleh
Tuhan kepadanya, apa yang mengenakkan dan yang dirinduinya. Dan ai- perbanyak
kepadanya, apa yang menggerakkan segala pembangkit dan yang menguatkan segala
pengajak. Semua itu dicoba olehNya dan diujikanNya. Lalu dilihat, bagaimana
hamba itu memilih terhadap yang dirinduinya dan yang dicenderunginya.
Bagaimana ia menjaga segala perin- tahNya dan mencegah segala laranganNya.
Rajin menta'atiNya dan men- jauhkan diri daripada segala perbuatan ma'siat
kepadaNya. Dan rah mat kepada Muhammad hambaNya yang mulia dan rasulNya yang
megah, Rahmat yang mendekatkannya kepadaNya, yang memberi pangkat kepadanya,
yang mengangkat kedudukannya dan yang meninggikannya. Dan rahmat itu pula
kepada yang berbuat baik,daripada keturunannya dan kaum kerabatnya dan kepada
yang pilihan dari para sahabat dan pengikutnya.
1103
|
Kemudian, maka pembinasa yang paling besar bagi anak Adam
(manusia), ialah keinginan perut (hawa nafsu perut). Disebabkan hawa nafsu
ini, Nabi Adam a.s. dan Hawwa' dikeluarkan dari negeri ketetapan (sorga),
kenegeri kehinaan dan kehayatan (bumi ini). Karena' keduanya dilarang memakan
buah kayu. Lalu keduanya dikalahkan oleh nafsunya, sehingga dimakannya. Maka
terbukalah auratnya.
Pada hakikatnya, perut itu sumber segala nafsu-syahwat dan
tempat tum buh segala penyakit dan bahaya. Karena: syahwat-perut itu, diiringi
oleh syahwat kemaluan dan bersangatan keinginan kepada wanita yang dikawini.
Kemudian keinginan kepada makanan dan perkawinan itu, diikuti oleh kesangatan
keinginan kepada kemegahan dan harta, yang menjadi jalan kepada meluasnya
wanita yang dikawini dan makanan yang dimakan. Kemudian, oleh kebanyakkan harta
dan kemegahan, lalu diikuti oleh bermacam-macam sifat kebodohan, berbagai rupa
perlombaan dan kedengkian. Kemudian, diantara keduanya itu, beranaklah bahaya
ria, mala-petaka kebanggaan, kebanyakkan harta dan kesombongan. Kemudian, yang
demikian itu mengajak kepada kebusukan hati, kedengkian, permusuhan dan
kemarahan. Kemudian, membawa orang yang bersifat demikian, kepada mengerjakan
perbuatan durhaka, mungkar dan keji. Semua itu, adalah hasil daripada
menyia-nyiakan perut dan apa yang terjadi daripadanya, dari anggapan mudah
kepada kekenyangan dan penuhnya perut. Jikalau hamba Allah menghinakan dirinya
dengan kelaparan dan sempitnya jalan lalunya setan, niscaya sesungguhnya
dirinya telah ya- kin untuk menta'ati Allah 'Azza wa Jalla dan tidak akan menempuh
jalan sombong dan durhaka. Dan tidaklah yang demikian itu membawanya
terperosok pada dunia dan mengutamakan dunia dari akhirat. Dan tidaklah
berterus-terang begitu rupa kepada dunia.
Apabila bahaya nafsu-syahwat perut telah menghebat sampai
kepada batas itu, niscaya haruslah diuraikan segala mala-petaka dan bahayanya,
untuk pengawasan daripadanya. Haruslah dijelaskan jalan mujahadah dan
peringatan kepada keutamaannya, untuk menggemarinya. Begitu pula penguraian
nafsu-syahwat kemaluan, karena dia mengikuti nafsu-syahwat perut. Kami akan
menjelaskan yang demikian dengan pertolongan Allah Ta'ala pada beberapa pasal,
yang akan dikumpulkan oleh penjelasan keutamaan lapar. Kemudian
faedah-faedahnya. Kemudian jalan latihan pada menghancurkan nafsu-syahwat perut
dengan menyedikitkan makanan dan melambatkan makan. Kemudian, penjelasan
perbedaan hu- kum lapar dan keutamaannya dengan perbedaan keadaan manusia. Kemudian,
penjelasan latihan pada meninggalkan nafsu-syahwat. Kemudian, membica'rakan
tentang nafsu-syahwat kemaluan. Kemudian, penjelasan apa yang harus atas murid,
meninggalkan perkawiijan dan melakukannya. Kemudian, penjelasan keutamaan orang
yang menentang nafsu-syahwat perut, kemaluan dan mata.
1104
|
PENJELASAN:
keutamaan lapar dan kecelaan kenyang:
Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم .
bersabda:-
Artinya: "Bemujahadahlah (berjuanglah) terhadap dirimu
(nafsumu) dengan lapar dan haus.Sesungguhnya pahala pada yang demikian, seperti pahala orang yang berjuang fii sabilillah (perang sabil). Sesungguhnya tiada amal yang paling disukai oleh Allah, selain dari lapar dan haus'. (1).
Ibnu
Abbas berkata: "Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم . bersabda:-
لا يدخل ملكوت السماء من ملأ بطنه(Laa yadkhulu malakuuta's-samaa-i man mala-a bathnahu).
Artinya: "Tiada akan masuk kekerajaan langit, orang yang memenuhkan:perutnya". (2).
Orang bertanya kepada Nabi صلى الله
عليه وسلم .: "Wahai Rasulu'llah! Manusia mana- kah yang lebih
utama?".Beliau menjawab: "Orang yang sedikit makannya dan
tertawanya. Dan ia rela dengan apa saja yang dapat menutupi auratnya".
(3). Nabi صلى الله عليه وسلم . bersabda:
"Penghulu segala amal, ialah lapar. Dan kehinaan diri, ialah pakaian
bulu". (4).
Abu Sa'id Al-Khudri berkata:
"Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم .
bersabda: "Pakailah, makanlah dan minumlah setengah perut! Karena itu
adalah sebahagian dari kenabian". (5).
Al-Hasan berkata: "Nabi صلى الله عليه وسلم .
bersabda: "Berpikir itu setengah ibadah dan sedikit makanan, itulah
ibadah". (6).
Al-Hasan berkata pula: "Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم . bersabda: "Yang
paling utama kedudukanmu pada Allah dihari kiamat, ialah yang paling lama
lapar dan bertafakkur tentang Allah s.w.t. diantara kamu. Dan yang paling
di-marahi kamu oleh Allah 'Azza wa Jalla pada hari kiamat, ialah yang banyak
tidur, banyak makan dan banyak minum". (7).
(1). Menurut Al-'Iraqy, bahwa ia tidak pernah
menjumpai hadits tersebut.
|
(2). Juga Al-'Iraqy tidak pernah menjumpai
hadits ini.
|
(3). Bahwa hadits ini-menurut
Al-'Iraqi-tidak pernah dijumpainya. Begitu pula hadits-hadits sesudahnya,
yaitu:
|
- (5) - (6) - (7).
Pembaca dapat meneliti dan memberi pendapat tentang yang demikian. (Pent.).
|
1105
|
Pada suatu hadits disebut: "Bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم . adalah lapar, tanpa perlu", artinya:
beliau memilih lapar. (1).
Nabi صلى الله عليه وسلم .
bersabda: "Sesungguhnya Allah Ta'ala membanggakan dengan
malaikat, akan orang yang sedikit makannya dan minumnya didunia. Allah Ta'ala
berfirman: "Lihatlah kepada hambaku! Aku mencobanya dengan makanan dan
minuman didunia, lalu ia sabar dan ia tinggalkan makan dan minum itu. Lihatlah
wahai malaikatKu! Tiap makanan yang ditinggalkannya, akan Aku gantikan dengan
beberapa tingkat sorga". (2).
Nabi
صلى الله عليه وسلم bersabda: "Janganlah engkau matikan
hati dengan banyak makanan dan minuman! Sesungguhnya hati itu seperti tanaman
yang akan mati, apabila banyak airnya". (3).
Nabi
صلى الله عليه وسلم .
bersabda: "Tiada bejana yang dipenuhkan oleh anak Adam, yang
lebih jahat, dari perutnya. Mencukupilah bagi anak Adam itu, beberapa suap
kecil, yang akan menegakkan tulang pinggangnya. Kalau mesti ia berbuat, maka
sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk mi- numannya dan sepertiga untuk
dirinya (nafsunya)". (4).
Pada hadits panjang yang diriwayatkan oleh usamah bin Zaid
dan Abi Hurairah, disebutkan keutamaan lapar. Karena Nabi صلى الله عليه وسلم . bersabda pada
hadits tersebut: "Manusia yang paling dekat kepada Allah 'Azza wa Jalla pada hari
kiamat, ialah orang yang lama laparnya, hausnya dan gundahnya didunia;yang
berjalan tidak beralas kakiyyang bertaqwa kepada Allah, yang kalau.
mereka menyaksikan (hadlir), mereka tidak dikenal. Dan kalau mereka tidak
kelihatan (tidak hadir), niscaya orang tidak merasa kehilangan. Mereka dikenal
oleh tempat-tempat dibumi dan dikelilingi mereka oleh para malaikat langit.
Manusia berni'mat-ni'mat didunia dan mereka berni'mat-ni'mat dengan menta'ati
Allah 'Azza wa Jalla. Manusia tidur dikasur empuk, sedang mereka tidur dengan
dahi dan lutut (5). Manusia menyia-nyiakan perbuatan dan akhlak
nabi-nabi dan mereka menjagainya.Mereka ditangisi oleh bumi apabila telah
hilang. Dan Tuhan Yang Maha perkasa marah pada tiap-tiap negeri yang tiada
seorang pun daripada mereka padanya. Mereka tiada melompat-lompat di dunia,
sebagaimana anjing melompat-lompat diatas bangkai. Mereka makan sedikit
makanan, memakai pakaian buruk, rambutnya kusut dan mukannya berdebu. Mereka
dilihat oleh manusia, lalu menyangka bahwa mereka itu sakit, pada hal mereka
tidak sakit. Dan dikatakan orang, mereka itu telah dicampur
(1). Kata Al-'Iraqi, bahwa hadits ini
diriwayatkan Al-Baihaqi dari AMsyah, isnadnya lemah.
|
(2). Diriwayatkan oleh Ibnu Uda. Dan telah
diterangkan pada bab puasa dahulu.
|
(3). Kata Al-'Iraqi, hadits ini juga tidak pernah
dijumpainya.
|
(4). Hadits ini diriwayatkan At-Tirmidzi dari
AI-Miqdam.
|
(5). Ini dimaksudkan banyak shalat pada malam
hari, dengan meletakkan dahi dan lututnya (Pent.).
|
1106
|
aduk, Ialu hilanglah akal mereka. Pada hai akal mereka tidak
hilang. Tetapi kaum itu melihat dengan hatinya kepada perintah Allah, yang
menghilangkan kecintaan mereka kepada dunia. Lalu menurut orang dunia, mereka
itu berjalan, tanpa akal. Mereka berakal ketika akal manusia telah hilang.
Mereka mempunyai kehormatan pada hari akhirat. Hai Usamah! Apabila engkau
melihat mereka pada suatu negeri, maka ketahui lah, bawa mereka yang membawa keamanan
bagi penduduk negeri itu. Allah tiada akan meazabkan sesuatu kaum, dimana
mereka itu berada pada kaum itu. Bumi gembira kepada mereka. Dan Tuhan Yang
Maha perkasapun rela kepada mereka. Ambillah mereka menjadi teman bagi dirimu!
Mudah-mudahan engkau terlepas dengan sebab mereka. Kalau engkau sanggup, bahwa
kematian mendatangi engkau dan perut engkau itu lapar dan hati engkau itu haus,
maka perbuatlah! Karena dengan demikian, engkau akan mengetahui kemuliaan
tingkat. Dan engkau akan menempati bersama nabi-nabi. Para malaikat gembira
dengan kedatangan roh engkau dan Tuhan Yang Mahaperkasa mencurahkan rahmat
kepada engkau"- (1).
Al-Hasan meriwayatkan dari Abi Hurairah, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم . bersabda: "Pakailah
pakaian bulu (wol) dan sinsinglah lengan baju! Makanlah setengah perut,
niscaya kamu akan masuk dalam kerajaan langit'.". (2).
Nabi Isa a.s. bersabda: "Wahai para sahabatku! Laparkanlah hatimu dan
telanjangilah tubuhmu! Mudah-mudahan hatimu akan melihat Allah 'Azza wa
Jalla!"-
Yang demikian diriwayatkan pula dari Nabi kita صلى الله عليه وسلم . yang diriwayatkan
oleh Thawus. Dan ada yang mengatakan, sudah tertulis dalam Taurat: bahwa
sesungguhnya Allah marah kepada orang berilmu yang gemuk. Karena gemuk itu
menunjukkan kepada kelalaian dan kebanyakan makan. Yang demikian itu keji,
lebih-lebih bagi orang berilmu. Dan karena itulah, Ibnu Mas'ud r.a. berkata:
"Sesungguhnya Allah marah kepada qariah (ahli pembacaan Al-Qur-an) yang
gemuk". (3).
Tersebut
pada suatu hadits mursal: "Bahwa setan itu berjalan pada tubuh anak Adam,pada
tempat Ialu darah. Maka sempitkanlah tempat lalunya dengan lapar dan
dahaga!"-.Pada
suatu hadits tersebut: "Bahwa makan pada waktu kenyang itu mewarisi penyakit
supak"- (4).
Nabi
صلى الله عليه وسلم .
bersabda: "Orang mu'min itu makan pada satu perut dan orang
munafik itu makan pada tujuh perut"- (5).
Artinya: orang munafik itu makan tujuh kali Iipat dari pada
yang dima- kan oleh orang mu'min. Atau nafsu syahwat orang munafik itu tujuh
kali nafsu syahwat orang mu'min. Dan disebutkan: perut disini, adalah sindir-
an (kinayah) dari nafsu-keinginan. Karena nafsulah yang menerima makanan dan
yang mengambilnya, sebagaimana yang diambil oleh perut. Dan tidaklah artinya,
bilangan perut orang munafik bertambah dari perut orang mu'min.
(1). Kata Al-'Iraqi, hadits ini diriwayatkan
Al-Khatib dari Sa'id bin Zaid. Dan ada yang mengatakan, hadits ini termasuk
hadits maudlu'.
|
(2). Diriwayatkan Abu Manshur Ad-Dailami dengan
sanad dla'if.
|
(3). Kata Al-'Iraqi, harists Thawus itu tidak
pernah dijumpainya.
|
(4). Juga hadits ini tak pernah dijumpai oleh
Al-Iraqi.
|
(5). Hadits ini muttafaqaliih (disepakati
Al-Bukhari dan Muslim) dari Umar dan Abi Hurairah
|
1107
|
Diriwayatkan Al-Hasan dari 'A'isyah r.a., bahwa 'A'isyah
berkata: "Saya mendengar Rasulu'llah صلى الله
عليه وسلم . bersabda: "Terus-meneruslah kamu mengetuk pintu sorga,
niscaya akan dibuka bagimu!". Lalu saya bertanya: "Bagamana kami
terus-menerus mengetuk pintu sorga?". Nabi صلى
الله عليه وسلم . menjawab: "Dengan lapar dan dahaga"- (1).
Diriwayatkan: "Bahwa Abu Juhaifah bersendawa dihadapan Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم . Lalu Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم . bersabda kepadanya:
"Pendekkan sendawamu! Sesungguhnya manusia yang paling lama lapar dihari
akhirat, ialah: yang paling banyak kenyang didunia". (2).
'A'isyah r.a. berkata: "Sesungguhnya Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم . tidak pernah
sekali-kali kenyang. Kadang-kadang aku menangis karena kasihan melihat ia
lapar. Lalu aku sapu perutnya dengan tanganku dan aku berkata: "Diriku
menjadi tebusan bagimu, jikalau sampailah engkau dari dunia ini sekedar yang
menguatkan engkau dan mencegah engkau dari kelaparan".
Lalu beliau menjawab: "Wahai 'A'isyah!
Saudara-saudaraku para rasul Ulu'l-azmi (3) telah bersabar dalam hal yang lebih
berat dari ini. Mereka terus dalam keadaan mereka, lalu mereka datang kepada
Tuhan. Maka Tuhan memuliakan kembalinya mereka dan membanyakkan pahalanya. Aku
rnerasa malu jika aku bermewah-mewah dalam hidupku, bahwa Ia menyingkatkan
untukku besok, sedang untuk mereka itu tidak. Bersabar dalam hari-hari yang
mudah, adalah lebih aku sukai daripada dikurangi bahagianku besok diakhirat.
Dan tiada suatu pun yang lebih aku sukai, selain berhubungan dengan
teman-temanku dan saudara-saudaraku".
'A'isyah r.a. berkata: "Demi Allah! Tiada sampai
seminggu sesudah itu, ia pun diambil oleh Allah kehadliratNya". (4).
Diriwayatkan dari Anas, yang menerangkan: "Fatimah
r.a. datang kepada Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم .
dengan membawa sepotong roti.
Lalu Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم .
bertanya: "Sepotong apa ini?".
Fatimah menjawab: "Sepotong roti. Hati anakanda tidak enak sebelum
membawa sepotong roti ini kepada ayahanda".
Maka Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم .
menjawab: "Sesungguhnya inilah makanan pertama yang masuk kemulut ayahmu
semenjak tiga hari ini". (5).
(1). Hadits ini tak pemah dijumpainya kata
Al-Iraqi.
|
(2). Hadits ini diriwayatkan Al-Baihaqi dari Abi
Juhaifah.
|
(3). Ulu'l-'azmi, artinya: mempunyai cita-cita
yang tetap. Rasul (nabi) UluVazmi, ialah lima orang, yaitu: Nuh, Ibrahim,
Musa, Isa dan Muhammad صلى الله عليه وسلم .
|
(4). Menurut Al-Iraqi, dia tidak pernah menjumpai
hadits ini.
|
(5). Diriwayatkan AI-Harits bin Abi Usamah dengan
sanad dla'if.
|
1108
|
Abu Hurairah berkata: "Tiada dikenyangkan oleh Nabi
صلى الله عليه وسلم . keluargt nya tiga
hari berturut-turut, dari roti gandum, sehingga ia bercerai de ngan
dunia". (1).
Nabi صلى الله عليه وسلم .
bersabda: "Sesungguhnya orang yang lapar didunia, adalah orang
yang kenyang diakhirat. Orang yang paling dimarahi oleh Allah, ialah orang yang
banyak makan, yang penuh perutnya. Seorang hamba yang meninggalkan makanan yang
disukainya, maka berhaklah baginya suatu tingkat dalam sorga". (2).
Adapun atsar (kata-kata sahabat Nabi صلى الله عليه وسلم , diantaranya, 'Umar r.a. berkata: "Jagalah
daripada perut kenyang! Karena berat dalam hidup dan busuk pada mati".
Syaqiq Al-Balakhi berkata: "Ibadah itu suatu pekerjaan.
Gudangnya khilwah (menyendiri) dan alatnya lapar".
Luqman berkata kepada anaknya: "Hai
anakku! Apabila perut penuh, niscaya tidurlah pikiran, bisulah ilmu-hikmah dan
duduklah (malaslah) anggota tubuh daripada beribadah".
Al-Fudhail bin Tjadl berkata kepada dirinya: "Apakah
yang engkau takuti? Adakah engkau takut lapar? Jangan engkau takut yang
demikian itu! Engkau lebih senang dari yang demikian kepada Allah. Sesungguhnya
Muhammad صلى الله عليه وسلم . dan para sahabatnya
itu lapar". Kahmas bin Al-Hasan (semasa dengan Al-Hasan Al-Bashari,
golongan tabi'in) berdo'a: "Wahai Tuhanku! ENGKAU laparkan aku dan ENGKAU
tiada memberi pakaian bagiku. Dalam kegelapan malam, dengan tiada lampu, ENGKAU
dudukkan aku. Maka dengan wasilah (jalan) apakah ENGKAU sampaikan aku, akan apa
yang telah ENGKAU sampaikan aku?".
Adalah Fathu'l-Mausuli apabila bersangatan sakit dan
laparnya, lalu berdo'a: "Wahai Tuhanku! ENGKAU coba aku dengan
sakit dan lapar. Dan seperti itu juga ENGKAU perbuat dengan para wali ENGKAU.
Maka dengan amalan apakah, aku laksanakan untuk mensyukuri apa yang telah
Engkau nikmatkan kepadaku?".
Malik
bin Dinar berkata: "Aku berkata kepada Muhammad bin Wasi': "Wahai Abu
Abdillah! Berbahagialah orang yang mempunyai penghasil- an, yang menjadi
makanannya dan tidak memerlukannya untuk meminta pada manusia-'. Lalu Muhammad
bin Wasi' berkata kepadaku: "Wahai Abu Yahya: "Berbahagialah orang
pada petang dan pagi dalam keadaan lapar, sedang ia rela kepada Allah".
Al-Fudlail bin 'Iyadl berdo'a: "Wahai Tuhanku! ENGKAU
laparkan aku dan ENGKAU laparkan keluargaku. ENGKAU tinggalkan aku dalam
kegelapan malam, dengan tiada lampu. Sesungguhnya ENGKAU perbuat demikian
kepada para waliMu. Maka dengan tetnpat mana, aku menca- pai ini daripada
MU?",
(1). Diriwayatkan Muslim dari Abi Hurairah.
|
(2). Diriwayatkan Ath-Thabari dan Abu Nu'aim dairi
Ibnu Abbas, dengan isnad dla'if.
|
1109
|
Yahya bin Ma'az berkata: "Lapar orang-orang yang gemar
itu peringatan Lapar orang-orang yang tobat itu percobaan. Lapar orang-orang
yang rajin (mujtahid) itu kemuliaan. Lapar orang-orang yang sabar itu kebijak-
sanaan. Dan lapar orang-orang zuhud itu hikmah".
Dalam Taurat tersebut: "Bertaqwalah kepada Allah!
Apabila engkau kenyang, maka ingatlah kepada orang-orang yang lapar!".
Abu Sulaiman berkata: "Lebih aku sukai meninggalkan sesuap makanan dari
makanan malamku, daripada bangun malam sampai waktu subuh" Ia berkata
pula: "Kelaparan pada Allah dalam perbendaharaanNya, tiada diberikan
kecuali kepada orang yang dicintaiNYA".
Adalah Sahal bin Abdillah At-Tusturi, melalui
duapuluh hari lebih tiada makan. Dan mencukupi satu dirham untuk makanannya
setahun. Ia me ngagungkan lapar dan bersangatan pada lapar, sehingga ia
berkata: "Tiada datang amal kebajikan pada hari kiamat, yang lebih baik
daripada meninggalkan makanan yang tidak perlu, karena mengikuti Nabi صلى الله عليه وسلم pada makannya".
Dan ia berkata pula: "Orang yang berakal tiada melihat sesuatu yang lebih
bermanfa'at, daripada lapar, karena agama dan dunia.
Ia berkata lagi: "Aku tiada mengetahui sesuatu yang lebih memelaratkan
penuntut akhirat, selain daripada makan". Dan berkata pula: "Hikmah
dan ilmu itu diletakkan pada lapar. Ma'siat dan kebodohan itu diletakkan pada
kenyang". Seterusnya, ia berkata: "Tiadalah sesuatu, yang lebih utama
bagi hamba Allah, daripada melawan hawa-nafsu untuk meninggalkan yang halal".
Dan tersebut pada hadits: "Sepertiga bagi makanan. Siapa yang melebihkan
dari itu, maka sesungguhnya ia makan daripada kebaikannya". (1).
Sahal tadi ditanyakan, tentang lebih itu. Lalu ia menjawab:
"Tidak diperoleh lebih, sebelum lebih disukai meninggalkannya daripada makan
Dan apabila ia lapar pada suatu malam, lalu ia bermohon pada Allal untuk
dijadikanNya satu malam itu menjadi dua malam. Apabila ada de nikian, niscaya
ia memperoleh lebih itu".
Sahal berkata pula: "Wali itu tidak menjadi wali, selain dengan kempis nya perut,
tidak tidur malam, diam dan menyendiri (khilwah)".Sahal berkata lagi: "Kepala setiap kebajikan yang turun dari langit kebumi, ialah lapar. Dan kepala setiap kezaliman diantara bumi dan langit itu, ialah kenyang".
Seterusnya, ia berkata: "Barangsiapa melaparkan dirinya niscaya terputuslah segala waswas daripadanya". Ia berkata pula "Berhadapan Allah 'Azza wa Jalla kepada hambaNya, dengan lapar, sakit dan bencana. Selain orang yang dikehendaki Allah Ta'ala". Sahal berkata lagi:. "Ketahuilah, bahwa sekarang ini suatu zaman, yang
1). Hadits "sepertiga untuk makan" sudah
diterangkan dahulu.
|
1110
|
tiada akan diperoleh seseorang kelepasan padanya, kecuali
dengan menyembelih nafsunya dan membunuhnya dengan lapar, tidak tidur malam
dan bersungguh-sungguh menta'ati Allah". Seterusnya Sahal berkata:
"Tiada seorang pun yang lalu diatas permukaan bumi, yang meminum dari air
ini, sehingga ia puas, lalu ia selamat dari perbuatan ma'siat, walau pun ia
bersyukur kepada Allah Ta'ala. Maka bagaimanakah dengan kenyang daripada
makanan?".
Ditanyakan seorang ahli hikmah (failosuf):
Dengan ikatan apakah, aku ikat nafsuku?".Ahli hikmah itu menjawab: "Ikatkanlah nafsu itu dengan lapar dan haus! Hinakanlah dia dengan memadamkan sebutan dan meninggalkan kemegahan! Kecilkanlah dia dengan meletakkannya dibawah kaki putera-putera akhirat! Hancurkanlah dia dengan meninginggalkan pakaian para qari' dari dhahiriahnya! Lepaskanlah dia dari bahaya-bahayanya, dengan berterus-terusan jahat sangka kepadanya! Dan kawanilah dia dengan melawan keinginannya!".
Abdul-wahid bin Zaid bersumpah dengan nama Allah Ta'ala,
bahwa Allah Ta'ala tiada memilih seseorang dengan kasih-sayangNya, selain dengan
lapar. Mereka itu tiada dapat berjalan diatas air, kecuali dengan lapar. Dan
bumi tiada dilipatkan bagi mereka (dapat dilintasinya), selain dengan lapar.
Dan Allah Ta'ala tiada memberi kekuasaan kepada mereka, selain dengan
lapar".
Abu Thalib Al-Makki berkata: "Perut itu
adalah seperti rebab. Yaitu kayu yang berlobang, mempunyai tali-tali.
Sesungguhnya bagus bunyinya, karena ringan dan tipisnya. Dan karena ia
berlobang, tiada berisi penuh. Begitu pula rongga perut! Apabila ia kosong,
niscaya adalah lebih manis untuk membaca (tilawa til-Qur-an), lebih lama untuk
berdiri shalat dan lebih menyedikitkan tidur".-
Abubakar bin Abdullah Al-Mazani berkata: "Tiga macam
orang yang di- kasihi oleh Allah Ta'ala: orang yang sedikit tidur, sedikit
makan dan sedikit istirahat".
Diriwayatkan bahwa Isa a.s. berdiam pada suatu tempat, bermunajah
dengan Tuhan enampuluh pagi, yang ia tiada makan. Lalu tergurislah di- hatinya
roti, maka ia putuskan (berhenti) daripada munajah. Tiba-tiba roti itu terletak
dihadapannya. Lalu ia duduk menangis karena putusnya munajah. Tiba-tiba muncul
seorang tua menaunginya. Maka berkata Isa a.s. kepadanya: "Kiranya diberi
barakah oleh Allah padamu, wahai wali Allah! Berdo'alah pada Allah Ta'ala
bagiku! Sesungguhnya aku berada- dalam .suatu keadaan, lalu tergurislah roti
pada hatiku, maka terputuslah keadaan itu daripadaku".
Maka orang tua itu berdo'a: "Ya Allah Tuhanku Jikalau
Engkau tahu bahwa roti telah terguris dihatiku semenjak aku mengenal Engkau,
maka janganlah Engkau ampunkan aku. Tetapi adalah dia, apabila telah ada sesuatu
dihadapanku, niscaya aku makan, dengan tiada pikiran dan gurisan pada
hati".
1111
|
Diriwayatkan, bahwa Musa a.s. tatkala didekatkan oleh Allah
'Azza wa Jalla kelepasan, niscaya ia meninggalkan makan empat puluh hari, tiga-
puluh, kemudian sepuluh, sepanjang yang tersebut dalam Al-Qur-an. Karena ia
menahan tanpa bermalam satu hari, lalu ditambahkan sepuluh lantaran itu.
PENJELASAN: faedqh-faedah lapar dan
bahaya-bahaya kenyang.
Rasulu'llah صلى الله
عليه وسلم . bersabda:-
جاهدوا أنفسكم بالجوع والعطش فإن
الأجر في ذلك
(Jaahidu anfusakum bil-juu'i wal-'athasyi, fa
innal-ajra fii dzaalik).-Artinya: "Bermujahadahlah (berjuanglah) terhadap dirimu (nafsumu) dengan lapar dan haus. Sesungguhnya pahala pada yang demikian" (1). Semoga anda bertanya: "Keutamaan yang besar ini bagi lapar, dari mana datangnya? Dan apa sebabnya? Dan tak ada padanya, selain menyakitkan perut dan menderita kesakitan.
Jikalau adalah seperti demikian, maka selayaknyalah, bahwa
besar pahalanya pada tiap-tiap sesuatu yang dirasa sakit oleh manusia, seperti
memukul dirinya, memotong dagingnya, memperoleh hal-hal yang tidak disukai dan
lain-lain sebagainya".
Lalu ia memakan setiap yang tidak disukai rasanya. itu adalah
salah. Akan tetapi, kemanfa'atannya itu pada khasiat obat. Bukan karena obat
itu pahit. Khasiat itu hanya diketahui olehvdokter-dokter.
Maka begitu pulalah, alasan kemanfa'atan lapar, tiada
diketahui, selain oleh u'lama-ula'ma yang ulung. Dan siapa yang melaparkan
dirinya karena membenarkan apa yang datang pada agama, tentang pemujian lapar
dan ia memperoleh manfa'at dengan lapar itu, walau pun ia tidak tahu alasan
kemanfa'atannya, adalah seperti orang yang meminum obat, yang memperoleh
manfa'at dengan obat itu, walau pun ia tiada mengetahui cara o- bat itu
mendatangkan kemanfa'atan. Tetapi kami akan menguraikan kepada anda yang
demikian, jikalau anda ingin meningkat dari darajat i- man kepada darajat ilmu.
(1). Hadits ini sudah diterangkan dahulu, bahwa
Al-Iraqi-penulis dan penilai hadits-hadits
dalam IHYA'-belum pernah menjumpainya dalam kitab-kitab
hadits. (Pent.)
1112
|
Allah Ta'ala'berfirman:-
Artinya: "Allah akan mengangkat orang-orang yang
beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan kepada
derajat yang tinggi". S. AI-Mujadalah, ayat 11.
Maka
akan kami terangkan mengenai lapar, ada sepuluh faedah:-
Faedah Pertama: bersihnya hati, bersinar kepintaran dan tembusnya
penglihatan mata-hati. Dan kekenyangan itu mewarisi kebodohan, membutakan hati
dan membanyakkan uap pada otak, menyerupai gula. Sehingga meliputi kepada tambang-tambang
pikiran. Lalu dengan sebabnya itu, beratlah hati pada berlalunya pikiran dan
dari cepatnya pengertian. Bahkan anak kecil, apabila ia banyak makan, niscaya
hafalannya salah dan hatinya rusak. Pahamnya dan pengertiannya menjadi lambat.
Abu Sulaiman Ad-Darani berkata: "Haruslah
engkau lapar! Karena lapar itu kehinaan bagi nafsu dan kehalusan bagi hati. Dan
lapar itu mengwawisi pengetahuan samawi" (1).
Nabi صلى الله عليه وسلم .
bersabda: "Hidupkanlah hatimu dengan sedikit tertawa dan sedikit
kenyang! Dan sucikanlah hatimu dengan lapar! Niscaya hati itu bersih dan
halus". (2).
Dikatakan, lapar itu seperti guruh. Qana'ah (merasa cukup
menurut yang ada) itu, seperti kabut. Dan hikmah itu seperti hujan. Dan Nabi صلى الله عليه وسلم . bersabda:
"Barangsiapa melaparkan perutnya, niscaya tinggilah pikirannya dan
cerdiklah hatinya". (3).
Ibnu Abbas berkata: "Nabi صلى الله عليه وسلم .
bersabda: "Barangsiapa kenyang dan tidur, niscaya kesatlah hatinya". Kemudian
Nabi صلى الله عليه وسلم . bersabda:
"Tiap sesuatu itu mempunyai zakat dan zakat tubuh itu lapar". (4).
Asy-Syibli berkata: "Kalau aku lapar sehari karena Allah, maka aku melihat
pada hatiku pintu terbuka dari hikmah dan i'tibar, yang belum pernah
sekali-kali aku melihatnya".
Tiadalah tersembunyi, bahwa kesudahan maksud dari ibadah,
ialah pikiran yang menyampaikan kepada ma'rifah dan melihat dengan mata-hati,
akan hakekat-hakekat kebenaran. Dan kenyang itu mencegah daripada- nya- Dan
lapar itu membuka pintunya. Dan ma'rifah itu salah satu daripada pintu sorga.
Maka sudah selayaknya, bahwa membiasakan lapar itu mengetuk pintu sorga.
Karena
itulah, Lukman berkata kepada anaknya: "Hai anakku! Apabila
(1).
|
Maksudnya, ialah pengetahuan yang datang dari samawi. Dan
samawi, artinya: ke-langit- an, yang tinggi dan diatas. Seperti dikatakan:
agama samawi, artinya: agama yang datang dari atas, ya'ni: dari Tuhan.
|
(2).
|
Menurut Al-Iraqi, beliau tidak pemah menjumpai hadits ini.
|
(3).
|
Menurut Al-Iraqi beliau tidak pernah menjumpai hadits ini.
|
(4).
|
Dirawikan Ibnu Majah dari Abu Hurairah.
1113
|
Karena
itulah, Lukman berkata kepada anaknya: "Hai anakku! Apabila perut penuh, niscaya pikiran tidur, hikmah
bisu dan anggota-anggota tubuh duduk tidak beribadah".
Abu Zaid Al-Bustami berkata: "Lapar itu kabut. Apabila
hamba Allah itu lapar niscaya hati menghujani hikmah".
Nabi
صلى الله عليه وسلم .
bersabda: "Cahaya hikmah itu lapar. Menjauhkan diri daripada
Allah 'Azza wa Jalla itu kenyang. Mendekatkan diri kepada Allah 'Azza wa Jalla
itu mencintai orang miskin dan mendekatinya. Janganlah kamu kenyang, lalu kamu
memadamkan cahaya hikmah dari hatimu! Orang yang bermalam dalam keadaan ringan
dari makanan, maka bermalamlah bidadari kelilingnya, hingga pagi hari".
(1).
Faedah
Kedua: halus dan bersihnya hati, yang dengan itu disiapkan untuk
memperoleh lazat ketekunan dan berkesan dengan dzikir. Berapa banyak
dzikir berlalu pada lisan serta kehadiran hati. Akan tetapi hati tiada
memperoleh kelazatan dan tiada berkesan. Sehingga seakan-akan terdapat
kekesatan hati yang menjadi hijab (dinding) diantara hati dan dzikir.
Kadang-kadang pada setengah keadaan, hati itu menghalus. Lalu besar kesannya
dengan dzikir dan kelazatannya dengan munajah. Dan kekosongan perut, adalah
sebab yang menonjol padanya. Abu Sulaiman Ad-Darani berkata: "Adalah
ibadah yang paling manis kepadaku, ialah apabila bertemu belakangku dengan
perutku". (2)
Al-Yunaid
berkata: "Salah seorang mereka membuat uncang makanan, diantaranya
dan dadanya. Ia ingin memperoleh kemanisan munajah".
Abu Sulaiman berkata: "Apabila hati itu lapar dan haus, niscaya ia jernih
dan halus. Dan apabila kenyang, niscaya ia buta dan menebal. Apabila hati itu
berkesan dengan kelazatan munajah, niscaya ia melalui dibelakang pemudahan
pikiran dan pemburuan ma'rifah". Itulah faedah kedua!
Faedah Ketiga: pecah (tawar) dan hinanya nafsu, hilang memandang mudah
kepada ni'mat, hilang gembira dan tiada mensyukuri ni'mat, yang menjadi pokok
pangkal penganiayaan dan lengah kepada Allah Ta'ala. Maka nafsu itu tiada pecah
dan tiada1 merasa hina dengan sesuatu, sebagaimana ia merasa hina
dengan lapar. Maka ketika itu ia tenang dan khusu' kepada Tuhannya. Tahu ia
kepada kelemahan dan kehinaannya. Karena lemah kekuatannya dan sempit dayanya,
disebabkan sesuap kecil makanan yang tiada diperolehnya. Dan gelaplah dunia
kepadanya karena seteguk air yang terlambat didapatinya.
1). Disebutkan oleh Abu Mansur Ad-Dailami dalam
"Musnadul-Firdaus", bahwa hadits ini dari Abi Hurairah.
|
2). Maksudnya, apabila lapar dan perut itu
kosong. (pent.)
|
1114
|
Selama manusia tiada melihat kehinaan dan kelemahan dirinya,
maka ia tiada melihat kemuliaan dan keperkasaan Tuhannya. Sesungguhnya
kebahagiaan manusia itu, pada adanya selalu, ia melihat dirinya dengan pandangan
kehinaan dan kelemahan. Dan melihat Tuhannya dengan pandangan kemuliaan,
kekuasaan dan keperkasaan. Maka hendaklah selalu ia dalam keadaan lapar,
berhajat kepada Tuhannya, melihat keha- jatan itu dengan perasaan. Dan karena
itulah, ketika diserahkan dunia dan perbendaharaannya kepada Nabi صلى الله عليه وسلم ., lalu beliau
menjawab: 'Tidak, tetapi aku akan lapar sehari dan kenyang sehari. Maka
upabila aku lapar, niscaya aku sabar dan merendahkan diri. Dan apabila aku kenyang,
niscaya aku bersyukur". (1).
Atau sebagaimana dikatakan Nabi صلى
الله عليه وسلم . pada hadits-hadits lain. Maka perut dan kemaluan itu salah
satu dari pintu neraka. Dan asalnya itu kenyang. Hina dan pecah nafsu itu salah
satu dari pintu sorga. Dan asalnya itu lapar. Barangsiapa menguncikan salah
satu dari pintu neraka, maka sesungguhnya ia membuka salah satu dari pintu sorga
dengan mudah. Karena keduanya itu berlawanan, seperti masyrik (tempat terbit
matahari) dan magrib (tempat terbenam matahari). Dekat kepada salah satu
daripada keduanya, adalah jauh dari yang lain. Faedah Keempat: bahwa ia tidak
melupakan percobaan dan azab Allah. Dan tidak melupakan orang-orang yang
mendapat percobaan. Sesungguhnya orang yang kenyang itu, lupa kepada orang
yang lapar dan lupa kepada lapar. Hamba Allah yang cerdik itu, tiada melihat
akan percobaan pada orang lain, melainkan ia teringat akan percobaan akhirat.
Maka ia teringat dari kehausannya, akan kehausan makhluk dilapangan kiamat. Ia
teringat dari laparnya akan laparnya p.enduduk neraka. Sehingga sesungguhnya
mereka itu lapar, lalu memakan kayu berduri dan pohon zaqum (nama pohon yang
sangat pahit buahnya). Dan mereka minum air yang sangat dingin dan logam
hancuran. Maka tiada selayaknyalah bahwa lenyap dari seorang hamba Allah, akan
azab dan kepedihan akhirat. Karena itulah yang menggerakkan takut. Maka orang
yang tidak dalam kehinaan, penyakitan, kekurangan dan percobaan, niscaya ia
lupa akan azab akhirat. Dan tidak tergambar azab itu pada dirinya dan tidak
mengerasi pada hatinya.
Maka selayaknyalah seorang hamba Allah itu berada dalam
kekasaran percobaan (bala-bencana) atau dalam penyaksian percobaan.. Dan yang
paling utama dari percobaan yang dideritanya ialah: lapar karena padanya banyak
faedahnya selain daripada mengingati azab akhirat. Inilah salah satu sebab yang
menghendaki ketentuan percobaan itu kepada nabi-nabi, wali-wali dan
orang-orang yang lebih mulia dari kita, lalu yang lebih mulia^agi. Karena
itulah ditanyakan kepada nabi Yusuf a.s.: "Mengapa engkaii lapar, sedang
dalam kedua tanganmu perbendaharaan bumi?". Nabi Yusuf a.s. menjawab:
"Aku takut bahwa aku kenyang. Nanti aku lupa kepada orang lapar".
(l). Diriwayatkan Ahmad dan At-Tirmidzi dan lain-lain dari
hadits Abi Amanah.
|
1115
|
Maka teringat kepada orang-orang lapar dan orang-orang yang
memerlu- kan, adalah salah satu faedah lapar. Maka yang demikian itu membawa
kepada rahmat, memberi makanan dan kasih sayang kepada makhluk Allah 'Azza wa
Jalla. Dan orang kenyang itu, lupa akan penderitaan orang lapar.
Faedah Kelima: yaitu faedah yang terbesar, ialah: menghancurkan
seluruh nafsu syahwat kepada perbuatan ma'siat dan menguasai nafsu yang
menyuruh kepada perbuatan jahat. Karena sumber seluruh perbuatan ma'siat, ialah
nafsu-syahwat dan tenaga. Dan unsur tenaga dan nafsu- syahwat - sudah pasti -
ialah makanan. Mengurangi makanan itu mele- mahkan seluruh nafsu-syahwat dan
tenaga.
Sesungguhnya seluruh kebahagiaan itu, terletak pada seseorang
yang dapat menguasai dirinya. Dan kesengsaraan itu pada orang yang dikuasai
oleh dirinya. Sebagaimana anda tidak dapat menguasai binatang yang melawan,
selain dengan lapar yang melemahkannya. Maka apabila ia kenyang, niscaya ia
kuat, lari memencilkan diri dan melawan. Maka begitu- lah nafsu, sebagaimana
ditanyakan kepada sebahagian mereka: "Apa hal anda serta Ianjutnya usia
anda, tiada yang mengurus badan anda dan sudah rusak?".Orang itu menjawab: "Karena badan itu lekas raj in dan
keji melupakan ni'mat.
Aku takut bahwa ia; tiada mematuhi aku, lalu aku dibawanya
terperosok. Maka aku lebih suka membawanya kepada kesengsaraan, daripada dibawanya
aku kepada kekejian.
Dzunnun Al-Misri berkata: "Kalau aku kenyang, maka aku
berbuat ma'siat atau bercita-cita kepada perbuatan ma'siat".
A'isyah r.a. berkata: "Bid'ah pertama yang terjadi
sesudah Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم .
ialah kenyang. Bahwa orang banyak, manakala perut mereka telah kenyang, niscaya
nafsu mereka tidak tertahan kepada dunia ini". Ini tidaklah satu faedah
saja. Akan tetapi, dia adalah gudang segala faedah.
Karena itulah dikatakan: lapar itu salah satu dari gudang-gudang
Allah Ta'ala. Dan sekurang-kurang yang tertolak dengan lapar, ialah nafsu-syahwat
kemaluan dan keinginan berkata-kata. Sesungguhnya orang yang lapar itu,
tidaklah ia tergerak kepada keinginan berkata-kata yang berlebihan. Maka
terlepaslah ia dari bahaya lidah, seperti: upat, kata keji, dusta, lalat merah
dan lain-lain. Semua itu dapat dicegah oleh lapar. Apabila kenyang, niscaya
memerlukan kepada kata-kata yang lucu. Maka tidak mustahil, lalu ia berbuat
lucu dengan kehormatan manusia lain. Orang tidak meringkuk dalam neraka diatas
hidungnya, selain oleh perbuatan lidahnya.
1116
|
Adapun nafsu-syahwat kemaluan, maka tidaklah tersembunyi
tipuannya. Dan lapar itu akan mencukupkan (tidak membangkitkan) kejahatannya.
Apabila orang kenyang, niscaya ia tidak lagi menguasai kemaluannya. Dan kalau
dicegah oleh taqwanya, maka ia tidak menguasai lagi matanya. Maka matanya
berzina, sebagaimana kemaluannya berzina. Kalau ia menguasai matanya dengan
memincingkan mata, maka ia tiada menguasai pikirannya. Lalu tergurislah ia
pikiran-pikiran hina dan bisikan jiwa dengan sebab-sebab nafsu syahwat dan
apa-apa yang mengganggu munajahnya. Kadang-kadang yang demikian itu datang,
ketika ia sedang shalat. Sesungguhnya kami sebutkan bahaya lidah dan kemaluan
itu sebagai contoh.
Kalau bukan demikian, maka semua maksiat anggota badan yang
tujuh itu, sebabnya adalah kekuatan yang diperoleh dengan kekenyangan.
Seorang ahli hikmah berkata: "Setiap
murid yang sabar diatas kebijaksanaan, lalu bersabar dengan roti saja selama
setahun, dimana ia tidak mencampurkan sesuatu dari keinginannya dan ia makan
setengah perut, niscaya diangkat oleh Allah daripadanya perbelanjaan
wanita" (1).
Faedah-keenam: menolak tidur dan berkekalan berjaga malam (tidak atau
kurang tidur). Sesungguhnya orang yang kenyang, akan minum banyak. Orang yang
banyak minumnya, niscaya banyak tidurnya. Dan karena itulah, sebahagian syaikh
(guru) berkata ketika datang makanan: "Hai semua para murid! Jangan kamu
makan banyak, lalu kamu minum banyak, maka kamu akan tidur banyak. Lalu kamu
merugi banyak". Telah sepakat pendapat tujuh puluh orang shiddiq, bahwa
banyak tidur itu, dari banyak minum. Dan pada banyak tidur itu menyia-nyiakan
umur, Iuput shalat tahajjud, dungu tabi'at dan kesat hati. Dan umur itu mutiara
yang paling berharga. Itulah modal seorang hamba Allah. Pada nyalah ia
berniaga. Dan tidur itu mati. Maka membanyakkannya itu, me- ngurangkan umur.
Kemudian, keutamaan tahajjud itu tidaklah tersembunyi. Dan dengan tidur,
hilanglah keutamaan tahajjud itu. Manakala telah mengeras tidur, maka kalau pun
ia mengerjakan shalat tahajjud, niscaya ia tidak memperoleh kemanisan ibadah.
Kemudian, orang membujang apabila tidur dalam kekenyangan, niscaya bermimpi
(ihtilam).
Dan yang demikian itu, mencegah pula ia dari shalat tahajjud.
Dan ia memerlukan kepada mandi. Adakalanya dengan air dingin, lalu ia merasa
tidak enak. Atau ia memerlukan kepada sumur air panas. Dan kadang-kadang ia
tidak sanggup kepada sumur itu, disebabkan malam. Lalu hilanglah shalat witir,
jikalau ia kemudiankan kepada shalat tahajjud. Kemudian ia memerlukan kepada
pembayaran sumur air panas.
(1).
Maksudnya: ia tidak perlu mengeluarkan perbelanjaan untuk isteri, karena ia
tidak ber- isteri. Hal ini suya dilihat secara kritis dan suasana pemikiran
yang meliputi pendapat tersebut.
|
Dan kita dapat memahami perihal apa yang dipaparkan tentang
kenyang dan lapar itu, karena persoalannya banyak menyangkut dengan kaum
shufi, para wali dan manusia- manusia istimewa lainnya. Dan pahamilah yang
demikian itu secara kritis dan penuh pengertian (Peny.)
|
1117
|
Kadang-kadang terjatuh pandangan matanya kepada aurat orang
pada memasuki sumur air panas itu. Maka disitu pun banyak bahaya yang telah
kami sebutkan dahulu pada "KITAB BERSUCI". Dan semua itu adalah
akibat kekenyangan.
Abu Sulaiman Ad-Darani berkata: "Bermimpi (ihtilam) itu
siksaan". Ia mengatakan demikian, karena mimpi itu mencegah banyak ibadah,
disebabkan sukarnya mandi dalam segala hal.
Maka tidur itu sumber bahaya. Kenyang itu menarik sumber
tersebut dan lapar yang memotongnya.
Faedah
Ketujuh: memudahkan kerajinan kepada ibadah. Sesungguhnya makan itu
mencegah daripada banyaknya ibadah. Karena memerlukan kepada waktu yang
dipergunakan untuk makan. Kadang-kadang memerlukan kepada waktu membeli
makanan dan memasaknya. Kemudian, memerlukan kepada mencuci tangan dan
membersihkan gigi. Kemudian banyak pula pulang-perginya ketempat buang air
(untuk kencing) karena banyak minumnya. Dan waktu yang dipergunakan kepada ini
semua, jikalau dipergunakan untuk dzikir, munajah dan ibadah-ibadah lain,
niscaya banyaklah untungnya.
As-Sirri As-Saqati berkata: "Aku melihat syair kepunyaan
Ali bin Ibrahim Al-Jurjani, yang diambilnya tanpa diaduk dengan air. Lalu aku
bertanya: "Apakah yang mendorong anda kepada yang seperti ini?" Lalu
ia menjawab: "Sesungguhnya aku hitung diantara menguyah kepada
mengambil tepung tanpa diaduk dengan air itu tujuhpuluh kali membaca tasbih.
Aku tiada mengunyah roti semenjak empatpuluh tahun yang lalu".
Lihatlah bagaimana ia sayang kepada waktunya dan tidak
disia-siakannya waktu itu pada menguyah roti. Setiap tarikan nafas dari umur
itu adalah mutiara yang berharga, yang tidak ternilai. Maka selayaknyalah
meng'ambil dengan sempurna waktu itu, yang merupakan suatu simpanan yang kekal
pada hari akhirat, yang tiada berkesudahan. Caranya, ialah: dengan
mempergunakannya berdzikir kepada Allah dan menta'atiNya. Diantara yang sukar
diperoleh dengan banyak makan, ialah tahan lama berwudlu' (dalam keadaan tiada
hilang air sembahyang) dan mulazamah (tidak berpisah) dengan masjid. Karena ia
memerlukan keluar dari mas- jid lantaran banyak minum air dan membuangnya.
Diantara yang sukar juga dengan banyak makan, ialah: puasa. Sesungguhnya puasa
itu mudah bagi orang yang membiasakan lapar. Maka puasa, berterusan i'tikaf,
berterusan ada wudlu' dan menyerahkan kepada ibadah semua waktu yang
dipergunakan untuk makan hal-hal yang me- nyangkut dengan makan, adalah
keuntungan yang sangat banyak. Keun- tungan itu dipandang leceh oleh
orang-orang yang lalai, yang tidak mengetahui harga Agama. Tetapi mereka rela
dengan kehidupan duniawi dan merasa tenteram dengan kehidupan itu.
1118
|
يعلمون ظاهرا من الحياة الدنيا
وهم عن الآخرة هم غافلون
Artinya: "Mereka mengetahui (perkara) yang dzahir dari
kehidupan dunia ini dan mengenai hari akhirat, mereka lalaikan". -
Ar-Rum, 7.
Abu-
Sulaiman Ad-Darani telah mengisyaratkan enam bahaya kenyang.
Ia
berkata: "Siapa yang kenyang, niscaya masuklah kepadanya enam bahaya:
1.Hilang kemanisan munajah,
2.Sukar memelihara hikmah,
3.tidak mempunyai belas-kasihan kepada manusia, karena
apabila ia telah kenyang, niscaya disangkanya semua orang kenyang,
4.Berat melakukan ibadah,
5.Bertambah nafsu-syahwat
6.Kaum muslimin yang lain berputar keliling masjid dan
orang-orang kenyang itu berputar keliling kakus".
Faedah Kedelapan: dari sedikitnya makan, ia memperoleh faedah badan sehat dan
tertolaknya semua penyakit. Sesungguhnya, sebabnya penyakit itu karena banyak
makan dan hasil sisa campuran makanan dalam perut besar dan urat-urat.
Kemudian, penyakit itu mencegah ibadah dan mengganggu ketenteraman hati.
Mencegah berdzikir dan berpikir, menyempitkan kehidupan, memerlukan kepada
membetik, membekam, obat dan dokter. Semua itu memerlukan kepada perongkosan
dan perbelanjaan, yang tidak terlepas manusia daripadanya, sesudah payah
dengan bermacam-macam perbuatan maksiat dan menuruti nafsu-syahwat. Dan dengan
lapar, semua hai itu dapat tercegah.
Menurut
sahibul-hikayah, Khalifah Harun Ar-Rasyid mengumpulkan empat orang tabib:
India, Rumawi, Irak dan Suadil-Irak. Khalifah bersabda: "Hendaklah
masing-masing saudara menerangkan obat yang tak ada penyakit padanya!".
Lalu tabib India menjawab: "Obat yang tak ada penyakit
padanya, ialah: hulailij hitam".
Dan tabib Irak menjawab: "Yaitu, biji batang rasyad yang
putih".
Lalu menjawab tabib Rumawi: "Menurut pendapatku, ialah:
air panas". Kemudian, menjawab tabib Suadil-Irak, yang terpintar diantara
semua mereka: "Hulailij itu melipatkan perut besar. Dan ini penyakit. Biji
batang rasyad itu menjauhkan perut besar dari tempatnya. Dan ini penyakit.
Dan air panas itu melembutkan perut besar. Dan ini penyakit". Lalu mereka
bertanya: "Jadi, apa menurut pendapat anda?'. Maka tabib Suadi Mrak itu
menjawab: "Menurut aku, obat yang tak ada penyakit padanya, ialah: tidak
engkau makan, sebelum engkau mengingininya dan engkau mengangkatkan tangan
sedang engkau masih ingin kepada makanan itu".Lalu semuanya menjawab: "Benar engkau!".
1119
|
Diterangkan
sabda Nabi صلى الله
عليه وسلم . kepada sebahagian failasuf dari tabib-tabib ahlil-kitab
(Yahudi dan Nasrani) yang maksudnya: "Sepertiga untuk makanan, sepertiga
untuk minuman dan sepertiga untuk nafas", maka failasuf itu sangat ta'jub
dan berkata: "Belum pernah saya mendengar perkataan tentang sedikit
makanan, yang lebih berhikmah dari ini. Benar-benar itu suatu perkataan yang
mengandung hikmah". Nabi صلى الله عليه وسلم .
bersabda: "Perut kenyang itu asal penyakit dan menjaganya itu asal obat.
Biasakamah tiap-tiap tubuh apa yang dibiasakannya". (1). Berat dugaan
saya, akan keta'juban tabib tadi dari hadits ini, tidak dari hadits diatas
tadi.
Ali
bin Salim Al-Bashari berkata: "Siapa yang makan roti gandum saja dengan adab,
niscaya ia tidak akan sakit, kecuali sakit mati".
Lalu ia ditanyakan: "Apakah adab itu?".
Ali bin Salim menjawab: "Engkau makan sesudah lapar
dan engkau mengangkat tangan sebelum kenyang".
Setengah
para tabib utama berkata mengenai tercelanya banyak makan:
"Sesungguhnya yang lebih berguna, apa yang dimasukkan seseorang kedalam
perutnya, ialah: buah delima. Dan yang lebih melarat dari apa yang
dimasukkannya kedalam perutnya, ialah: garam. Karena menyedi- kitkan garam itu,
adalah lebih baik daripada membanyakkan buah delima"
Pada suatu hadits tersebut: "Berpuasalah niscaya kamu
sehat!". (2).
Pada puasa, lapar dan menyedikitkan makanan itu kesehatan
tubuh dari penyakit-penyakit dan kesehatan hati dari penyakit melampaui batas,
kesombongan dan lain-lain.
Faedah
Kesembilan: ringan perbelanjaan. Siapa yang membiasakan sedikit makan,
niscaya mencukupilah baginya kadar sedikit dari harta. Dan yang membiasakan
kenyang, niscaya jadilah perutnya itu berhutang, yang terus-menerus setiap hari
mengambil dengan menyerat lehernya. Lalu ia menanyakan: "Apakah yang akan engkau
makan hari ini?". Maka berhajatlah ia kepada memasuki segala
tempat yang bisa dimasuki. Lalu ia berusaha dari yang haram, maka durhakalah
ia. Atau dari yang halal, maka hinalah ia. Kadang-kadang ia memerlukan kepada
memanjangkan mata kerakusannya kepada manusia. Dan itu adalah yang paling hina
dan papa. Sedang orang mukmin itu ringan perbelanjaannya. Setengah ahli hikmat
(hukama') berkata: "Sesungguhnya aku laksanakan umumnya keperluanku dengan
meninggalkannya. Maka yang demikian adalah lebih menyenangkan bagi
hatiku".
Yang lain berkata: "Apabila aku bermaksud berhutang pada orang lain,
karena suatu keinginan atau penambahan, maka aku berhutang pada diriku
(nafsuku). Lalu aku tinggalkan keinginan (nafsu-yahwat) itu. Dia- lah yang
lebih baik berpiutang kepadaku".
(1). Menurut Al-Iraqi, beliau tidak menjumpai
hadits itu.
|
(2). Ditawikan Ath-Tbabrani dari Abu Hurairah
dengan sanad dla'if.
|
1120
|
Adalah Ibrahim bin Adham r.a. bertanya kepada temah-temannya
tentang harga makanan. Lalu mendapat jawapan, bahwa makanan itu mahal. Maka ia
berkata: "Murahkanlah dengan meninggalkannya!".
Sahl At-Tusturi r.a. berkata: "Orang
yang banyak makan itu tercela pada tiga hai. Kalau ia termasuk ahli ibadah,
maka ia mates. Kalau ia pengusaha, maka ia tidak selamat dari mara-bahaya. Dan
kalau ia termasuk orang yang memperoleh sesuatu tanpa usaha, maka ia tidak
insaf kepada Allah Ta'ala dari dirinya.
Kesimpulannya, bahwa sebab binasanya manusia, ialah rakusnya
kepada dunia. Dan sebab rakusnya kepada dunia itu perut dan kemaluan. Dan sebab
nafsu-syahwat kemaluan itu nafsu-keinginan perut. Dan pada me- nyedikitkan
makan itu dapatlah memutuskan (menghilangkan) semua hai tersebut. Itulah
pintu-pintu neraka. Dan pada menutupkannya itulah pembukaan pintu-pintu sorga,
sebagaimana disabdakan oleh Nabi صلى الله عليه وسلم .:
"Berkekalanlah (terus-meneruslah) kamu mengetuk pintu sorga dengan
lapar!". (1).
Orang yang merasa cukup dengan sepotong roti tiap-tiap hari,
niscaya ia merasa cukup pula pada keinginan-keinginan yang lain. Dan jadilah ia
orang merdeka. Ia tidak memerlukan kepada manusia. Ia beristirahat dari
kepayahan dan dapat menyerahkan dirinya kepada ibadah (menyembah) Allah Ta'ala
dan perniagaan akhirat. Maka adalah ia termasuk dalam golongan orang-orang,
yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan jual-beli daripada mengingati Allah
(berdzikir). Mereka sesungguhnya tidak dilalaikan, karena mereka tidak
memerlukan kepadanya, disebabkan merasa cukup dengan apa yang ada (qana'ah).
Dan orang yang memerlukan, maka sudah pasti, akan dilalaikan oleh hal-hal
tersebut.
Faedah Kesepuluh: memungkinkan ia untuk memilih dan
bersedekah dari makanan yang berlebih, kepada anak-anak yatim dan orang-orang
mis- kin. Maka adalah ia pada hari kiamat dalam naungan sedekahnya, sebagaimana
yang tersebut pada hadits (2).
(1). Menurut Al-Iraqi* bahwa ia tiada memperoleh
asalnya hadits ini. Memang kupasan mengenai "lapar" mi, sudah
dipaparkan oleh Imam Al-Ghazali, sebagaimana pembaca sudah menela'ahnya.
Bagi penterjemah ini, berpendapat, bahwa yang tidak baik., ialah
berlebih-lebihan. Tetapi hendaklah sederhana. Apalagi untuk bekerja membangun
segala bidang memerlukan makanan cukup: Tidak dalam keadaan lapar. Allah
s.w.t kiranya Yang Maha mengetahui. (Pent.)
|
(2). Dirawikan Al-Hakim dari 'Uqbah bin Amir dan
telah diterangkan dahulu pada "Bab Zakat"
|
1121
|
Maka apa yang dimakannya itu, gudangnya adalah kakus. Dan apa
yang disedekahkannya itu, gudangnya adalah kurnia Allah Ta'ala. Maka tiadalah
bagi hamba Allah itu, daripada hartanya,,selain apa yang telah di-sedekahkannya.
Maka itulah yang kekal. Atau yang dimakannya, maka lenyaplah atau yang
dipakainya maka buruklah. Maka bersedekah dengan makanan yang berlebih itu
lebih utama daripada memenuhkan perut dan kenyang.
Adalah
Al-Hasan Al-Bashari r.a., apabila ia membaca firman Allah Ta'ala:-
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah memberikan amanah (tanggung
jawab) kepada langit, bumi dan gunung-gunung, tetapi mereka enggan untuk
memikulnya dan takut terhadap itu, sedang manusia mau memikulnya, sesungguhnya
manusia itu amat tiada jujur dan amat bodohnya". - S. Ai-Ahzab. ayat 72.
Lalu
ia menerangkan, bahwa Allah Ta'ala memberikan amanah itu kepada langit
yang tujuh lapis, kepada jalan-jalan yang dihiasiNya dengan bintang-bintang dan
pembawa-pembawa 'Arasy Agung.-
Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman kepada langit
yang tujuh itu: "Maukah engkau memikul amanah dengan apa yang didalam
amanah itu?".
Lalu langit itu bertanya: "Apakah yang didalam amanah
itu?".
Allah Ta'ala menjawab: "Jika engkau berbuat baik,
niscaya engkau mendapat balasan. Dan jika engkau berbuaj jahat, niscaya engkau
mendapat siksaan".
Lalu langit itu. menjawab: "Tidak!". Kemudian,
Allah Ta'ala memberikan amanah itu, seperti demikian juga kepada bumi.
Maka bumi enggan menerimanya.
Kemudian, Allah Ta'ala
memberikan amanah itu kepada bukit-bukit yang tinggi menjulang langit, keras
dan sukar ditempuh.
Allah berfirman kepadanya: "Maukah engkau memikul
amanah, dengan apa yang didalamnya amanah itu?".
Maka bukit- bukit itu bertanya: "Apakah
yang didalam amanah itu?".
Lalu Allah Ta'ala menyebutkan balasan dan siksaan.
Maka bukit-bukit itu menjawab: "Tidak!".
Kemudian, Allah Ta'ala memberikan amanah itu kepada manusia,
lalu dipikulnya. Sesungguhnya manusia itu amat tiada jujur (zalim) bagi dirinya
dan amat bodoh terhadap perintah Tuhannya. Demi Allah! Kami telah melihat
mereka itu membeli amanah dengan hartanya. Lalu mereka mendapat beribu-ribu.
Apakah yang mereka perbuat padanya? Dengan uang beribu-ribu itu mereka
meluaskan rumahnya, mereka menyempitkan kuburannya, mereka menggemukkan
kudanya, mereka menguruskan Agamanya dan mereka meletihkan dirinya dengan pagi
dan sore, ke pintu sultan. Mereka datang untuk bahaya, pada hal mereka dari
Allah
1122
|
Ta'ala dalam sehat wal'afiat. Salah seorang mereka berkata: ‘JualkanIah
kepadaku tanah sekian-sekian dan akan aku tambahkan kepadamu
sekian-sekian!". Ia duduk bersandar diatas kirinya. Ia makan tidak dari
hartanya. Pembantu-pembantunya (khadam-khadamnya) terhina dan hartanya haram.
Sehingga apabila ia tersiksa oleh berat perut dengan makanan dan menimpa
dirinya oleh kepenuhan perut, lalu ia memanggil: "Hai budak! Bawalah
kepadaku sesuatu yang dapat menghancurkan makananku!"
Hai orang bodoh! Apakah makananmu yang engkau hancurkan?
Sesungguhnya Agamamu yang engkau hancurkan.
Dimana orang fakir?
Dimana perempuan janda?
Dimana orang miskin?
Dimana anak yatim yang disuruh engkau oleh Allah Ta'ala
memelihara mereka?
Inilah suatu isyarat kepada faedah tersebut! Yaitu penyerahan
makanan yang berlebih kepada orang fakir, supaya dengan itu, ia menyimpan pahala.
Dan itu adalah lebih baik baginya daripada memakannya, sehingga berlipat-ganda
dosanya.
Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم .
pernah memandang kepada seorang laki-laki yang gemuk perutnya. Lalu beliau
menunjuk kepada perut orang itu dengan jarinya, seraya bersabda:
(Lau kaana haadzaa fii'ghairi haadzaa, la kaana khairan
laka).
Artinya: "Jikalau ini pada lain dari ini, adalah lebih
baik bagimu". Artinya: "Jikalau engkau dahulukan untuk akhiratmu dan
engkau utamakan akan orang Iain daripadamu".
Diceriterakan dari Al-Hasan Al-Bashari r.a. yang mengatakan: "Demi
Allah! Sesungguhnya aku mendapati. beberapa kaum, dimana seorang laki-laki dari
mereka pada sore harinya, ada padanya makanan yang mencukupi baginya. Jikalau
ia mau, niscaya dimakannya. Lalu ia berkata: "Demi Allah! Tiada akan aku
jadikan semua ini untuk perutku. Tetapi aku jadikan setengahnya bagi
Allah".
Inilah sepuluh faedah lapar, yang bercabang-cabang dari
tiap-tiap faedah itu, faedah-faedah yang tiada terhingga bilangannya. Dan tiada
berkesu- dahan faedahnya. Maka lapaT itu gudang besar untuk faedah-faedah
akhirat. Dan karena inilah, setengah ulama terdahulu (ulama salaf) berkata:
"Lap^-itu kunci akhirat dan pintu zuhud. Dan kenyang itu kunci dunia dan
pintu kegemaran". Bahkan yang demikian itu, tegas pada ha- dits-hadits
yang telah kami riwayatkan.
Dengan mengetahui uraian faedah-faedah tersebut, dapatlah
diketahui pengertian hadits-hadits itu dengan pengertian ilmu dan mata hati.
Maka apabila anda tiada mengenal ini dan anda membenarkan keutamaan lapar,
niscaya adalah anda mempunyai tingkat pengikut (muqallid) pada iman.
Allah Mahatahu dengan yang benar!
1123
|
PENJELASAN: jalannya latihan dalam
penghancurkan nafsu-keinginan perut.
Ketahuilah, bahwa atas murid terhadap perutnya dan yang
dimakannya itu, empat tugas:-
Pertama: bahwa tidak dimakannya, kecuali yang halal. Sesungguhnya ibadah
serta memakan yang haram, adalah seperti bangunan diatas ombak laut. Dan telah
kami sebutkan apa yang wajib dijaga, dari tingkat-tingkat wara', pada
"Kitab Halal Dan Haram".
Dan tinggallah tiga tugas lagi, yang khusus dengan makan.
Yaitu: menentukan batas makanan tentang sedikit dan banyaknya, menentukan
waktunya tentang lambat dan cepatnya dan menentukan jenis yang dimakan, tentang
mengambil yang diingini dan meninggalkannya.
Adapun tugas pertama: tentang menyedikitkan makanan.
Jalan latihan pada yang demikian, ialah: beransur-ansur. Siapa yang membiasakan
makan banyak dan berpindah sekali gus kepada sedikit, niscaya tidak dapat
ditanggung oleh badannya. Ia akan lemah dan besar kesulitannya. Maka selayaknyalah
ia. beransur-ansur, sedikit demi sedikit. Yang demikian itu,dengan dikuranginya
sedikit demi sedikit dari makanannya yang bia- sa. Jikalau ia makan dua potong
roti umpamanya dan ia bermaksud membawa dirinya kepada sepotong roti, maka
dikuranginya setiap hari seperduapuluh delapan roti. Yaitu: dikuranginya
sebagian dari duapuluh delapan bagian. Atau sebagian dari tigapuluh bagian
roti. Maka ia akan kembali kepada sepotong roti dalam sebulan. Ia tidak akan
melarat dengan demikian dan tidak menampak bekasnya. Jikalau ia mau, maka
diperbuatnya yang demikian dengan timbangan. Dan jikalau ia mau dengan cara
yang disaksikan oleh mata. Maka ditinggalkannya setiap hari sekedar sesuap. Dan
dikuranginya yang demikian daripada yang dimakannya kemaren.
Kemudian, mengenai ini ada empat tingkat:-
Tingkat yang paling tinggi: bahwa ia mengembalikan dirinya
kepada sekedar yang perlu, dimana ia tidak dapat kekal (hidup) tanpa yang demikian.
Yaitu: adat kebiasaan orang-orang siddik. Yaitu: pilihan Sahl-At- Tusturi r.a.
karena ia berkata: "Sesungguhnya Allah memperhambakan makhluk dengan tiga
perkara: dengan hidup, akal dan kekuatan. Jikalau hamba itu takut kepada dua
daripadanya, yaitu: hidup dan akal (1), niscaya ia makan dan berbuka kalau ia
berpuasa. Dan ia memberatkan dirinya mencari, jikalau ia miskin. Dan jikalau
ia tidak takut kepada yang dua tadi, te- tapi ia takut kepada kekuatan (ia
takut hilangnya tenaga dan kekuatan dengan kurang makan), maka At-Tusturi
berkata: "Selayaknyalah ia tidak memperdulikannya, bahkan walau ia lemah
sekaiipun, sehingga ia mengerjakan shalat dengan duduk. Dan ia berpendapat,
bahwa shalatnya dengan duduk serta lemah badan karena lapar, adalah ia lebih
utama dari pada shalatnya dengan berdiri serta banyak makan".
(1): Maksunya, ia takut mati dan hilang pikiran, jikalau
kurang sekaJi makan. (Penyalin).
|
1124
|
Ditanyakan Sahl At-Tusturi dari permulaannya dan apa yang
dimakan- nya. Lalu Sahl menjawab: "Adalah makananku pada setiap tahun tiga
dirham. Dengan satu dirham aku beli dibs (air manis berasal dari buah anggur
atau kurma). Dengan satu dirham aku beli tepung beras. Dan dengan satu dirham
lagi minyak samin. Aku aduk semuanya dan aku bagi sama menjadi tigaratus
enampuluh butir. Aku ambil pada setiap malam sebutir, untuk makanan pagi
bagiku".
Lalu ia ditanyakan: "Tentang jamnya, bagaimana anda
makan?". Ia menjawab: "Dengan tiada batas dan waktu tertentu".
Menurut cerita dari orang-orang yang berkhilwah (yang mengasingkan diri dari
orang ramai), bahwa mereka kadang-kadang mengembalikan dirinya kepada makanan
sekedar sedirham.
Tingkat Kedua: bahwa ia membawa dirinya dengan latihan pada siang dan malam
kepada setengah mud (satu mud = dua kati). Yaitu sepotong roti dan sesuatu,
dimana empat kali daripadanya menjadi satu mann (na- ma sukatan pada masa
dahulu, yang beratnya 180 mitsqal). Dan serupa, bahwa ada ini sekadar sepertiga
perut pada kebanyakan orang, sebagaimana disebut oleh Nabi صلى الله عليه وسلم . Yaitu lebih sedikit (diatas) beberapa
suap kecil. Karena kata-kata ini pada jama' (plural) untuk jama' qillah (jum--
lah sedikit). Maka yaitu, untuk kurang dari sepuluh. Adalah yang demikian itu
kebiasaan Umar r.a. Karena ia makan tujuh atau sembilan suap.
Tingkat Ketiga: bahwa ia membawa dirinya kepada sekedar satu mud. Yaitu:
dua setengah potong roti. Dan ini melebihi dari sepertiga perut pada kebanyakan
orang. Hampir berkesudahan kepada dua pertiga perut. Dan tinggallah sepertiga
untuk minuman. Dan tiada tinggal sedikit pun untuk dzikir. Dan pada sebahagian
kata-kata hadits, ialah sepertiga untuk dzikir, sebagai ganti perkataannya
untuk bernafas.
Tingkat Keempat: bahwa ia riienambahkan dari satu mud kepada satu mann. Dan
menyerupailah bahwa dibalik satu mann itu berlebih-lebihan, yang menyalahi
firman Allah Ta'ala:
ولا تسرفوا(Wa laa tusrifuu).
Artinya: "Janganlah kamu berlebih-lebihan!". - Al-A'araf, 31. Ya'ni: pa da hak kebanya kan orang. Sesungguhnya kadar keperluan kepada makanan itu, berbeda dengan umur, orang dan pekerjaan yang dikerjakan- nya.
1125
|
Disini ada jalan kelima, yang tak ada kadar padanya. Akan
tetapi, dia itu tempat kesalahan. Yaitu: bahwa ia makan apabila sudah benar
lapar. Dan kemudian, ia menggenggam tangannya, walaupun ia masih ingin benar.
Akan tetapi, yang kebanyakan, bahwa orang yang tiada menentukan untuk dirinya
sepotong atau dua potong roti, maka tiada terang baginya, batas lapar yang
benar dan yang demikian itu meragukan kepadanya, dengan keinginan yang bohong.
Dan telah disebutkan bagi lapar yang benar itu, tanda-tanda. Salah satu
daripadanya, ialah: nafsu makan itu tidak meminta lauk-pauk. Tetapi ia makan
roti saja, dengan penuh keinginan. Roti apapun adanya. Maka manakala nafsu
itu, meminta roti tertentu atau meminta dengan lauk-pauk, maka tidaklah yang
demikian itu lapar yang sebenarnya.
Ada yang mengatakan, bahwa diantara tanda lapar yang
sebenarnya itu, ialah: bahwa ia meludah, lalu lalat tidak jatuh diatas
ludahnya. Artinya: tak ada pada ludah itu yang berminyak dan berlemak. Maka
yang demikian itu menunjukkan, kepada kosongnya perut.
Dan mengetahui yang demikian itu sulit. Yang betul bagi
seorang murid, ialah: bahwa ia menentukan makanan bagi dirinya, sekadar yang
tidak melemahkannya dari ibadah, yang ada di depannya. Maka apabila ia sampai
kepadanya, niscaya ia berhenti, walaupun keinginannya masih ada.
Kesimpulannya, maka penentuan kadar makanan itu tidak
mungkin. Karena ia berbeda menurut keadaan dan orang. Benar, ada makanan
segolongan sahabat Nabi صلى الله عليه وسلم .
itu segantang gandum pada tiap-tiap Jum'at (seminggu), Maka apabila mereka
makan tamar (kurma kering), lalu mereka makan sebanyak satu gantang setengah.
Satu gantang gandum itu empat mud. Maka setiap hari itu, mendekati setengah
mud. Dan itulah apa yang telah kami sebutkan, bahwa setengah mud itu kadar
sepertiga perut. Dan diperlukan pada tamar, kepada tambahan, karena dikeluar-
kan biji daripadanya.
Adalah Abu Dzar r.a. berkata: "Makananku pada tiap-tiap
Jum'at (minggu) itu satu sha' syair, pada masa Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم . Demi Allah! Aku tiada menambahkan sedikit
pun daripadanya, sehingga aku bertemu dengan beliau. Aku mendengar beliau
bersabda:
أقربكم مني مجلسا يوم القيامة
وأحبكم إلي من مات على ما هو عليه اليوم
(Aqrabukum minnii majlisan yaumal-qiaamati wa ahabbukum
ilayaa, man maata 'alaa maa huwa 'alaihil-yaum).
1126
|
Artinya: "Yang paling dekat tempatnya kepadaku pada hari
kiamat diantara kamu dan yang paling aku kasihi, ialah siapa yang meninggal,
menurut apa ia padanya, hari ini". (1).
Abu Dzar r.a. berkata tentang penantangannya terhadap
sebahagian sa- habat: "Kamu telah mengubah sunnah. Tepung syair diayak
untukmu, pa- dahal dahulu tidak diayak. Kamu membuat roti dari tepung halus.
Kamu kumpulkan dua macam lauk-pauk. Kepadamu dihidangkan bermacam-ma- cam warn
a makanan. Pada pagi hari, salah seorang kamu memakai semacam pakaian dan pada
sorenya macam yang lain. Dan tidak adalah kamu demikian, pada masa Rasulu'llah
صلى الله عليه وسلم . dahulu".
Adalah makanan para sahabat Nabi صلى
الله عليه وسلم . yang tinggal di shuffah (tem- pat berteduh dekat masjid Nabi صلى الله عليه وسلم .) itu, satu mud tamar
untuk dua orang tiap-tiap hari.
Satu mud itu satu sepertiga kati. Dan dibuang bijinya.
Al-Hasan Al-Bashari r.a. berkata: "Orang mukmin itu seperti kambing kecil.
Mencukupi baginya segenggam tamar buruk, sekepal tepung syair dan seteguk air.
Dan orang munafik itu seperti binatang buas yang ga- nas, menelan banyak dan
menelan suapnya. Ia tidak melipatkan perutnya (mengurangi makanannya) untuk
tetangganya. Dan ia tidak mengu- tamakan temannya dengan kelebihan makanannya.
Mereka hadapkan ke lebihan-kelebihan itu dihadapan kamu".
Sahl At-Tusturi berkata: "Jikalau dunia itu darah
mentah, niscaya makanan orang mukmin halal daripadanya. Karena makanan orang
mukmin itu ketika terpaksa, adalah sekedar kuat berdiri saja. Tugas Kedua:
mengenai waktu makan dan kadar perlambatan makan. Mengenai hal ini juga empat
tingkat:-
Tingkat Tertinggi: bahwa ia menahan lapar tiga hari dan lebih
dari tiga hari. Diantara murid-murid, ada yang mengembalikan latihan itu kepada
tahan lapar. Tidak kepada kadarnya makan. Sehingga sebahagian mereka sampai
tigapuluh hari dan empat puluh hari. Dan sampai kepada yang 'demikian,
segolongan ulama yang banyak bilangannya. Diantara mereka itu, ialah: Muhammad
bin 'Amr Al-Oarni, Abdurrahman bin Ibrahim Duhaim, Ibrahim At-Tamimi, Hajjaj
bin Furafishah, Hafash Al-'Abid Al-Mushaishi, Al-Muslim bin Sa'id, Zuhair,
Sulaiman Al-Khawwash, Sahl bin Abdullah At-Tusturi dan Ibrahim bin Ahmad
AI-Khaw-wash. Adalah Abubakar Ash-Shiddq r.a. menahan lapar enam hari. Dan Abdullah
bin Az-Zubair menahan lapar tujuh hari. Dan Abdul-Jauza' teman Ibnu Abbas,
menahan lapar tujuh hari.
Diriwayatkan, bahwa Ats-Tsauri dan Ibrahim bin Adaham menahan
lapar tiga hari-tiga hari. Semua itu mereka meminta tolong dengan lapar, kepada
jalan akhirat.
(2). Dirawikan Ahmad dari Abu Dzar dan ini hadits terputus
sanadnya.
|
1127
|
Sebahagian ulama berkata*. "Siapa yang menahan dari
lapar empat puluh hari karena Allah,
niscaya menampaklah baginya kekuasaan dari alam malakut. Artinya: terbuka
dengan sebahagian rahasia-rahasia ketuhanan.
Diceriterakan, bahwa sebahagian ahli golongan ini (golongan
kaum shufi), lewat ditempat seorang pendeta Nasrani. Lalu ia bertukar-pikiran
dengan pendeta itu mengenai keadaannya. Dan ia mengharap benar untuk
mengislamkan pendeta tersebut dan meninggalkan tipuan yang menjadi
pegangannya. Lalu ahli shufi itu berbicara banyak dengan pendeta tadi dalam hal
tersebut, sehingga pendeta itu berkata kepadanya: "Bahwa Isa Al-Masih
menahan lapar empatpuluh hari. Dan yang demikian adalah mu'jizat, yang tak
terdapat, kecuali bagi nabi atau orang sid diq (orang benar)".
Lalu orang shufi tadi menjawab: "Jikalau aku menahan
lapar limapuluh hari, apakah anda akan meninggalkan agama anda dan anda
bersedia masuk Islam? Dan anda tahu bahwa Islam itu benar, sedang anda berada
diatas agama batil?". Pendeta itu menjawab: "Ya, baik!".
Maka orang shufi tadi, terus-menerus duduk disitu, dimana
dilihat oleh pendeta tadi. Sehingga ia sudah menahan lapar limapuluh hari
lamanya. Kemudian, orang shufi tersebut berkata: "Aku ingin menambahkan
pula untukmu".
Lalu orang shufi itu menahan lapar lagi, sampai cukup
enampuluh hari. Maka amat menakjubkan pendeta tersebut, seraya ia berkata:
"Aku tiada menyangka sama sekali, bahwa ada orang yang melampaui Al-
Masih". Maka adalah yang demikian itu, menjadi sebab keislamannya. Dan
inilah tingkat tinggi. Sedikitlah orang yang sampai ketingkat itu, kecuali
orang yang terbuka hijab (dinding), yang terbawa kepadanya, yang sibuk dengan
musyahadah, memutuskan dia dari tabi'at dan adat-kebiasaannya. Ia
menyempurnakan dirinya pada kelazatan itu dan melupakannya kelaparan dan
keperluannya.
Tingkat Kedua: bahwa ia menahan lapar, dua sampai tiga hari. Dan yang
demikian, tidaklah keluar dari kebiasaan. Tetapi itu hal yang dekat, yang
mungkin sampai kepadanya, dengan kesungguhan dan mujahadah.
Tingkat Ketiga: yaitu yang paling rendah, dimana ia
memendekkan, pada sehari semalam, dengan sekali makan. Inilah yang paling
sedikit! Dan yang melampaui demikian, itu pemborosan dan berkekalan kenyang.
Sehingga ia tidak mempunyai keadaan lapar. Dan itulah perbuatan orang-orang
pemboros. Dan itu jauh dari sunnah Nabi صلى الله عليه
وسلم .
Diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudri r.a., bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم . apabila makan siang,
lalu beliau tiada makan malam. Dan apabila makan malam, Ialu beliau tiada makan
siang. (1).
Adalah ulama salaf (ulama terdahulu) makan pada tiap-tiap
hari sekali. (1).
Menurut Al-Iraqi, ia tidak pernah menemui hadits ini.
|
1128
|
Dan Nabi صلى الله عليه وسلم .
bersabda kepada 'A'isyah r.a: "Awaslah daripada pem- borosan! Sesungguhnya
dua kali makan sehari itu termasuk pemborosan. Sekali makan dalam tiap-tiap dua
hari itu kikir. Dan sekali makan pada tiap-tiap hari itu sedang diantara yang
demikian. Dan itu terpuji pada Kitab Allah 'Azza wa Jalla". (1).
Siapa yang memendekkan sehari sekali makan saja, maka
disunatkan ia makan pada waktu sahur, sebelum terbit fajar. Maka makanannya itu
adalah sesudah shalat tahajjud dan sebelum Shubuh. Maka ia berhasil lapar
siang untuk puasa, lapar malam untuk berdiri shalat, kesunyian hati untuk
kekosongan perut, halusnya pikiran, terkumpulnya cita-cita dan tenteramnya jiwa
kepada yang diketahui. Maka tidaklah mendesakkan- nya sebelum waktunya.
Pada hadits yang dirawikan 'Ashim bin Kulaib dari ayahnya,
dari Abi Hurairah, dimana Abi Hurairah berkata: "Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم . tiada sekali- kali
berdiri (untuk shalat) sebagaimana berdirinya kamu ini. Dan jikalau ada beliau
berdiri, niscaya beliau berdiri, sehingga bengkaklah kedua ta- pak kakinya. Dan
beliau tiada sekali-kali menyambung sebagaimana pe- nyambunganmu ini, selain
beliau menta'khirkan (melambatkan) berbuka sampai kepada sahur". (2).
Pada hadits 'A'isyah r.a., dimana 'A'isyah berkata:
"Adalah Nabi صلى الله عليه وسلم .
menyambung sampai kepada sahur". (3).
Kalau ada hati orang yang berpuasa itu sesudah maghrib berpaling kepada makanan dan yang demikian itu, mengganggunya dari kehadiran hati pada shalat tahajjud, maka yang lebih utama, ia membagikan makanannya dua bahagian. Kalau ada dua potong roti-umpamanya-niscaya dimakannya sepotong ketika berbuka dan sepotong lagi ketika sahur. Supaya tenteram jiwanya dan ringan badannya ketika shalat tahajjud. Dan tidak bersangatan laparnya disiang hari, karena memakan sahur. Maka ia mendapat pertolongan dengan roti pertama untuk shalat tahajjud dan dengan roti kedua Untuk puasa. Dan siapa yang berpuasa sehari dan berbu- Ica sehari, maka tiada mengapa ia makan tiap-tiap hari berbukanya (hari ia tiada berpuasa) pada waktu dhohor. Dan hari puasanya, ia makan waktu sahur.
Kalau ada hati orang yang berpuasa itu sesudah maghrib berpaling kepada makanan dan yang demikian itu, mengganggunya dari kehadiran hati pada shalat tahajjud, maka yang lebih utama, ia membagikan makanannya dua bahagian. Kalau ada dua potong roti-umpamanya-niscaya dimakannya sepotong ketika berbuka dan sepotong lagi ketika sahur. Supaya tenteram jiwanya dan ringan badannya ketika shalat tahajjud. Dan tidak bersangatan laparnya disiang hari, karena memakan sahur. Maka ia mendapat pertolongan dengan roti pertama untuk shalat tahajjud dan dengan roti kedua Untuk puasa. Dan siapa yang berpuasa sehari dan berbu- Ica sehari, maka tiada mengapa ia makan tiap-tiap hari berbukanya (hari ia tiada berpuasa) pada waktu dhohor. Dan hari puasanya, ia makan waktu sahur.
Jalan-jalan ini adalah mengenai waktu-waktu makan, berjauhan
dan ber dekatan makan itu.
Tugas Ketiga: tentang macam makanan dan meninggalkan
lauk-pauk. Makanan yang tertinggi, ialah: tepung gandum. Kalau diayak, maka adalah
terlalu mewah.
(1). Dirawikan Al-Baihaqi dan katanya, isnadnya
lemah.
|
(2)- Dirawikan An-Nasa-i dan isnadnya baik.
|
(3). Menurut Al-Iraqi, beliau tiada menjumpainya
dari perbuatan Nabi صلى الله عليه وسلم .
Akan tetapi, dari sabdanya, yang artinya: "Siapapun diantara kamu yang
mau menyambung, maka sambunglab, sampai kepada waktu sahur", dirawikan
Al-Bukhari dari Abu Sa'id.
|
1129
|
Makanan yang sedang: ialah syair yang sudah diayak. Dan
makanan yang paling rendah, ialah: syair yang tidak diayak. Lauk-pauk yang
tertinggi, ialah: daging dan manisan. Yang terendah, ialah: garam dan cuka.
Dan yang sedang, ialah: makanan yang bercampur dengan minyak, tanpa daging.
Kebiasaan orang-orang yang berjalan kejalan akhirat, ialah:
mencegah terus-menerus dari lauk-pauk. Bahkan mencegah pula dari segala nafsu-
keinginan. Sesungguhnya setiap yang enak, yang diingini oleh manusia lalu
dimakannya; niscaya yang demikian, menghendaki akan kesombong- an pada dirinya,
kekesatan pada hatinya dan menjinakkannya dengan kelazatan dunia. Sehingga ia
suka kepada kelazatan dunia dan benci kepada mati dan menemui Allah Ta'ala.
Jadilah dunia itu sorga padanya dan mati itu penjara baginya. Dan apabila ia
mencegah dirinya dari keinginan-keinginan dunia, ia menyempitkannya dan ia
haramkan kelazatannya, niscaya jadilah dunia itu penjara baginya dan
menyempitkan kepadanya. Maka dirinya ingin terlepas dari dunia. Maka matilah
yang melepaskan- nya.
Kepada itulah diisyaratkan dengan perkataan Yahya bin Ma'az,
dimana ia berkata: "Wahai para orang-orang siddiq! Laparkanlah dirimu
untuk pesta sorga firdus! Sesungguhnya keinginan kepada makanan itu 'ala kadar
melaparkan jiwa".
Maka semua yang telah kami sebutkan dari bahaya kekenyangan,
sesungguhnya berlaku pada semua nafsu-keinginan dan memperoleh keenakan. Maka
tiada kami perpanjangkan lagi dengan mengulanginya. Maka karena itu, besarlah
pahala pada meninggalkan nafsu-syahwat dari segala yang mubah (yang
diperbolahkan). Dan besarlah bahaya pada mengambilkannya. Sehingga Nabi صلى الله عليه وسلم . bersabda: "Yang
jahat dari umatku, ialah mereka yang memakan tepung gandum". (1). Ini
tidaklah diharamkan. Bahkan itu diperbolehkan (mubah), dengan pengertian, bahwa
siapa yang memakannya sekali atau dua kali, niscaya ia tidak berbuat maksiat.
Dan siapa yang terus-menerus pula pada yang demikian, ia tidak berbuat maksiat
dengan memakannya. Tetapi nafsunya terdidik dengan kenikmatan, lalu ia jinak
dengan dunia dan menyukai kesenangan. Dan berusaha mencarinya. Maka yang
demikian itu membawanya kepada perbuatan maksiat. Maka mereka menjadi ummat
yang jahat. Karena tepung gandum itu membawa mereka kepada mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan. Dan pekerjaan itu maksiat.
(1). Kata Al-Iraqi, ia belum pemah menjumpai hadits ini.
|
1130
|
Nabi صلى الله عليه وسلم .
bersabda:-
(Syiraaru ummati'lladziina ghadzau bi'n-na 'imi wa nabatat
'alaihi ajsaa- amuhum wa innamaa himmatuhum al waa nuth-tha'aami wa
anwaa'ul-li- baasi wa yatasyaddaquuna fil-kalaami).Artinya: "Yang jahat
dari ummatku, ialah mereka yang makan dengan yang enak-enak (penuh keni'matan)
dan tubuh mereka tumbuh atas makanan itu. Dan cita-cita mereka ialah
macam-macam warna makanan dan berbagai macam bentuk pakaian. Mereka berbicara
banyak, tanpa dijaga dan hati-hati". (1).
Allah Ta'ala menurunkan vvahyu kepada Musa a.s.:
"Ingatlah bahwa engkau itu menetap dikubur. Dan yang demikian itu melarang
engkau dari banyak nafsu-keihginan".
Para ulama terdahulu (ulama salaf) sangat takut memakan
makanan yang lazat-lazat dan mencobakan diri kepadanya. Mereka berpendapat,
bahwa yang demikian itu tanda kecelakaan. Mereka melihat akan larangan Allah
Ta'ala daripadanya itu, kebahagiaan yang penghabisan. Sehingga diriwayatkan,
bahwa Wahab bin Manbah Al-Yamani berkata: "Bertemu dua orang malaikat pada
langit keempat, lalu bertanya salah seorang daripada keduanya kepada yang
lain: "Dari mana?". Maka yang ditanya itu menjawab: "Aku disuruh
menghalau ikan dari laut, yang diingini oleh si Anu-Yahudi itu, yang kena
kutukan Allah Ta'ala. Lalu yang lain berkata: "Aku disuruh menuangkan
minyak, yang diingini oleh si Anu-yang banyak beribadah itu".
Maka inilah suatu peringatan, bahwa memudahkan sebab-sebab
nafsu keinginan itu, tidaklah termasuk tanda-tanda kebajikan. Dan karena inilah,
Umar r.a. tidak mau meminum air dingin dengan madu. Dan beliau berkata:
"Nyahkanlah daripadaku perhitungannya!". Maka tiada ibadah kepada
Allah Ta'ala yang lebih besar, daripada r^fenyalahi nafsu keinginan dan
meninggalkan yang lazat-lazat, sebagaimana telah kami kemukakan dahulu pada
"Kitab Latihan Jiwa". Diriwayatkan Nafi\ bahwa Ibnu 'Umar r.a. itu
sakit. Ia ingin ikan pang- gang, lalu saya carikan dikota, maka tidak dapat.
Kemudian saya peroleh, sesudah beberapa hari. Lalu saya belikan dengan harga
satu setengah dirham. Lalu saya goreng dan saya bawakan kepadanya atas roti.
Maka berdiri dipintu seorang peminta-minta. Lalu berkata Ibnu Umar kepada
budaknya (yaitu: Nafi' sendiri): "Bungkuskanlah ikan itu dengan rotinya
dan berikanlah kepada peminta itu!".
(1). Dirawikan diantara Iain, oleh Al-Baihaqi. Dan
dirawikan Abu Na'im dari A'isyah. Isnadnya tidak apalah, dapat dipakai.
|
1131
|
Lalu menjawab budak (Nafi'): "Kiranya Allah membaikkan
engkau! Engkau ingin akan ikan itu semenjak beberapa hari yang lalu, tetapi
kami tiada mendapatinya. Waktu kami mendapatinya, lalu kami belikan dengan
harga satu setengah dirham. Kami berikan saja kepadanya harganya'
Ibnu Umar berkata lagi: "Bungkuslah dan serahkanlah
kepada peminta itu!".
Kemudian, budak itu (Nafi') bertanya kepada peminta itu:
"Maukah engkau mengambil uang sedirham dan engkau tinggalkan ikan
ini?". Peminta tadi menjawab: "Ya, boleh!".
Lalu diserahkan oleh Nafi' uang sedirham kepada peminta
tersebut. Dan ikan itu diambilnya. Dan dibawanya, seraya diletakkannya
dihadapan Ibnu Umar. Dan ia berkata: "Sudah aku berikan kepada paminta itu
uang sedirham dan ikan aku ambil kembali".
Maka Ibnu Umar menjawab: "Bungkuslah ikan itu dan
serahkanlah kepada peminta itu! Dan uang yang satu dirham itu, jangan engkau
ambil daripadanya. Karena aku mendengar Rasulu'llah صلى
الله عليه وسلم . bersabda: "Siapapun yang ingin akan sesuatu keinginan,
lalu menolak keinginannya dan mengutamakan orang lain dengan keinginan itu
daripada dirinya, niscaya diampunkan oleh Allah akan dosanya". (1). Nabi صلى الله عليه وسلم . bersabda:
"Apabila engkau sumbat keinginan makan banyak dengan roti dan segelas air
bersih, maka kebinasaanlah atas dunia dan penduduknya". (2).
Nabi صلى الله عليه وسلم .
mengisyaratkan, bahwa yang dimaksud, ialah: menolak kepe- dihan lapar dan haus
dan menolak kemelaratannya, tanpa bersenang-senang dengan keenakan duniawi.
Sampai berita kepada Umar r.a. bahwa Yazid bin Abi Sufyan
makan dengan bermacam-macam makanan. Lalu Umar r.a. berkata kepada pembantu
yazid (bekas budaknya, bernama: Yarfa): "Apabila engkau tahu, bahwa telah
datang waktu makan malam, maka beri-tahukanlah kepadaku!". Lalu pembantu
Yazid itu memberi-tahukan kepada Umar r.a. Maka masuklah Umar r.a. Lalu
hampirlah waktu makanan malam itu. Maka mereka membawa kepada Yasid daging yang
dipotong-potong, lalu Umar r.a. memakannya bersama Yasid. Kemudian, didekatkan
daging go- reng. Yasid membuka tangannya untuk mengambil daging itu. Maka
dicegah oleh Umar r.a. tangan Yasid, seraya berkata: "Allah! Allah! Hai
Yasid bin Abi Sufyan! Adakah makanan sesudah makanan? Demi Allah yang jiwa Umar
didalam tanganNya Sesungguhnya jikalau engkau menyalahi dari sunnah mereka,
niscaya mereka akan menyalahi dengan kamu dari jalan mereka!".
(1). Diriwayatkan oleh Abusy-Syaikh Ibnu Hibban
dengan isnad yang lemah sekali.
|
(2). Diriwayatkan Abu Mansur Ad-Dailami dari Abi
Hurairah dengan isnad dla'if.
|
1132
|
Dari Yassar bin 'Umair, dimana ia berkata: "Tiada pernah
sekali-kati aku mengayak tepung untuk Umar r.a. Kalau aku lakukan, maka aku
durhaka kepadanya".
Diriwayatkan, bahwa 'Atbah Al-Ghallam meramas tepungnya
dengan air dan mengeringkannya pada matahari, kemudian memakannya. Dan
mengatakan: "Sepotong roti dan garam, sehingga tersedialah di akhirat
sepotong' daging goreng dan makanan yang baik". Ia mengambil gelas, lalu
diciduknya air dari kendi besar, yang ada pada siangnya dimatahari. Maka berkata
babunya (bekas budak wanitanya yang sudah dimerdekakan): "Wahai 'Atbah!
Jikalau engkau berikan tepungmu itu kepadaku, niscaya aku buat roti untukmu dan
aku dinginkan air untukmu". Maka menjawab 'Atbah: "Hai ibu si Anu!
Sudah aku usir daripadaku kesangatan lapar".
Syaqiq bin Ibrahim berkata: "Aku bertemu dengan Ibrahim
bin Adham di Makkah dikampung Sauqul-lail- tempat lahirnya Nabi صلى الله عليه وسلم .sedang menangis. Ia
duduk disuatu sudut jalan. Lalu aku berpaling kepadanya dan aku duduk
disisinya, seraya bertanya: "Apakah tangisan ini, wahai Abu Ishak?".
Lalu ia menjawab: "Baik!".
Maka aku mengulangi menanyakannya sekali - dua kali tiga
kali. Lalu ia menjawab: "Hai Syaqiq! Tutuplah aku!".
Lalu aku menjawab: "Hai saudaraku! Katakanlah apa yang
engkau ke- hendaki!". Maka ia berkata kepadaku: "Nafsuku ingin sejak
tigapuluh tahun yang lalu akan sikbaj (gulai yang diperbuat dari daging dan
cuka). Aku cegah nafsu itu dengan segenap tenagaku. Sehingga kemaren, adalah
aku sedang duduk dan aku sangat mengantuk. Tiba-tiba datanglah seorang anak
muda. Ditangannya mangkok hijau, yang meninggi uap dan bau sikbaj
daripadanya".
Syaqiq berkata: "Maka aku kumpulkan dengan cita-citaku
dari hal Ibrahim bin Adham itu. Lalu pemuda tersebut mendekatinya, seraya
berka- ra: "Hai Ibrahim, makanlah!".
Ibrahim bin Adham menerangkan selanjutnya: "Maka aku
menjawab: "Tiada akan aku makan. Aku sudah meninggalkannya karena Allah
'Azza wa Jalla".
Lalu pemuda itu mengatakan kepadaku: "Sesungguhnya
engkau telah di- beri makan oleh Allah, maka makanlah!i Maka tiada lagi bagiku
jawab- an, selain aku lalu menangis".
Pemuda itu berkata lagi kepadaku: "Makanlah! Semoga
Allah mencurah- kan rahmat kepadamu!".
Maka aku menjawab lagi: "Kami sudah disuruh, supaya kami
tidak men- campakkan dalam perut kami, selain dari kira-kira yang kami
ketahui". Pemuda itu lalu berkata pula: "Makanlah! Kiranya engkau
diberi sehat dan afiat oleh Allah! Sesungguhnya aku berikan sikbaj tersebut,
lalu
1133
|
dikatakan kepadaku: "Hai Khidlir! Pergilah dengan
makanan ini dan be- rikanlah makanan ini untuk memenuhi keinginan Ibrahim bin
Adham! Allah telah mencurahkan rahmat kepada keinginan nafsu Ibrahim, dari lama
kesabarannya, diatas tanggungannya mencegah nafsu keinginan itu. Ketahuilah,
wahai Ibrahim! Sesungguhnya aku mendengar para malaikat itu berkata:
"Orang yang diberikan, lalu tidak mengambil, niscaya ia mencari, lalu
tidak diberi". Maka aku berkata: "Jikalau ada seperti demikian, maka
inilah aku dihadapan engkau, lantaran karena ikatan serta Allah Ta'ala".'
Kemudian, aku menoleh, maka tiba-tiba aku bersama pemuda
lain, yang memberikan sesuatu kepada Ibrahim bin Adham, seraya berkata:
"Hai Khidlir! Engkau suapkanlah!". Maka terus-meneruslah ia
menyuapkan aku, sehingga aku tertidur. Waktu aku terbangun, kemanisannya itu
dalam mulutku".
Syaqiq berkata: "Lalu aku berkata: "Perlihatkanlah tapak tanganmu
kepadaku!". Lalu aku ambil tapak tangannya. Maka aku cium tapak tangannya,
seraya aku berdo'a: "Wahai Yang Memberi makanan orang- orang yang lapar
akan nafsu keinginan, apabila mereka itu benar-benar mencegahnya! Wahai Yang
Mencela dalam batin akan keyakinan! Wahai Yang Menyembuhkan hati mereka dari
kecintaanNya! Adakah Engkau melihat sesuatu keadaan bagi Syaqiq pada sisi
Engkau?". Kemudian, aku angkat tangan Ibrahim kelangit, seraya aku
berdo'a: "Menurut kadar tapak tangan ini pada sisi Engkau dan menurut
kadar yang mempunyai- nya. Dan dengan kemurahan yang ia peroleh daripada
Engkau, ia ber- sungguh-sungguh kepada hamba Engkau yang berhajat kelimpahan,
ke- baikan dan rahmat Engkau, walaupun ia tidak berhak yang demikian".
Syaqiq lalu menyambung: "Maka bangunlah Ibrahim dan berjalan, sehingga
kami mendapati Baitu'llah (Ka'bah)".
Diriwayatkan dari Malik bin Dinar, bahwa beliau selama
empatpuluh ta- hun ingin roti dengan susu, tetapi tidak dimakannya. Dan pada
suatu hari, dihadiahkan orang kepadanya tamar masak, lalu ia berkata kepada
te- man-temannya: "Makanlah! Aku tiada pernah merasakannya semenjak empat
puluh tahun yang lalu".
Ahmad bin Abil-Hawari berkata: "Abu Sulaiman Ad-Darani
ingin kepada roti panas dengan garam. Lalu aku bawa roti tersebut kepadanya.
Maka digigitnya sekali gigit. Kemudian dicampakkannya dan terus mena- ngis,
sambil berkata: "Aku tergopoh-gopoh kepada keinginanku, sesudah lama aku
berusaha menjauhkannya. Alangkah celakanya aku! Aku berci- ta-cita akan tobat.
Maka kurangilah dosaku!" Ahmad bin Abil-Hawari berkata: "Maka tiada
aku melihat lagi ia memakan roti dengan garam, sampai ia bertemu dengan Allah
Ta'ala (meninggal)". Malik bin Dlaigham berkata: "Aku Ialu di Basrah
dipasar, maka aku melihat sayur-sayuran, lalu nafsuku berkata kepadaku:
"Jikalaulah aku makan nanti makan sayuran ini! Lalu aku bersumpah, bahwa
tiada akan aku makan sayuran selama empatpuluh malam".
1134
|
Malik bin Dinar bertempat di Basrah limapuluh tahun lamanya,
Ia tiada memakan sekali-kali tamar masak dan tamar muda. Ia berkata: "Hai
penduduk Basrah! Aku telah hidup bersamamu limapuluh tahun, tiada pernah aku
makan tamar masak dan tamar muda kepunyaanmu. Maka tidaklah bertambah pada kamu
apa yang kurang daripadaku. Dan tiada berkurang daripadaku, apa yang bertambah
padamu". Ia berkata lagi: "Aku ceraikan dunia semenjak limapuluh
tahun. Diriku ingin kepada susu semenjak empatpuluh tahun yang lalu. Demi
Allah, aku tiada mema- kannya, sehingga aku menghubungi Allah Ta'ala
(meninggal)". Hammad bin Abi Hanifah berkata: "Aku datangi Daud
Ath-Tha-i dan pintunya terkunci. Maka aku mendengar ia berkata: Nafsuku! Engkau
ingin kepada Iobak, maka aku berikan makananmu lobak itu. Kemudian, engkau
ingin tamar, maka aku bersumpah supaya tiada engkau mema- kannya
selama-lamanya".
Kata Hammad seterusnya: "Lalu aku memberi salam dan aku
masuk. Tiba-tiba ia sendirian".
Pada suatu hari Abu Hazim lalu dipasar. Maka ia melihat
buah-buahan, lalu ingin ia akan buah-buah itu. Ia berkata kepada puteranya:
"Belilah untuk kita dari buah-buahan ini, yang terpotong, lagi terlarang!
Mudah- mudahan kita akan pergi kepada buah-buahan yang tiada terpotong dan
tiada terlarang".
Sesudah dibeli oleh anaknya dan dibawanya kepadanya, lalu ia
berkata kepada dirinya: "Engkau telah menipuku, sehingga aku melihat dan
ingin. Engkau telah mengalahkan aku, sehingga buah-buahan itu dibeli. Demi
Allah! Tidak engkau akan merasakannya!". Lalu dikirimkannya buah-buahan
itu kepada anak-anak yatim yang miskin. Dari Musa Al-Asyaj, dimana ia
mengatakan: "Nafsuku ingin kepada garam yang tidak tertumbuk halus,
semenjak duapuluh tahun yang lalu". D^rri Ahmad bin Khalifah, yang
berkata: "Nafsuku ingin semenjak duapuluh tahun yang lalu, dimana ia
tidak meminta padaku, selain air untuk menghilangkan hausnya. Maka aku tidak
menghilangkan hausnya itu". Diriwayatkan, bahwa 'Atabah Al-Ghallam
mengingini daging sudah tujuh tahun lamanya. Lalu sesudah itu ia berkata:
"Aku malu pada diriku menolaknya semenjak tujuh tahun yang lalu, tahun
demi tahun. Maka aku beli sepotong daging atas roti. Aku goreng dan aku
tinggalkan diatas roti. Lalu aku bertemu dengan seorang anak kecil, seraya aku
bertanya: "Bukankah engkau anak si Anu dan ayahmu sudah meninggal?".
Anak itu menjawab: "Benar!". Maka aku berikan kepadanya daging
itu".
1135
|
Mereka mengatakan, bahwa 'Atabah lalu menangis, seraya
membaca ayat:-
(Wa yuth 'imuunath-tha'aama 'alaa hubbihi miskiinan wa
ya-tiiman wa asiiraa).
Artinya: "Mereka memberikan makanan dengan kasih
sayangnya kepada orang miskin, anak yatim dan orang tawanan (terpenjara)"
- S. Ad- Dahr, ayat 8.
Kemudian, sesudah itu ia tidak pernah merasakannya lagi.
Bertahun-tahun 'Atabah ingin kepada tamar. Maka pada suatu hari, ia membeli
tamar dengan harga satu qirath (seperduapuluh dinar). Dan di- angkatnya sampai
malam untuk ia makan pagi. 'Atabah berkata: "Lalu berhembuslah angin
kencang, sehingga menggelapkan dunia. Maka manusia pun terkejut. Lalu 'Atabah
menghadap kepada dirinya, seraya berkata: "Inilah karena keberanianku
kepada engkau dan pembe- lianku tamar dengan qirath itu". Kemudian ia
berkata kepada dirinya: "Aku tiada menyangka siksaan manusia, selain
disebabkan dosa engkau. Atas tanggunganku, bahwa engkau tiada merasakan tamar
itu". Daud Ath-Tha-i membeli sayur dengan harga setengah fals (uang temba-
ga pada masa itu) dan dengan satu fals. Ia menghadap malam seluruh- nya, dengan
mengatakan kepada difinya: "Celaka engkau hai Daud! Alangkah panjangnya
hisab (perhitungan amal) kamu pada hari akhirat!". Kemudian, tiada ia
makan sesudah itu, selain roti tiada berlauk. Pada suatu hari 'Atabah
Al-Ghallam berkata kepada Abdulwahid bin Zaid: "Bahwa si Anu menyifatkan
dari dirinya suatu tempat yang tiada aku kenal dari diriku". Lalu
Abdulwahid menjawab: "Karena engkau memakan tamar serta roti engkau. Dan
dia tidak menambahkan sesuatu diatas roti".
Maka 'Atabah menjawab: "Jikalau aku meninggalkan makan
tamar, niscaya aku kenal tempat itu?".
Lalu Abdulwahid menjawab: "Ya dan tempat yang lain dari
itu lagi". 'Atabah pun lalu menangis.
Maka berkatalah sebahagian sahabat 'Atabah kepadanya:
"Kiranya Allah tidak mempertangiskan mata engkau! Adakah engkau menangis
diatas tamar?".
Lalu Abdulwahid berkata: "Biarkanlah dia! Karena dirinya
sudah mengetahui akan kebenaran cita-citanya tentang meninggalkan itu. Yaitu,
apabila ia meninggalkan sesuatu, niscaya tidak akan diulanginya lagi".
Ja'far bin Nasar berkata: "Aku disuruh oleh Junaid membeli untuknya buah
tin al-waziri (nama semacam buah-buahan). Sesudah aku beli, lalu diambilnya
sebuah ketika makan pagi. Diletakkannya dalam mulutnya,
1136
|
kemudian dicampakkannya dan terus ia menangis. Kemudian ia
berkata "Bawalah!"
Lalu aku bertanya kepadanya tentang yang demikian. Maka ia
menjawab: "Dipanggil aku oleh Pemanggil dengan kata-kata: "Apakah
engkau tidak malu? Telah engkau tinggalkan dari karenaJCu, kemudian engkau
kembali lagi kepadanya".
Saleh Al-Marri berkata: "Aku berkata kepada 'Atha
As-Salmi: "Sesungguhnya aku dengan rasa berat membuat sesuatu untukmu.
Maka janganlah engkau tolak demi kehormatanku!".
Lalu 'Atha menjawab: "Buatlah apa yang engkau
kehendaki!".. Saleh menerangkan seterusnya: "Lalu aku bawa kepadanya
bersama pu- teraku, minuman dari tepung yang sudah aku ramas dengan minyak
samin dan air madu. Aku katakan kepadanya: "Silakan!". Sehingga di-
minumnya.
Pada keesokan harinya, aku buat lagi seperti itu. Tetapi
ditolaknya dan tidak diminumnya. Lalu aku maki dan mencacinya diatas sikapnya
yang demikian. Dan aku mengatakan: "Subhana'llah! Engkau tolak aku atas
kehormatanku". Demi ia melihat perasaanku disebabkan yang demikian, lalu
ia menjawab: "Jangan menyakitkan engkau oleh sikapku ini! Sesungguhnya
aku sudah meminumnya pada kali pertama. Dan aku mencoba diriku pada kali kedua
untuk meminumnya. Lalu aku tidak sanggup yang demikian. Tiap kali aku bermaksud
demikian, lalu aku teringat.akan firman Allah Ta'ala:-
يَتَجَرَّعُهُ وَلاَ
يَكَادُ يُسِيغُهُ وَيَأْتِيهِ الْمَوْتُ مِن كُلِّ مَكَانٍ وَمَا هُوَ بِمَيِّتٍ
وَمِن وَرَآئِهِ عَذَابٌ غَلِيظٌ
(Yatajarra'uhu wa laa yakaadu yusiighuhu, wa ja'tiihil-mautu
min kulli makaanin wa maa huwa bi-mayyitin, wa min waraa-ihi 'adzaabun
ghaliidh).
Artinya Dihirupnya sedikit dan hampir tidak dapat diteguknya dan kematian
datang kepadanya dari segala penjuru, tetapi dia tidak mati dan dibelakangnya
siksaan yang keras". S. Ibrahim, ayat 17. Saleh berkata: "Lalu aku
menangis dan aku berkata pada diriku: "Aku berada pada suatu lembah dan
engkau berada pada lembah yang lain". As-Sirri As-Saqati berkata:
"Semenjak tigapuluh tahun yang lalu, nafsuku meminta padaku untuk aku
rendamkan daging sembelihan dalam air manis. Tetapi aku tidak memakannya".
Abubakar
Al-Jalla' berkata: "Aku kenal seorang laki-laki yang dikatakan kepadanya
oleh nafsunya: "Aku bersabar karena engkau, tidak makan sepuluh hari.
Berikanlah kepadaku sesudah itu, suatu keinginan yang aku ingini". Lalu
laki-laki tersebut menjawab kepada nafsunya: "Aku tiada menghendaki engkau
tahan lapar sepuluh hari. Tetapi tinggalkanlah nafsu keinginan itu!".
1137
|
Diriwayatkan, bahwa seorang 'abid (yang banyak beribadah)
memanggil sebahagian temannya. Lalu 'abid tersebut mendekatkan roti kepadanya.
Maka temannya itu membalik-balikan roti, untuk dipilihnya yang terbaik. Lalu
'abid itu berkata kepadanya": "Hai! Apa yang anda perbuat? Apakah
tidak anda ketahui, bahwa dalam roti yang tidak anda sukai itu, terdapat
demikian banyak hikmahnya? Dan telah bekerja padanya sekian banyak pembuatnya.
Sehingga ia berputar dari awan yang membawa air dan air yang menyirami bumi,
angin, bumi, binatang ternak dan anak Adam (manusia). Sehingga jadilah roti itu
kepada anda. Kemudian, anda sesudah yang tersebut ini, anda
membalik-balikkannya. Dan tidak merelainya".
Pada hadits, disebut, yang maksudnya: "Roti itu tidak
berputar dan ter- letak dihadapan engkau, sebelum bekerja tigaratus enampuluh
pembuat padanya. Yang pertama, malaikat Mikail a.s. yang menyukati air dari gudang
rahmat. Kemudian para malaikat yang menghalau awan, matahari bulan,
bintang-bintang, para malaikat angin dan binatang bumi. Dan yang terakhir dari
mereka itu, ialah: tukang roti. Wa in ta 'udduu mi'matal-laahi laa
tuhshuuhaa).Artinya: "Kalau kamu hitung nikmat Allah, niscaya tidak akan
sanggup kamu menghitungnya" - S. Ibrahim, ayat 34. (1).
Sebahagian mereka mengatakan:
"Aku datangi Qasim Al-Jau'i. Lalu aku tanyakan tentang zuhud. Yang manakah
yang dikatakan zuhud?" Maka Qasim Al-Jau'i menjawab: "Apa saja yang
engkau dengar padanya? Maka engkau hitung kata-kata". Lalu Qasim itu
diam, Maka aku tanyakan: "Apakah yang engkau katakan lagi?" Lalu ia
menjawab: "Ketahuilah, bahwa perut itu dunia hamba Allah. Maka sekadar
yang dimilikinya dari perutnya itu, dimilikinya dari zuhud. Dan dengan kadar
yang dimiliki oleh perutnya itu, ia dimiliki oleh dunia".
Pada suatu kali Bisyr bin Al-Hars
sakit. Lalu ia datang kepada Abdurrahman tabib, menanyakan tentang sesuatu
makanan yang sesuai dengan dia. Maka menjawab tabib: "Anda menanyakan aku.
Apabila aku te- rangkan kepada anda, niscaya anda tidak akan menerima dari
padaku?" Bisyr bin Al-Hars menjawab: "Terangkanlah kepadaku, supaya
aku dengar!".
Tabib menjawab: "Anda minum sakanjabin (terbuat dari
cuka dan madu). Anda menghirup safarjal dan sesudah itu anda makan
isfidzibaj". Lalu Bisyr bertanya: "Tahukah anda sesuatu yang lebih
murah dari sakanjabin, yang dapat menggantikannya?" Abdurrahman tabib
menjawab: "Tidak!"
1.Menurut AlIraqi beliau tak pernah menjumpai hadits ini.
|
1138
|
Lalu Bisyr menjawab: "Aku tahu".
"Apakah itu?" - tanya tabib.
Bisyr menjawab: "Al-handaba dengan cuka".
Kemudian, Bisyr bertanya lagi: "Tabukah anda sesuatu
yang lebih murah
dari safarjal, yang dapat menggantikannya?".
Tabib menjawab: "Tidak!".
Bisyr menjawab: "Aku tahu".
"Apakah itu?" - tanya tabib.
Bisyr menjawab: "Al-Khurnub Asy-Syami".
Bisyr bertanya pula: "Tahukah anda sesuatu yang lebih
murah dari isfi- dzibaj, yang dapat menggantikannya?" Tabib menjawab:
."Tidak!"
Bisyr menjawab: "Aku tahu, yaitu: air himmish (kacang
putih) dengan minyak samin sapi dan yang serupa dengan dia".
Lalu Abdurrahman tabib berkata kepada Bisyr: "Anda lebih
tahu daripadaku, tentang ketabiban. Maka mengapakah anda bertanya
kepadaku?". Dengan ini tahulah kita bahwa mereka itu, mencegah diri dari
keinginan nafsu-syahwat dan dari kekenyangan dengan makanan. Mereka mencegah
itu karena faedah-faedah yang telah kami sebutkan. Dan pada setengah waktu,
karena mereka berada dalam keadaan tidak dibersihkan oleh yang halal. Maka
mereka tidak mempermudahkan untuk dirinya, selain sekadar darurat. Dan
keinginan nafsu-syahwat itu tidak termasuk baha- gian darurat. Sehingga Abu
Sulaiman pernah berkata: "Garam itu suatu keinginan, karena tambahan atas
roti. Dan dibalik roti itu nafsu keinginan".
Inilah tingkat penghabisan! Orang yang tak sanggup atas yang
demikian, maka selayaknyalah tidak lalai tentang dirinya dan tidak terjerumus
dalam keinginan nafsu-syahwat. Maka cukuplah keborosan bagi manusia, bahwa ia
makan setiap yang diingininya dan berbuat setiap yang menjadi hawa- nafsunya.
Maka selayaknyalah ia tidak membiasakan memakan daging. mi r.a. berkata:
"Siapa yang meninggalkan makan daging empatpuluh hari, niscaya buruklah
kejadiannya. Dan siapa yang terus-menerus makan daging empatpuluh hari, niscaya
kesatlah hatinya". Dan ada yang mengatakan, bahwa terus-menerus makan
daging itu mempunyai kecanduan, seperti kecanduan khamar. Bagaimana pun ia
lapar dan nafsunya ingin bersetubuh, maka tiada selayaknyalah ia makan dan
bersetubuh. Ia memberikan kepada nafsunya dua keinginan, maka kuatlah keinginan
itu kepadanya. Kadang-kadang nafsu itu meminta makan, untuk raj in bersetubuh.
Disunatkan tidak tidur waktu kenyang, karena ia mengumpulkan
antara dua kelalaian. Lantaran itu, maka terbiasalah ia kelesuan tubuh. Dan kesatlah
hatinya karena yang demikian. Tetapi hendaklah ia mengerjakan shalat atau duduk,
lalu berdzikir kepada Allah Ta'ala. Sesungguhnya itu-
1139
|
lah yang lebih mendekatkan kepada syukur.
Pada hadits tersebut:-
أذيبوا طعامكم بالذكر والصلاة ولا تناموا عليه فتقسو قلوبكم
(Adziibuu tha'aamakum bidz-dzikri wash-shalaati wa laa
tanaamuu 'alaihi fa taqsuu quluubukmn)Artinya: "Hancurkanlah makananmu
dengan dzikir dan shalat. Dan janganlah kamu tidur atas makanan (tidur sedang
kekenyangan), maka ke- satlah hatimu".- (1).
Sekurang-kurangnya yang demikian itu mengerjakan shalat
ernpat raka'at atau membaca tasbih seratus kali atau membaca sejuz Al-Qur-an
sesudah baru saja makan.
Adalah Sufyan Ats-Tsauri apabila kenyang pada malam hari,
lalu ia hi- dupkan malam tersebut dengan ibadah. Dan apabila ia kenyang pada
siang hari, niscaya disambungkannya dengan shalat dan dzikir. Ia mengatakan:
"Telah kenyang budak hitam itu dan memayahkannya untuk me- layani
tuannya".
Pada suatu kali Sufyan berkata: "Keledai itu kekenyangan
dan menyusahkannya".
Manakala mengingini sesuatu makanan dan buah-buahan yang
baik, maka selayaknyalah meninggalkan roti dan memakan buah-buahan itu, sebagai
ganti dari roti. Supaya menjadi makanan dan tidak menjadi penyedapan
semata-mata. Agar tidak terkumpul bagi nafsu antara kebiasaan dan keinginan.
Sahl memandang kepada Ibnu Salim dan dalam tangannya roti dan
tamar. Lalu Sahl berkata kepadanya: "Mulailah dengan tamar! Kalau
terdapat kecukupan bagi engkau dengan tamar itu, maka baik sekali. Kalau tidak,
ambillah roti sesudah itu sekedar keperluan engkau!". Manakala diperoleh
makanan halus dan kasar, maka hendaklah didahulukan makanan halus. Karena tidak
akan mengingini lagi makanan kasar sesudahnya. Kalau didahulukan makanan kasar,
niscaya akan makan lagi makanan halus, karena kehalusannya.
Setengah mereka berkata kepada sahabat-sahabatnya:
"Jangan engkau makan yang diingini! Kalau engkau makan, maka jangan engkau
cari. Kalau engkau cari, maka jangan engkau cintai. Dan mencari sebahagian dari
bermacam-macam roti itu nafsu keinginan namanya". Abdullah bin Umar r.a.
berkata: "Tiada buah-buahan yang datang kepada kami dari Irak yang paling
kami sukai, selain dari roti". Ia memandang roti itu sebagai buah-buahan.
(1). Diriwayatkan Ath-Thabrani dari 'A'isyah, dengan sanad
daif.
1140
|
Kesimpulannya, tiada jalan kepada menyianyiakan nafsu dalam
keinginan-keinginan yang diperbolehkan dan menurutinya dalam setiap hal. Maka
dengan kadar yang dicukupkan oleh seorang hamba Allah dari nafsu-keinginannya
itu, ditakuti akan dikatakan kepadanya pada hari kiamat:-
أذهبتم طيباتكم
في حياتكم الدنيا واستمتعتم بها
Adzhabtum thayyibaatikum fii hayaatikumud-dun-ya
was-tam-ta'tum bihaa).
Artinya: "Kesenanganmu telah kamu habiskan dalam
kehidupanmu didunia dan kamu telah bersukacita dengan itu". - S.
Al-Ahqaf, ayat 20. Dan dengan kadar ia menentang hawa-nafsunya dan meninggalkan
keinginannya itu, ia akan memperoleh kesenangan pada hari akhirat dengan
keinginan-keinginannya.
Setengah ulama dari penduduk Basrah berkata: "Nafsuku
bertengkar dengan aku, karena ingin kepada roti beras dan ikan. Lalu aku cegah
keinginan itu. Maka kuatlah tuntutannya dan sangat beratlah perjuanganku
menentangnya, selama duapuluh tahun".
Tatkala ulama tersebut tadi meninggal, lalu berkata
sebahagian mereka: "Aku bermimpi dia dalam tidurku, lalu aku bertanya
kepadanya: "Apakah yang diperbuat oleh Allah dengan engkau?". Ia
menjawab: "Tiada yang lebih baik untuk aku terangkan, apa yang
dipertemukan aku oleh Tuhanku dari berbagai macam nikmat dan kemuliaan. Dan
adalah yang mula pertama^ la menerimakan aku itu, roti beras dan ikan. Ia berfirman:
"Makanlah hari ini menurut keinginanmu dengan puas, tanpa per-
hitungan!".
Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman:-
(Kuluu wasy-rabuu hanii-an bimaa aslaftum
fil-ayyaamil-khaaliyah) A^nya: "Makan dan minumlah dengan penuh kepuasan,
disebabkan (perbuatan baik) yang telah kamu kirimkan lebih dahulu dihari yang
lampau". - S. Al-Haqqah, ayat 24.
Mereka telah mendahului dengan meninggalkan nafsu-syahwat.
Karena itulah Abu Sulaiman berkata: "Meninggalkan sesuatu nafsu-syahwat
dari nafsu-nafsu syahwat itu, lebih bermanfa'at bagi hati daripada puasa setahun
dan bangun mendirikan shalat setahun. Kiranya Allah memberi taufiq kepada kita
bagi yang diridlaiNya!
1141
|
PENJELASAN:
perbedaan hukum lapar dan keutamaannya dan perbedaan keadaan manusia tentang
lapar.
Ketahuilah, bahwa tuntutan yang paling jauh pada semua
pekerjaan dan budi-pekerti, ialah: ditengah-tengah (sedang). Karena pekerjaan
yang baik. ialah: ditengah-tengah. Masing-masing dari kedua tepi pekerjaan yang
dimaksud, adalah tercela. Dan apa yang telah kami bentangkan tentang keutamaan
lapar, kadang-kadang menunjukkan kepada bersangatan padanya itu diminta
(dituntut). Dan jauhlah yang demikian! Akan tetapi setengah dari rahasia hikmah
Syari'at, ialah, bahwa tiap-tiap yang diminta oleh tabiat manusia itu, tepi yang
terjauh. Dan ada padanya kerusak- an. Maka datanglah Syariat dengan keras
mencegah (melarang)nya, diatas cara yang menunjukkan pada orang bodoh, bahwa
yang dicari (yang dituntut), ialah: melawani apa yang dikehendaki olek tabiat
manusia itu, sejauh mungkin. Dan orang yang berilmu mengetahui, bahwa yang dimaksud,
ialah: ditengah-tengah. Karena tabiat manusia apabila menuntut sangat kenyang,
maka syariat selayaknyalah memuji sangat lapar. Sehingga tabiat manusia itu
adalah penggerak dan syariat itu pencegah. Lalu keduanya berlawanan. Dan
berhasil: yang sedang (ditengah-tengah). Karena orang yang sanggup secara
keseluruhan mencegah keinginan tabiatnya itu, amat jauh dari kenyataan. Maka ia
tahu, bahwa ia tidak berkesudah an kepada penghabisan. Karena jikalau ada orang
yang berlebih-lebihan melawan tabiatnya, niscaya pada Syariat juga ada yang
menunjukkan atas buruknya yang demikian. sebagaimana syariat bersangatan memuji
bangun malam hari (untuk shalat) dan puasa siang hari. Kemudian, ketika
diketahui oleh Nabi صلى الله عليه وسلم .
tentang keadaan sebahagian mereka (saha- batnya) berpuasa sepanjang waktu dan
bangun malam seluruhnya, lalu beliau melarang yang demikian (1).
Apabila anda telah mengetahui ini, maka ketahuilah, bahwa
yang lebih utama (afdlal) dengan mendasarkan kepada sifat (tabiat) manusia yang
sedang itu, bahwa: makan kira-kira tidak merasa berat perut dan tidak merasa
dengan pedih lapar. Tetapi ia lupa kepada perutnya, lalu tidak sekali-kali
membekas lapar padanya.
Sesungguhnya yang dimaksud dari makan itu, kekekalan hidup,
kekuatan ibadah. Dan berat perut itu mencegah ibadah. Dan pedih lapar juga
membimbangkan hati dan mencegah dari ibadah. Maka yang dimaksud itu, bahwa
makan dengan makan yang tidak meninggalkan bekas bagi yang dimakan. Supaya
adalah ia menyerupai dengan malaikat. Dan para malaikat itu sesungguhnya qudus
(suci) dari beratnya makanan dan pe- dihnya lapar. Dan maksud manusia itu
mengikuti para malaikat. Apabila tidak ada bagi manusia, dari kenyang dan
lapar, maka keadaan yang terjauh dari dua tepi itu, ialah: ditengah-tengah.
Yaitu: sedang (i'tidal). Tuntutan manusia buat jauh dari tepi-tepi yang
berhadapan ini dengan kembali kepada: ditengah-tengah, adalah seperti semut
yang dicam- pakkan ditengah-tengah lingkaran yang dipanaskan atas api, yang
dicam- pakkan diatas lantai. Maka semut itu Iari dari kepanasan lingkaran. Dan
(1). Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim.
|
1142
|
lingkaran itu mengelilinya. Ia tidak sanggup keluar dari
lingkaran tersebut. Maka senantiasalah ia lari, sehingga ia tetap pada pusat
(markaz), yaitu: ditengah-tengah. Kalau ia mati, maka matilah ia
ditengah-tengah. Karena ditengah-tengah itu adalah tempat terjauh dari
kepanasan yang ada dalam lingkaran yang mengelilinginya.
Maka seperti demikian juga nafsu-keinginan yang mengelilingi
manusia, , sebagai pengelilingan lingkaran tersebut dengan semut. Dan para
malaikat diluar dari lingkaran itu. Dan tak ada harapan bagi manusia untuk
keluar.
Manusia itu ingin menyerupai malaikat pada kelepasan. Maka
yang lebih menyerupainya dengan para malaikat, ialah: jauh. Yang terjauh tempat
dari tepi-tepi itu, ialah: tengah-tengah. Maka jadilah tengah-tengah itu yang dicari
pada semua hal yang berhadapan ini. Dan mengenai itulah yang disabdakan oleh
Nabi صلى الله عليه وسلم . :-
خير الأمور أوساطها(Khairul-umuuri ausaathuhaa).
Artinya: "Sebaik-baik pekerjaan, ialah: yang ditengah-tengah". (1). Dan kepadanyalah disyaratkan dengan firman Allah Ta'ala:-
وكلوا واشربوا ولا تسرفوا
(Wa kuluu wasy-rabuu wa laa tusrifuu).
Artinya: "Dan makanlah dan minumlah dan jangan melampaui
batas!". S. Al-A'raf, ayat 31.
Manakala manusia tiada merasa lapar dan kenyang, niscaya
mudahlah bagia ibadah dan berpikir. Ringanlah pada dirinya dan kuatlah beramal
dengan keringanan itu. Akan tetapi ini adalah sesudah kesederhanaan tabiat.
Adapun pada permulaan pekerjaan, apabila nafsu itu galak,
rindu kepada segala keinginan, cenderung kepada berlebih-lebihan, maka
kesederhanaan (i'tidal) tiada bermanfa'at. Tetapi tak boleh tidak dengan ber-
sangatan menyakitkan nafsu itu dengan kelaparan, sebagaimana menya- kitkan
hewan yang tidak terlatih, dengan kelaparan, pukulan dan lainnya. Sehingga ia
sederhana (lurus).
Apabila hewan itu telah-terlatih, lurus dan kembali kepada
kesederhanaan, nicaya ditinggalkan penyiksaan dan menyakitkannya. Dan karena
rahasia inilah, guru (syekh) itu menyuruh muridnya dengan apa yang tidak
(1). Dirawikan Al-Baihaqi, sebagai hadits mursal.
|
1143
|
dilakukannya pada dirinya sendiri. Ia menyuruh muridnya lapar
dan ia sendiri tidak lapar. Ia melarang muridnya buah-buahan dan keinginan-keinginan
dan ia sendiri kadang-kadang tidak melarang daripadanya. Karena ia telah
selesai mendidik dirinya, lalu tidak perlu lagi menyiksakannya.
Manakala kebanyakan keadaan nafsu itu rakus, mempunyai
keinginan, liar dan tak mau beribadah, niscaya yang lebih pantas bagi nafsu itu
lapar, yang merasakan dengan kepedihannya dalam banyak hai, supaya nafsu itu
hancur. Dan yang dimaksud, bahwa ia hancur, sehingga ia lurus. Maka
dikembalikan sesudah itu, pada makanan juga, kepada kelurusan (i'-tidal).
Sesungguhnya dilarang terus-menerus lapar pada orang-orang
yang menjalani jalan akhirat, apakah ia orang siddiq atau orang tertipu, yang
bodoh.
Adapun orang siddiq, karena ketegakan dirinya diatas jalan
yang lurus dan ketidak perluannya lagi, ia dihalau dengan cambuk kelaparan
kepada kebenaran.
Mengenai orang yang tertipu, maka lantaran persangkaannya
kepada dirinya, bahwa ia orang siddiq, yang tidak memerlukan lagi kepada mendidik
dirinya, yang menyangka dirinya orang baik. Dan ini adalah tipuan besar. Dan
itulah yang terbanyak.
Sesungguhnya diri (jiwa) amat sedikit memperoleh pendidikan
yang sempurna. Kebanyakannya tertipu, lalu memandang kepada orang siddiq dan
mentolerir (bersikap membolehkan) dirinya pada yang demikian, Maka bersikap
membolehkan dirinya seperti orang sakit yang memandang kepada orang yang telah
sembuh dari penyakitnya. Lalu memakan apa yang dimakan oleh orang yang sudah
sembuh itu. Dan menyangka dirinya sudah sehat. Maka binasalah dia.
Dan yang menunjukkan bahwa pengkadaran makanan dengan kadar
yang sedikit, pada waktu tertentu dan macam tertentu, tidaklah itu yang
dimaksudkan padanya. Sesungguhnya yang menjadi maksud, ialah: melawan nafsu
yang jauh dari kebenaran, yang tidak sampai kepada tingkat kesempurnaan.
Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم . tidak mempunyai
pengkadaran dan pengwaktuan bagi makanannya. 'A'isyah r.a. berkata:
"Adalah Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم .
berpuasa, sehingga kami mengatakan: ia tiada berbuka, Dan ia berbuka, sehingga
kami mengatakan: ia tiada berpuasa" (1). Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم . datang kepada isterinya, lalu bertanya:
"Adakah padamu sesuatu (untuk dimakan)?". Kalau dijawab: ada, maka
Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم . makan. Kalau
dijawab: tidak ada, lalu beliau berkata: "Kalau begitu, aku puasa".
(2).
(1). Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim.
|
(2). Diriwayatkan oleh Abu Daud, At-Tiimidzi dan
An-Nasa-i dari 'A'isyah.
|
1144
|
Adalah dibawa kepada beliau sesuatu, lalu beliau bersabda:
"Sesungguhnya aku tadinya bermaksud puasa". Kemudian beliau makan
makanan yang dibawa itu. (1).
Pada suatu hari, Rasulu'llah صلى
الله عليه وسلم . mau pergi keluar, seraya bersabda: "Aku berpuasa!".
Lalu 'A'isyah r.a. menjawab: "Orang telah menghadiahkan hats (tamar yang
sudah dikeluarkan bijinya, dihancurkan dan dira- mas dengan minyak samin)
kepada kita". Maka beliau menjawab: "Tadinya aku bermaksud puasa.
Tetapi bawalah kemari!". (2). Karena itulah diceriterakan dari Sahl, bahwa
orang bertanya kepadanya: "Bagaimana anda pada permulaan anda?". Lalu
ia menceritakan dengan bermacam-macam latihan.
Diantaranya, ia makan pada suatu waktu daun nabiq.
Diantaranya, ia makan buah tin yang ditumbuk pada masa tiga tahun. Kemudian, ia
me- nerangkan, bahwa dengan tiga dirham, ia makan untuk tiga tahun. Lalu orang
bertanya kepadanya: "Bagaimana engkau pada waktu sekarang ini?". Ia
menjawab: "Aku makan tanpa batasan dan pengwaktuan". Dan tidaklah
dimaksud dengan katanya: tanpa batas dan pengwaktuan, bahwa: aku makan banyak.
Tetapi, yang dimaksud, ialah: bahwa aku tidak kadarkan dengan suatu kadar
tertentu, apa yang akan aku makan. Dihadiahkan orang makanan yang baik-baik
kepada Ma'ruf Al-Karkhi. Lalu ia makan. Maka orang bertanya kepadanya:
"Saudara anda Bisyr tidak makan seperti ini". Lalu ia menjawab:
"Saudaraku Bisyr telah dipegang oleh sifat wara. Dan aku sendiri,
disenangi oleh ilmu- ma'rifah".
Kemudian, Ma'ruf menyambung: "Sesungguhnya aku adalah
tamu pada rumah tuan-hamba. Apabila aku diberi makan, niscaya aku makan.
Apabila aku dilaparkan, niscaya aku sabar. Tak ada padaku menentang dan
membeda-bedakan".
Ibrahim bin .Adham menyerahkan uang beberapa dirham kepada
sebaha- giaflF temannya, seraya berkata: "Belilah untuk kita dengan
dirham- dirham ini: zubdah (kepala dadih), mad'u dan roti hawari!". Lalu
ia ditanyakan: "Hai Aba Ishak! Dengan ini semuanya?". Ibrahim bin
Adham menjawab: "Kasihan engkau! Apabila kita dapat, niscaya kita'makan
sebagaimana makanan laki-laki. Apabila kita dalam keadaan tidak ada, niscaya
kita sabar, sebagaimana sabarnya laki-laki". Pada suatu hari, Ibrahim bin
Adham menyediakan banyak makanan dan mengundang sejumlah kecil teman-temannya.
Diantaranya: Al-Auza'i dan Ats-Tsauri. Lalu Ats-Tsauri berkata kepadanya:
"Hai Aba Ishak! Apakah anda tidak takut, bahwa ini
bertebih-lebihan?". Ibrahim bin Adham menjawab: "Tidak ada
berlebih-Iebihan pada mail). Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dari 'A'isyah. (2).
Diriwayatkan oleh Muslim dari 'A'isyah.
1145
|
kanan. Berlebih-lebihan itu hanya pada pakaian dan perabot
rumah-tang- ga".
Maka orang yang mengambil ilmu dengan mendengar dan menyalin
secara taqlid (mengikuti begitu saja), melihat yang demikian ini dari Ibrahim
bin Adham, Dan mendengar dari Malik bin Dinar, bahwa ia berkata: "Tidak
masuk garam kerumahku semenjak duapuluh tahun yang lalu". Dan dari Sirri
As-Saqathi, didapat kabar, bahwa ia semenjak empatpuluh tahun yang lalu, ingin
merendamkan daging yang sudah dipotong dalam dibs (air manis dari buah anggur atau tamar). Tetapi tidak
dilakukannya. Maka orang yang mengambil ilmu tadi, melihat ada pertentangan
(antara ulama-ulama tersebut). Lalu ia heran atau memutuskan, bahwa salah seorang
dari keduanya itu salah. Dan orang yang dapat melihat rahasia-ra- hasia
perkataan itu tahu, bahwa semua itu benar. Tetapi didasarkan kepada perbedaan
keadaan. Kemudian keadaan-keadaan yang berbeda ini, akan didengar oleh orang
cerdik yang hati-hati atau orang dungu yang tertipu dengan dirinya. Lalu orang
yang hati-hati itu berkata: "Tidaklah aku termasuk dalam kumpulan
orang-orang yang arif (arifin), sehingga aku bertoleransi akan diriku
(nafsuku). Tidaklah diriku (nafsuku) itu, lebih ta'at dari diri (nafsu) Sirri
As-Saqathi dan Malik bin Dinar. Dan mereka ini, termasuk sebagian dari
orang-orang yang mencegah nafsunya dari segala keinginan hawa nafsu. Lalu ia
mengikuti mereka itu. Orang yang tertipu dengan dirinya berkata: "Tiadalah
nafsuku lebih dur- haka daripada nafsu Ma'ruf Al-Karkhi dan Ibrahim bin Adham,
lalu aku ikuti mereka. Dan aku buang pengkadaran pada makananku. Maka aku tamu
pula pada rumah tuan-hambaku (penghuluku). Lalu bagaimana aku
mengelaknya?".
Kemudian, kalau seseorang menyingkatkan mengenai hak dan
kemulia- annya atau mengenai harta dan kemegahannya dengan suatu jalan saja,
niscaya datanglah kiamat kepadanya. Dan ia sibuk dengan pengelakan. Dan ini
adalah jalan yang lapang bagi setan bersama orang-orang dungu. Bahkan membuang
pengkadaran pada makanan dan puasa dan memakan segala yang diingini itu, tiada
akan selamat, kecuali bagi orang yang melihat dari lobang ke^wali-an dan
ke-nabi-an. Lalu ada tanda diantara dia dan Allah pada pelepasan dan
penggenggamannya. Dan yang demikian itu tidak akan ada, kecuali sesudah keluar
diri daripada mengikuti ha\ya- nafsu dan adat kebiasaan secara keseluruhan.
Sehingga adalah makannya itu, apabila ia makan diatas niat, sebagaimana
imsaknya (menahan diri tidak makan) itu, dengan niat. Maka ia adalah beramal
karena Allah pada makannya dan berbukanya.
Maka selayaknyalah dipelajari tentang berhati-hatinya Umar
r.a. Adalah U- mar r.a. melihat Rasulu'llah صلى الله
عليه وسلم . menyukai madu dan memakannya
(I). Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari 'A'isyah.
|
1146
|
Lalu Umar r.a. tidak meng-kias-kan (membandingkan) dirinya
kepada Nabi صلى الله عليه وسلم . Bahkan ketika dibawa
kepada Umar r.a. minuman dingin bercampur dengan madu, ia memutar-mutarkan
gelas itu ditangannya, seraya berkata: "Aku minum dia dan hilanglah
kemanisannya dan tinggal- lah ikutannya. Nyahkanlah daripadaku perhitungannya
dan ketinggalan- nya!".
Rahasia-rahasia ini tiada boleh bagi seorang guru
membukakannya kepada muridnya. Tetapi ia pendekkan saja kepada memujikan
lapar. Dan tidak diajaknya kepa,da i'tidal (sedang atau tengah-tengah). Karena
- tidak mustahil - bahwa murid itu akan memendekkan dari apa yang diajakkan dia
kepadanya. Maka selayaknyalah, bahwa ia diajak kepada kesudahan lapar, sehingga
memudahkan baginya i'tidal. Dan tidak disebutkan kepada murid itu, bahwa orang
arif yang sempurna, tidak memerlukan kepada latihan. Maka sesungguhnya, setan
itu memperoleh tempat bergantung dari hatinya. Lalu setan itu, membisikkan
kepadanya setiap saat: "Bahwa engkau itu orang arif yang sempurna. Dan apa
yang menghilangkan ma'rifah dan kesempurnaan daripada engkau?". Bahkan
diantara kebiasaan Ibrahim Al-Khawwash itu, ia masuk bersama muridnya dalam
setiap latihan (riadlah) yang disuruhnya. Supaya tidak terguris dihati murid
itu, bahwa guru tidak menyuruhnya dengan apa yang tiada diperbuatnya. Lalu yang
demikian melarikan murid itu dari latihan.
Orang kuat, apabila sibuk dengan latihan dan memperbaki orang
Iain, niscaya harus turun kebatas orang-orang lemah, untuk menyerupai dengan
mereka dan berlemah-lembutan dalam membawa mereka kepada kebahagiaan.
Dan ini percobaan besar bagi nabi-nabi dan wali-wali! Apabila
batas i'tidal itu tersembunyi pada semua orang, maka selayaknyalah tidak
ditinggalkan kehati-hatian dan penjagaan dalam semua hal. Karena itulah, Umar
r.a. mendidik-puteranya Abdullah, tatkala ia masuk ketem- patnya, lalu
didapatinya puteranya sedang memakan daging yang dima- sak dengan minyak samin.
Maka dipukulnya dengan cambuk, seraya berkata: "Kamu tak punya ibu!
Makanlah sehari roti dan daging, sehari roti dan susu, sehari roti dan minyak
samin, sehari roti dan minyak zait, sehari roti dan garam dan sehari roti
saja!".
Inilah yang dinamakan i'tidal! Adapun terus-menerus daging dan
keingin- an-keinginan lainnya, maka itu keterlaluan dan berlebih-lebihan. Dan
meninggalkan daging secara keseluruhan itu kikir. Dan ini (yang tersebut tadi
diatas) adalah sedang diantara yang demikian. Allah Ta'ala maha-tahu!
1147
|
PENJELASAN:
bahaya ria yang berjalan kepada orang yang meninggalkan memakan segala yang
diingini dan menyedikitkan makanan.
Ketahuilah, bahwa akan masuk kepada orang yang meninggalkan
segala keinginan, dua bahaya besar. Kedua bahaya tersebut itu lebih besar daripada
memakan segala keinginan itu:
Pertama: bahwa tidak sanggup nafsu meninggalkan setengah dari
segala keinginan, Ialu mengingininya, Akan tetapi tidak bermaksud diketahui
orang, bahwa ia mengingininya. Maka disembunyikan keinginan itu. Dan ia memakan
pada tempat tersembunyi, apa yang tidak dimakannya serta orang banyak.
Inilah yang dinamai: syirik tersembunyi!
Ditanyakan kepada setengah ulama tentang sebahagian
orang-orang zahid (orang yang bersifat zuhud, meninggalkan duniawi, melakukan
segala amal akhirat). Lalu ulama itu diam.
Maka ditanyakan lagi kepadanya: "Adakah anda mengetahui
apa-apa padanya?"
Ulama tadi menjawab: "la makan pada tempat tersembunyi,
apa yang ti- ,dak dimakannya serta orang banyak".
Inilah bahaya besar! Tetapi menjadi hak seorang hamba,
apabila ia mendapat percobaan dengan segala keinginan hawa-nafsu dan
menyukainya, bahwa ia melahirkannya. Karena ini adalah keadaan yang benar. Dan
itu menunjukkan daripada hilangnya mujahadah dengan segala amal-perbu- atan.
Sesungguhnya menyembunyikan kekurangan dan melahirkan
lawannya, yaitu: kesempurnaan, adalah dua kekurangan yang berganda. Kedustaan
serta menyembunyikan itu, dua kedustaan. Maka adalah ia berhak bagi dua cacian.
Dan ia tidak akan diridlai daripadanya, kecuali dengan dua tobat yang benar.
Karena itulah urusan orang munafik itu, diperkeras. Allah Ta'ala berfirman:-
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا
(Innal-munaafiqiina fid-darkil-asfali minan - naari
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang munafik itu
ditempatkan pada ting- katan yang paling bawah dalam neraka". - S.
An-Nisa', ayat 145. Karena orang kafir itu, ia telah kafir dan melahirkannya.
Dan ini (orang munafik), ia kafir dan menutupkannya. Maka ditutupkannya kekafiran-
nya itu, kekafiran lain lagi. Karena ia memandang ringan pandangan Allah
Subhanahu wa Ta'ala kepada hatinya. Dan membesarkan pandangan makhluk. Lalu ia
menghapuskan kekafiran dari zahiriahnya.
1148
|
Dan orang-orang arif itu, dicoba dengan nafsu-nafsu keinginan,
bahkan dengan berbagai macam maksiat. Dan mereka tidak dicoba dengan ria,
tipuan dan penyembunyian. Tetapi orang yang sempurna arif itu, meninggalkan
semua nafsu-keinginan, karena Allah Ta'ala. Dan melahirkan dari dirinya
keinginan itu, karena menjatuhkan martabatnya (kedudukannya) dari hati makhluk.
Sebahagian mereka membeli keinginan-keinginan itu dan
menggantung- kannya dirumah, sedang ia termasuk orang zahid pada
keinginan-keinginan tersebut. Maksudnya dengan yang demikian, ialah untuk
meragukan orang dengan keadaannya. Supaya terpaling hati orang-orang lalai daripada
dirinya. Sehingga orang-orang itu tidak mengganggu keadaannya. Maka penghabisan
zuhud, ialah: zuhud dalam zuhud dengan melahirkan lawannya. Dan inilah amalan
orang-orang siddiq. Ia mengumpulkan diantara'dua sidq (kebenaran). Sebagaimana
orang yang pertama itu, mengumpulkan diantara dua kedustaan. Dan ini telah
membebankan kepada diri, dua beban berat. Dan menegukkan kepada diri, gelas
kesabaran dua kali. Sekali dengan meminumnya dan sekali dengan. melem-
parkannya. Maka tidak ragu lagi, mereka diberi pahala dua kali dengan
kesabarannya.
Ini menyerupai jalan orang yang diberikan kepadanya sesuatu
secara terang-terangan, lalu diambilnya. Dan dikembalikannya pemberian itu dengan
jalan rahasia, untuk menghancurkan jiwanya dengan kehinaan secara
terang-terangan dan dengan kemiskinan secara rahasia. Maka siapa yang hilang
jalan ini, maka tiada selayaknyalah ia dihilangkan oleh lahirnya nafsu
keinginannya, kekurangannya dan kebenaran padanya. Dan tiada selayaknyalah ia
tertipu oleh perkataan setan: "Bahwa anda apabila anda lahirkan, niscaya
anda diikuti oleh orang lain. Maka tutupi- lah demi perbaikan bagi orang
lain!". Karena kalau dimaksud perbaikan orarig lain, maka perbaikan diri
sendiri adalah lebih penting dari orang lain.
Sesungguhnya ini yang dimaksudkan adalah ria semata-mata. Dan
dilakukan oleh setan kepadanya dalam semboyan perbaikan orang lain. Maka karena
itulah, berat lahirnya yang demikian daripadanya, walau ia tahu bahwa orang
yang melihatnya, tidak akan mengikutinya pada perbuatan tersebut. Atau tidak ia
tercegah, disebabkan keyakinannya, bahwa ia meninggalkan segala
nafsu-keinginan.
Bahaya Kedua: bahwa ia sanggup meninggalkan segala nafsu
keinginan. Akan tetapi, ia merasa gembira, bahwa ia dikenal dengan demikian.
Lalu menjadi masyhur dengan kesanggupannya, menjaga diri dari segala
nafsu-keinginan. Maka ia telah menentang nafsu-syahwat yang lemah, yaitu: nafsu
keinginan makan. Dan ia mematuhi suatu nafsu-keinginan yang lebih jahat, yaitu:
nafsu-keinginan kemegahan. Dan itu adalah nafsu-keinginan yang tersembunyi.
1149
|
Manakala ia merasakan demikian dari dirinya, maka
menghancurkan naf- su-keinginan ini lebih penting daripada menghancurkan nafsu-keinginan
makanan. Maka hendaklah ia makan! Dan itu adalah lebih utama bagi- nya.
Abu Sulaiman berkata: "Apabila datang kepada engkau
suatu keinginan, dan engkau sudah meninggalkan keinginan tersebut, maka
penuhilah ba- rang sedikit dari padanya. Dan janganlah engkau berikan dirimu
menjadi mangsanya. Dengan demikian, engkau sudah menjatuhkan nafsu-keingin- an
dari diri engkau. Dan sudah engkau sempitkan nafsu itu, karena tiada engkau
berikan keinginannya".
Ja'far bin Muhammad Ash-Shadiq berkata: "Apabila datang
kepadaku suatu keinginan, Ialu aku memandang kepada diriku. Kalau ia melahir-
kan keinginannya, niscaya aku berikan makanannya. Dan yang demikian adalah
lebih utama daripada mencegahnya. Dan kalau nafsuku itu menyembunyikan
keinginannya dan melahirkan keinginan membujang, niscaya aku siksakan dia,
dengan meninggalkan nafsu keinginan itu. Dan tiada aku berikan sedikitpun
daripadanya".
Inilah jalan penyiksaan diri (nafsu) diatas keinginan yang tersembunyi
itu!.
Kesimpulan, siapa yang meninggalkan nafsu-keinginan makan dan
ia jatuh dalam nafsu-keinginan ria, adalah seperti orang yang lari dari kala-
jengking dan dikejuti kepada ular. Karena nafsu-keinginan ria itu, lebih banyak
melaratnya daripada nafsu-keinginan makan. Allah yang mencurahkan taufiq!
1150
|
PEMBICARAAN:
tentang nafsu-keinginan kemaluan.
Ketahuilah, bahwa nafsu-keinginan bersetubuh itu, telah
menguasai manusia untuk dua faedah -
Pertama: bahwa ia memperoleh ke-lazat-annya. Lalu ia memperbanding-
kan dengan kelazatan tersebut, akan kelazatan akhirat. Sesungguhnya kelazatan
bersetubuh itu jikalau terus-menerus, niscaya adalah yang terkuat kelazatan
tubuh, sebagaimana api dan kepedihannya, adalah yang terbe- sar kepedihan
tubuh.
Penggemaran dan penakutan itu, membawa manusia kepada
kebahagia- annya. Tiadalah yang demikian itu, kecuali dengan kepedihan dan
kelazatan yang dirasakan dan yang dapat diketahui, Apa yang tidak diketahui
dengan rasa, maka tidaklah besar kerinduan kepadanya. Faedah Kedua: kekalnya
keturunan dan terus-menerusnya ada manusia. Inilah faedahnya! Akan tetapi,
padanya bahaya-bahaya yang membinasakan agama dan dunia, jikalau tidak
dikendalikan dan tidakdikuasai. Dan tidak dikembalikan kepada batas; i'tidal.
Ada orang yang mengatakan tentang penta'wilan firman Allah Ta'ala:-
(Rabbanaa wa laa tuhammilnaa maa laa thaaqata lanaa bih).
Artinya: "Wahai Tuhan kami! Janganlah engkau pikulkan kepada kami apa yang
tidak bisa kami pikul!".-S.Al-Baqarah, ayat 286. Maksudnya: sangat berahi
kepada wanita. Dan dari Ibnu Abbas:"Tentang firman Allah Ta'ala:-
(Wa min syarri ghaasiqin idzaa waqab).
Artinya: "Dan dari bahaya kegelapan (malam) ketika ia
telah datang". S. Al-Falaq, ayat 3.
Ibnu Abbas berkata: yaitu bangunhya dzakar (kemaluan
laki-laki) (1). Dan setengah dari perawi hadits, menyandarkan perkataan tadi
kepada Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم .
Kecuali perawi tersebut, mengatakan tentang penafsir- annya: "Dzakar itu
apabila telah masuk. Dan dikatakan, apabila dzakar laki-laki itu bangun,
niscaya hilanglah duapertiga akalnya". Adalah Nabi صلى الله عليه وسلم . mengucapkan dalam do'anya:-
اللهم إني أعوذ بك من شر سمعي وبصري وقلبي وهني ومني
(1). Kata Al-Iraqi, hadits ini tak ada asalnya.
|
1151
|
(A'uudzu bika min syarri sam'ii wa basharii wa qalbii wa
haniyyi wa ma- niyyi).
Artinya: "Aku berlindung dengan engkau dari kejahatan
pendengaranku, penglihatanku, hatiku, kesenanganku dan air maniku". Nabi صلى الله عليه وسلم . bersabda:
"Wanita itu jaringan setan". (1). Jikalau tidaklah nafsu-syahwat ini,
niscaya wanita tidak mempunyai kekuasaan atas laki-laki.
Diriwayatkan, bahwa Musa a.s. duduk pada
sebahagian majelisnya. Tiba- tiba datang Iblis menghadap kep&danya. Iblis
itu memakai burnus (kopi- ah yang bersambung dengan baju), yang berwarna dengan
berbagai macam warna. Tatkala Iblis itu sudah dekat dengan Musa a.s., lalu
dibukanya burnus dan diletakkannya. Kemudian, ia mendatangi Musa a.s., seraja
memberi salam: "Assalaamu'alaikayaa Muusa". Artinya: "Salam
sejahtera kepada engkau, hai Musa".
Lalu Nabi Musa a.s. menjawab: "Siapa engkau?".
Iblis itu menjawab: "Aku Iblis".
Lalu Nabi Musa a.s. berkata: "Tiada diberi penghormatan
kepada engkau oleh Allah. Apakah yang membawa engkau datang kemari?".
Iblis itu menjawab: "Aku datang untuk mengucapkan selamat kepada engkau,
karena kedudukan engkau dan tempat engkau daripada Allah". Lalu Nabi Musa
a.s. bertanya: "Apakah yang aku lihat dikepala engkau?".
Iblis menjawab: "Burnus, untuk aku rebut dengan burnus
ini, hati anak Adam".
Maka Musa a.s. bertanya: "Apabila manusia itu berbuat
sesuatu, maka bagaimanakah engkau memperoleh kemenangan diatas manusia
itu?". Iblis menjawab: "Apabila manusia itu mengherani dirinya
sendiri (takjub kepada dirinya), merasa banyak amalnya dan lupa akan dosanya.
Aku peringatkan engkau (hai Musa) tiga perkara;-
(1). Jangan engkau pada tempat sepi (berdua-dua)
dengan wanita yang tiada halal bagi engkau. Karena apabila seorang laki-laki
berdua-duaan dengan seorang wanita yang tiada halal baginya, maka akulah
temannya, tanpa te- man-temanku. Lalu aku goda laki-laki itu dengan wanita
tersebut dan wanita tersebut dengan laki-laki itu.
(2). Jangan engkau berjanji dengan noma Allah
sesuatu janji, kecuali engkau tepati janji itu.
(3). Tidak engkau mengeluarkan sedekah, kecuali
engkau laksanakan terus dengan perbuatan. Sesungguhnya tiadalah seseorang yang
mau mengeluarkan sedekah, lalu tidak dilaksanakannya, maka aku menjadi
temannya, tanpa teman-temanku. Aku halangi dia daripada menepati sedekahnya
itu".
(1). Dirawikan Al-Ashfahani dari Khalid bin Zaid Al-Yahni,
dengan isnad yang tidak diketahui padanya.
|
1152
|
Kemudian Iblis itu pergi, seraya mengeluh: "Aduh! Telah
diketahui oleh Musa, apa yang menakutkan anak Adam".
Dari Sa'id bin AI-Musayyab, dimana ia mengatakan:
"Apabila Allah Ta'ala mengutus seseorang nabi pada musa yang lalu, maka
Iblis tiada berpu- tus asa untuk membinakan nabi itu dengan wanita. Tiada suatu
pun yang lebih aku takuti, selain kaum wanita. Dan tiada sebuah rumahpun di
Madinah, yang aku masuki, selain rumahku dan rumah puteriku. Aku mandi dirumah
itu pada hari Jum'at, kemudian aku pergi". Setengah mereka berkata:
"Bahwa setan itu berkata kepada wanita: "Engkau setengah tentaraku. Engkau
mata-panahku yang aku lempar- kan, maka aku tidak salah. Engkaulah tempat
rahasiaku. Engkaulah utusanku pada keperluanku!".
Maka setengah tentaranya itu nafsu-syahwat dan setengahnya
lagi sifat marah. Nafsu-syahwat yang terbesar, ialah nafsu-syahwat kepada
wanita. Dan nafsu-syahwat ini mempunyai pula: keterlaluan, sangat berkurang dan
sedang. Keterlaluan itu memaksakan akal, sehingga mengalihkan ci- ta-cita
laki-laki kepada bersenang-senang dengan kaum wanita dan bu- dak-budak
perempuan. Lalu ia tidak memperoleh jalan untuk menempuh jalan akhirat. Atau ia
memaksakan agama, sehingga ia terhela kepada mengerjakan perbuatan keji.
Kadang-kadang keterlaluan nafsu-syahwat itu pada suatu golongan, berkesudahan
kepada dua hal yang sangat bu- ruk:-
Pertama: bahwa mereka memakan yang menguatkan
nafsu-syahwatnya untuk dapat banyak bersetubuh, sebagaimana setengah manusia
memakan obat-obat, yang menguatkan perut, supaya besar nafsu makan. Contoh
yang demikian, adalah seperti orang yang dicoba dengan bina- tang buas dan ular
berbisa. Lalu binatang dan ular itu tidur pada sebagian waktu. Maka orang itu
berusaha untuk membangunkan dan mengge- rak^gerakkannya. Kemudian ia bekerja
memperbaiki dan mengobatinya. Sesungguhnya nafsu-keinginan makan dan bersetubuh
pada hakikatnya itu, penderitaan yang dikehendaki oleh manusia, melepaskan diri
daripadanya. Lalu ia memperoleh kelazatan disebabkan kelepasan itu. Jikalau
anda berkata, bahwa diriwayatkan pada hadits ghar.ib (hadits yang sangat asing
dan lemah), bahwa Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم .
bersabda: "Aku mengadu kepada Jibril akan kelemahan bersetubuh, lalu
Jibril menyuruh aku memakan harisah (bubur masak daging)". (1). Maka
ketahuilah, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم .
mempunyai sembilan isteri. Dan harus memelihara mereka dengan hak batin. Dan
haram orang lain meni- kahi isteri-isteri Nabi صلى
الله عليه وسلم ., walaupun sudah diceraikannya. Maka per- mintaan Nabi صلى الله عليه وسلم . akan ketakutan itu,
adalah karena sebab tersebut, tidak karena untuk mencari kesenangan.
(1). Al-Iraqi mengatakan, bahwa ini hadits palsu (maudlu')
|
1153
|
Hal Kedua: bahwa kadang-kadang nafsu-syahwat itu dengan sebab
setengah kesesatan, berkesudahan kepada asyik-wal-maksyuk (penuh kerinduan).
Dan itu adalah sangat bodoh, dengan maksudnya bersetu- buh. Dan itu melampaui
pada kebinatangan bagi batas binatang-bina- tang. Karena orang yang
asyik-wal-maksyuk itu, tidak merasa puas dengan menumpahkan nafsu-syahwat
persetubuhan. Dan itu adalah nafsu- syahwat yang paling keji. Dan yang paling
wajar, bahwa ia merasa malu daripadanya, Sehingga aku berkeyakinan, bahwa
nafsu-syahwat itu tidak terselesaikan, kecuali dari satu tempat. Dan binatang
itu, melaksanakan nafsu-syahwatnya, dimana kebetulan terdapat saja. Lalu ia
merasa cukup dengan demikian. Sedang ini tidak merasa cukup, kecuali dengan
satu orang tertentu. Sehingga dengan demikian, ia bertambah hina di atas
kehinaan dan perbudakan di atas perbudakan. Dan sampai ia mengguna- kan
akal-pikiran untuk memenuhi nafsu-syahwat. Pada hai ia dijadikan supaya menjadi
prang yang ta'at, tidak untuk menjadi pelayan hawa-nafsu dan berdaya-upaya
karena hawa-nafsu. Dan asyik-wal-maksyuk itu adalah meluasnya kesangatan
nafsu-syahwat. Dan itu adalah penyakit hati kosong, yang tidak bercita-cita.
Sesungguhnya haruslah dijaga dari permulaannya, dengan
meninggalkan berulang-ulang kembali melihat dan berpikir tentang itu. Jikalau
tidak, maka apabila telah kokoh, niscaya sulitlah menolaknya. Maka begitu pula
kerinduan kepada harta, kemegahan, tanah ladang dan anak, sampai kepada kesukaan
bermain dengan burung, gitar dan catur. Semua hal-ihwal tersebut itu,
kadang-kadang sampai menguasai segolong- an manusia, yang dapat mengeruhkan
agama dan dunianya. Dan tidak dapat lagi sekali-kali, mereka menahan diri
daripadanya. Orang yang menghancurkan tanda-tanda asyik-wal-maksyuk pada
permulaan kebang- kitannya, adalah seperti orang yang menarik tali kekang
binatang kenderaan, ketika binatang itu menuju ke pintu untuk dimasukinya.
Alangkah mudah melarang hewan tersebut dengan menarik tali kekangnya! Orang
yang mengobati tanda-tanda itu sesudah kokoh kuat, adalah, seperti orang yang
membiarkan binatang tadi, sampai ia masuk dan melewati pintu. Kemudian baru
dipegang ekornya dan ditariknya kebelakang. Alangkah besarnya
berlebih-kurangnya diantara kedua keadaan itu, tentang mudah dan sulitnya!
Maka hendaklah berhati-hati pada permulaan segala pekerjaan! Adapun pada
penghabisan segala pekerjaan, maka tidak akan menerima pengobatan, kecuali
dengan kesungguhan yang sungguh-sungguh, yang mendekati membawa kepada
tercabutnya nyawa. Sesungguhnya berlebih-lebihan nafsu-syahwat itu, dapat
mengalahkan akal-pikiran sampai kepada batas tersebut. Dan itu sangat tercela.
Dan sangat berkurangnya nafsu-syahwat dengan kehilangan tenaga (impoten) atau
dengan kelemahan daripada memberi kesenangan kepada isteri, itu pun tercela.
Dan yang terpuji, ialah nafsu-syahwat itu sedang, mematuhi
1154
|
akal-pikiran dan agama tentang kuncup dan berkembangnya.
Manakala nafsu-syahwat itu berlebih-lebihan, maka hancurkanlah dengan lapar dan
kawin! Nabi صلى الله عليه وسلم . bersabda: "Hai
para pemuda! Kawinlah! Siapa yang tidak sanggup, maka haruslah berpuasa. Puasa
itu, dapat memutuskan- nya". (1).
PENJELASAN:
apa yang harus atas murid, tentang meninggalkan perkawinan dan melaksdnakan
perkawinan.
Ketahuilah, bahwa pada permulaan pekerjaannya, selayaknyalah
murid itu tidak menyibukkan dirinya dengan perkawinan. Perkawinan itu
menyibukkan orang yang sibuk, yang mencegahnya daripada suluk (menempuh jalan
ibadah). Dan menariknya kepada berjinak-jinakan dengan isteri. Siapa yang
berjinak-jinakan dengan selain Allah Ta'ala, niscaya ia menjadi sibuk, jauh
dari Allah. Dan janganlah ia tertipu dengan banyaknya kawin Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم . Karena semua yang
dalam dunia itu, tiada mengganggu hati Rasulu'llah صلى
الله عليه وسلم . untuk mengingati Allah Ta'ala. Maka tidaklah dibandingkan para
malaikat dengan tukang-tukang besi. Karena itulah Abu Sulaiman Ad-Darani
berkata: "Siapa yang kawin, maka sesungguhnya ia telah cenderung kepada
dunia". Seterusnya Ad-Darani berkata: "Tiada pernah aku melihat
seorang murid yang kawin, lalu ia tetap dalam keadaannya yang pertama".
Pada suatu kali, orang berkata kepadanya: "Alangkah
perlunya anda kepada seorang wanita, yang dapat anda berjinak-jinakan hati
dengan dia!".
Lalu Ad-Darani menjawab: "Tidak dapat aku
berjinak-jinakan hati dengan Allah bersama wanita". Maksudnya: "Berjinak-jinakan
hati dengan wanita akan mencegah berjinak-jinakan hati dengan Allah
Ta'ala". A^Darani berkata pula: "Setiap yang mengganggu engkau
daripada mengingati Allah, baik keluarga, harta dan anak, maka itu tercela
kepadamu".
Maka bagaimanakah dibandingkan yang lain dari Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم . dengan -Rasulu'llah
صلى الله عليه وسلم .? Adalah tenggelamnya
dalam mencintai Allah Ta'ala itu, dimana ia memperoleh keterbakarannya padanya
kepada batas, yang ditakuti pada sebagian keadaan, bahwa menjalar yang
demikian' kepada tubuhnya. Lalu merobohkan tubuh itu. Maka karena itulah, pada
sesuatu ketika,* Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم .
meletakkan tangannya atas paha 'A'isyah, seraya berkata: "Berkatalah
kepadaku, wahai 'A'syah!". Supaya 'Aisyah menyibukkan Nabi صلى الله عليه وسلم . dengan perkataannya,
daripada mengingati pekerjaan besar yang dihadapinya. Karena kurang kemampuan
tubuhnya daripadanya (2).
(1). (2).
|
Mengenai hadits ini telah diperkatakan dahulu pada
"Kitab Nikah". Menurut Al-Iraqi, hadits ini tidak pernah
dijumpainya.
|
1155
|
Adalah sifat pribadi Rasulu'llah صلى
الله عليه وسلم . itu, ber jinak-jinakan hati dengan Allah 'Azza wa Jalla. Dan
adalah kejinakan hatinya dengan makhluk itu, keadaan mendatang, karena kasihan
kepada tubuhnya. Kemudian, Rasulu'llah s.a .w. itu, tidak sanggup bersabar
lama bersama orang banyak, apabila beliau duduk-duduk dengan mereka. Apabila
telah sempit dadanya, lalu beliau berkata: "Senangkanlah kami, dengan
shalat, wahai Bilal!". Sehingga beliau kembali, kepada yang menjadi cahaya
matanya (1).
Orang yang lemah, apabila memperhatikan hal-ihwal Rasulu'llah
صلى الله عليه وسلم . dalam keadaan yang
seperti ini, maka ia tertipu. Karena pemahamannya itu singkat, daripada dapat
mengetahui segala rahasia perbuatan Rasulu'llah صلى
الله عليه وسلم .
Maka menjadi syarat bagi seorang murid pada permulaannya,
meninggalkan kawin, sehingga ia kuat dalam mengenali Allah (ma'rifah). Hal ini
apabila nafsu-syahwatnya tidak mengeras. Jikalau nafsu-syahwat mengerasinya,
maka hendaklah dihancurkannya dengan lapar panjang dan puasa terus-menerus!
Kalau nafsu-syahwat itu tidak terbendung dengan demikian dan ia tidak mampu -
umpamanya - menjaga mata, walaupun ia mampu menjaga kemaluan, maka lebih utama
ia kawin, supaya tenteram nafsu-syahwat. Kalau tidak demikian, maka manakala ia
tidak menjaga matanya, niscaya tidaklah terjaga pikirannya dan bercerai-berai-
lah cita-citanya. Kadang-kadang ia terperosok dalam bencana, yang tidak sanggup
dipikulnya. Dan zina mata itu termasuk sebahagian dari dosa kecil yang besar.
Dan membawa kepada mendekati dosa besar yang keji, Yaitu: zina kemaluan.
Orang yang tidak mampu raemicingkan matanya, niscaya tidak
mampu menjaga kemaluannya. Nabi Isa a.s. bersabda: "Jagalah daripada memandang!
Karena pandangan itu menanamkan nafsu-syahwat dalam hati dan cukuplah dengan
itu menjadi fitnah".
Sa'id bin Jubair berkata: "Sesungguhnya datanglah fitnah
kepada Nabi Daud a.s. dari karena memandang. Karena itulah, ia bersabda kepada
puteranya (Sulaiman) a.s.: "Hai anakku! Berjalanlah dibelakang singa dan
singa-singa! Janganlah engkau berjalan dibelakang wanita!". Orang bertanya
kepada Nabi Yahya a.s.: "Apakah permulaan zina?" Nabi Yahya a.s.
menjawab: "Melihat dan berangan-angan". Al-Fudlail berkata:
"Kata Iblis itu adalah busur lamaku dan anak-panah- ku yang tidak akan aku
salah". Maksudnya: memandang. Rasulu'llah صلى
الله عليه وسلم . bersabda: "Memandang (wanita) itu adalah panah be- racun
dari panah Iblis. Siapa yang meninggalkannya karena takut kepada Allah Ta'ala,
niscaya ia dianugerahi oleh Allah Ta'ala -iman, yang dida- patinya kemanisannya
didalam hati".
(1). Yang menjadi cahaya mata dan kecintaan Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم ., ialah: shalat.
|
1156
|
Nabi صلى الله عليه وسلم .
bersabda;-
(Maa taraktu ba'dii fitnatan adlaraa 'ala'rrijaali
mina'nnisaa-i). Artinya: "Tiada aku tinggalkan suatu fitnah pun sesudahku
yang lebih mendatangkan kemelaratan kepada laki-laki, selain: wanita".
(1). Nabi صلى الله عليه وسلم . bersabda:- .
(Ittaquu fitnata'ddun-ya wa fitnata 'nnisaa-i. Fa inna awwala
fitnati banii Is-raaila kaanat min qibali'nnisaa-i).
Artinya: "Jagalah dari fitnah dunia dan fitnah wanita!
Fitnah pertama bagi kaum Bani Israil, adalah dari pihak kaum wanita". (2).
Allah Ta'ala berfirman
(Qui lil-mu-miniina-yaghudl-dluu min-ab-shaarihim wa
yah-fadhuu furuu- jahum, dzaa-lika azkaa lahum).
Artinya: "Katakan kepada laki-laki yang :beriman
itu, supaya mereka menahan penglihatan dan menjaga kehormatannya. Yang demikian
lebih suci bagi mereka". S. An-Nur, ayat 30.
Nabi صلى الله عليه وسلم .
bersabda: "Tiap-tiap anak Adam (manusia) itu, mempunyai bahagian dari
zina. Dua matanya berzina. Dan zina dua mata itu, ialah: mematftlang. Dua
tangannya berzina. Dan zinanya itu memegang. Dua kakinya berzina. Dan zinanya
itu berjalan. Mulutnya itu berzina dan zinanya itu: mencium. Dan hati itu
bercita-cita atau berangan-angan. Dan dibenarkan yang demikian oleh kemaluan
atau didustakannya". (3). Ummu Salmah berkata: "Ibnu Ummi Maktum yang
buta itu meminta izin masuk kepada Rasulu'llah صلى
الله عليه وسلم ., sedang aku dan Maimunah duduk disitu. Lalu Nabi صلى الله عليه وسلم . bersabda:
"Masuklah dalam tabir (hijab)!". Lalu kami menjawab: "Bukankah
ia buta, tidak dapat melihat kami?". Lalu Nabi s.a
.w. menjawab:
"Engkau berdua tidak melihatnya?" (4). Hadits ini menunjukkan, bahwa
tidak boleh bagi wanita duduk-duduk bersama orang buta, sebagaimana berlaku
adat-kebiasaan pada waktu- waktu musibah dan pestaan. Maka haram orang buta
bersunyi-sunyi (du-
(1). Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan
Muslim dari Usamah bin Zaid.
|
(2). Dirawikan Muslim dari Abi Sa'id AI-Khudri.
|
(3). Dirawikan Muslim dari Abi Hurairah.
|
(4). Dirawikan Abu Daud dan Iain-lain, hadits baik
dan shahih.
|
1157
|
duk dua-duaan) dengan kaum wanita. Dan haram wanita
duduk-duduk dengan orang buta dan menunjukkan pandangan kepada orang buta, tanpa
ada keperluan.
Dipetbolehkan kepada wanita berbicara dengan laki-laki dan
memandang kepada mereka, karena ada keperluan.
Jikalau sanggup menjaga mata dari wanita dan tidak sanggup
menjaga- nya dari anak-anak muda-belia, maka dalam hai ini, kawin lebih utama.
Karena kejahatan pada anak-anak muda belia itu lebih banyak. Sesungguhnya
kalau hati cenderung kepada seorang wanita, niscaya mungkin sampai kepada
pembolehannya dengan kawin. Dan memandang kepada anak muda-belia dengan
nafsu-syahwat itu haram. Bahkan, setiap orang yang membekas dihatinya,
kecantikan rupa anak muda-belia, dimana ia memperoleh perbedaan diantara anak
muda-belia dan orang yang berjanggut, maka tidak halal ia memandang kepada anak
muda-belia itu. Jikalau anda berkata, bahwa setiap yang mempunyai perasaan,
sudah pasti mengetahui perbedaan antara cantik dan jelek dan muka anak-anak
muda-belia itu selalu terbuka. Maka aku menjawab, bahwa tidaklah aku maksudkan
perbedaan mata saja. Akan tetapi selayaknyalah terdapatnya perbedaan itu,
seperti terdapatnya perbedaan antara pohon yang hijau dan yang lain kering,
antara air yang bersih dan air yang keruh. Antara pohon yang berbunga dan
berbunga-bungaan putih dan pohon yang telah berguguran daun-daunannya. Maka
sesungguhnya, ia cenderung kepada salah satu dari yang dua itu, dengan matanya
dan tabiatnya. Tetapi kecenderungan yang kosong dari nafsu-syahwat. Dan karena
itu, ia tidak bernafsu keinginan, menyentuh bunga-bungaan, bunga-bungaan putih
dan menciumiriya. Dan tidak menciumi air yang putih bersih. Begitu pula wanita
tua yang cantik, kadang-kadang cenderung mata kepadanya dan diketahui perbedaan
antara wanita tua itu dan wajah lain yang jelek. Akan tetapi, perbedaan yang
tak ada nafsu-syahwat padanya. Yang demikian itu dapat diketahui, dengan
kecenderungan hati untuk mendekati dan menyentuhinya. Manakala kecenderungan
itu telah terda- pat pada hatinya dan diperoleh perbedaan antara muka yang
cantik dan tumbuh-tumbuhan yang bagus, kain-kain yang berlukisan dan loteng-
loteng yang berkeemasan, lalu pandangannya itu, pandangan nafsu- syahwat, maka
itu haram. Dan ini termasuk diantara hal-hal yang diper- mudah-mudahkan oleh
manusia. Dan yang demikian, menghelakan mereka kepada kebinasaan, sedang
mereka sendiri tiada mengetahuinya. Setengah ulama tabi'in berkata: "Tiada
yang lebih aku takuti dari binatang buas, atas pemuda yang banyak ibadahnya,
dari anak muda belia yang duduk dekat pemuda itu".
Sufyan berkata: "Jikalau seorang laki-laki bermain-mam
dengan anak muda-belia, diantara dua anak jari kakinya, dengan maksud memenuhi
nafsu-syahwat, maka itu adalah liwath (homosek)
1158
|
Dari setengah ulama terdahulu (ulama salaf), ada yang
mengatakan, bahwa akan ada pada ummat ini tiga jenis orang homosek: sejenis
memandang, sejenis berpegang-tangan dan sejenis berbuat. Jadi, bahaya
memandang kepada anak-anak muda itu besar. Maka manakala murid itu lemah
daripada memicingkan matanya dan mengendalikan pikirannya, maka yang betul
baginya, ialah: menghancurkan nafsu-syah- watnya dengan kawin. Banyak nafsu
yang tidak tenteram keinginannya dengan lapar.
Setengah mereka berkata: "Telah keras nafsu-syahwatku
pada permulaan kehendakku, dengan apa yang aku tidak sanggupi. Lalu aku
perbanyak- kan memekik mengadu kepada Allah Ta'ala. Maka aku bermimpi dalam
tidurku melihat seseorang. Orang itu bertanya: "Apa kabar?". Maka aku
mengadu kepadanya. Lalu ia berkata: "Maju kemari kehadapanku!". Lalu
aku datang kepadanya. Maka ia meletakkan tangannya atas dadaku. Aku memperoleh
dinginnya pada hatiku dan seluruh tubuhku. Maka waktu pagi-pagi aku merasa,
telah hilang apa yang ada padaku. Dan aku tinggal sehat wal-afiat selama
setahun. Kemudian, orang itu kembali lagi kepadaku seperti demikian. Maka aku
perbanyak meminta tolong kepada Allah Ta'ala. Lalu datanglah seseorang kepadaku
dalam' tidur. Ia bertanya kepadaku: "Sukakah kamu hilang apa yang kamu
peroleh itu dan aku memukul lehermu?". Aku menjawab: "Ya!". Lalu
orang itu berkata: "Panjangkan lehermu!". Lalu aku panjangkan. Maka
dicabutnya pe- dang dari nur (cahaya). Lalu dipukulnya leherku. Maka aku merasa
pada paginya, telah hilang apa yang ada padaku. Dan tinggallah aku sehat-
wal'afiat selama setahun. Kemudian, orang itu datang lagi kepadaku seperti
demikian atau lebih keras dari itu. Aku melihat, seolah-olah orang itu antara
lembungku dan dadaku berbicara dengan aku. Dan berkata: "Kasihan! Berapa
kali kamu sudah bermohon pada Allah Ta'ala *supaya dihilangkan apa yang tidak
disukai untuk dihilangkan". Lalu orang tersebut berkata: "Maka aku
kawin. Lalu hilanglah yang demikian daripadaku dan aku memperoleh anak".
Manakala murid itu berhajat kawin, maka tiada selayaknyalah
ia meninggalkan syarat kemauan pada permulaan kawin dan kekalnya perkawinan.
Adapun pada permulaan kawin, maka dengan niat yang baik. Dan pada kekalnya
perkawinan itu,. dengan baiknya akhlak, betulnya jalan hidup dan menegakkan
segala hak kewajiban, sebagaimana telah kami uraikan semuanya pada "Kitab
Adab Perkawinan". Maka tidak kami perpanjang- kan mengulanginya.
Tanda benar kemauan, ialah ia kawini wanita miskin yang
beragama. Ia tidak mencari wanita yang kaya.
Setengah mereka berkata: "Siapa yang kawin dengan wanita
kaya, niscaya adalah baginya dari wanita itu, lima perkara, Yaitu: mahalnya
mas kawin, melambat-lambatkan peresmian perkawinan, hilangnya layanan is-
1159
|
teri (kurang) dan banyaknya perbelanjaan. Dan apabila ia mau
mencerai- kannya, niscaya ia tidak sanggup, karena takut hilang hartanya. Dan
wanita yang miskin adalah sebaliknya.
Setengah mereka berkata: "Selayaknyalah wanita itu,
kurang dari laki-laki dalam empat hai. Kalau tidak, niscaya wanita itu akan
menghina laki- laki. Yaitu: tentang umur, tinggi badan, harta dan keturunan.
Dan hendaklah wanita itu diatas laki-laki dalam empat hai, yaitu: tentang
cantik, adab sopan, warn' dan akhlak. Dan tanda benarnya kemauan untuk ke-
kalnya perkawinan, ialah: akhlak.
Sebahagian murid dari orang-orang shufi itu kawin dengan
seorang wanita. Lalu selalulah murid itu (suami wanita tadi) melayani
isterinya. Sehingga wanita itu merasa malu. Dan mengadukan yang demikian
kepada ayahnya. Wanita itu berkata: "Aku heran tentang laki-laki ini. Aku
ber- ada dirumahnya semenjak beberapa tahun yang lalu. Tiada pernah seka-
li-kali aku pergi kekakus (w.e,), melainkan ia sudah mendahului aku membawa air
kekakus".
Sebahagian mereka kawin dengan seorang wanita yang cantik. Sewaktu
telah mendekati hari pengantenannya, wanita tersebut diserang penyakit cacar.
Maka sangatlah berduka-cita keluarga wanita itu karena yang demikian. Karena
takut laki-laki itu akan memandang keji kepada calon isterinya. Lalu laki-laki
tersebut memperlihatkan kepada keluarga calon isterinya, bahwa ia telah
diserang oleh penyakit mata. Kemudian, ia memperlihatkan kepada mereka, bahwa
penglihatannya sudah hilang. Sehingga wanita itu dilaksanakan pengantenannya
dengan laki-laki tersebut. Maka hilanglah kegundahan hati kaum keluarganya.
Wanita tersebut te- tap bersama suaminya (laki-laki) itu, selama duapuluh
tahun. Kemudian wanita tadi meninggal. Maka pada ketika itulah, laki-laki itu
membuka kedua matanya. Lalu orang bertanya kepadanya tentang yang demikian.
Maka ia menjawab: "Aku sengaja berbuat demikian, demi kaum keluarganya,
sehingga mereka itu tidak berduka-cita". Lalu orang mengatakan kepadanya:
"Engkau telah mendahului saudara-saudaramu dengan akhlak ini".
Sebahagian orang shufi itu kawin dengan seorang wanita yang
buruk akhlaknya. Maka ia bersabar atas akhlak wanita itu. Lalu orang bertanya
kepadanya: "Mengapa tidak engkau ceraikan saja?". Orang shufi tadi
menjawab: "Aku takut nanti ia dikawini oleh orang yang tidak sabar atas
sikapnya. Lalu ia sakiti wanita itu".
Maka kalau murid itu kawin, maka beginilah seyogianya ia
berada. Dan kalau sanggup ia meninggalkan perkawinan, maka adalah lebih utama,
apabila tidak mungkin ia mengumpulkan antara keutamaan kawin dan menempuh jalan
ke akhirat. Dan ia tahu bahwa yang demikian menyi- bukkannya dari hal-ihwalnya.
Sebagaimana diriwayatkan, bahwa Muhammad bin Sulaiman Al-Hasyimi memiliki hasil
dunia sebanyak de-
1160
|
tapan puluh nbu dirham setiap hari. Lalu ia menulis surat
kepada pendu- duk dan ulama Basrah tentang seorang wanita yang akan
dikawininya. Maka sepakatlah mereka semua pada Rabi'ah Al-'Adawiah r.a. Lalu
Muhammad bin Sulaiman itu menulis surat kepada Rabi'ah, sebagai berikut:
Bismi'Uaahi'rrahmaani'rrahiim.
"Ammaa ba'du, sesungguhnya Allah Ta'ala telah
menganugerahkan menjadi milikku dari hasil dunia sebanyak delapan puluh ribu
dirham setiap hari. Dan tidak akan lalu beberapa hari dan malam lagi, sehingga
sem- purnalah seratus ribu dirham. Dan aku jadikan bagi engkau seperti itu.
Maka perkenankanlah permintaanku". Maka dibalas oleh Rabi'ah kepadanya,
sebagai berikut:-
Bismi'Uaahi'rrahmaani'rrahiim.
"Ammaa ba'du, sesungguhnya zuhud didunia itu
menyenangkan hati dan badan. Dan gemar pada dunia mempusakai rusuh hati dan
duka-cita. Maka apabila sampai suratku ini kepadamu, maka sediakanlah perbekal-
anmu dan kemukakanlah untuk akhiratmu! Hendaklah engkau itu mene- rima wasiat
bagi dirimu dan janganlah engkau jadikan laki-laki lain yang menerima wasiatmu!
Lalu mereka nanti akan membagi-bagikan pusakamu.
Puasalah sepanjang masa! Dan hendaklah pembukaan puasamu itu
mad! Adapun aku, jikalau sekiranya dianugerahkan oleh Allah Ta'ala kepadaku,
seperti yang dianugerahkanNya kepadamu dan berlipat-ganda lagi, maka tidaklah
menyenangkan aku untuk lengah daripada mengingati Allah, walau sekejap mata
sekalipun".-
Ini suatu isyarat, bahwa setiap yang mengganggu daripada
mengingati Allah Ta'ala, maka itu adalah kekurangan, Maka hendaklah murid itu
memandang kepada keadaannya dan hatinya. Jikalau diperolehnya ketenangan hati
pada tidak kawin, maka itu lebih mendekati kepada su- luknya (didalam
peribadatannya). Dan jikalau ia Iemah daripada yang demikian, maka kawin adalah
lebih utama baginya. Obat penyakit ini tiga perkara: lapar, memincingkan mata
dan bekerja dengan pekerjaan yang menguasai hati. Jikalau tiga perkara ini
tidak bermanfa'at, maka perkawinanlah saja yang akan mencabut maddahnya
(materinya). Dan karena inilah, para ulama terdahulu (ulama salaf) ber- segera
kawin dan mengawinkan puteri-puterinya. Sa'id bin Al-Musayyab berkata:
"Iblis itu tiada berputus asa dari seorang pun. Ia akan menda- tanginya
dari pihak kaum wanita".
Sa'id tadi berkata pula, sedang ia waktu itu berusia
delapanpuluh empat
1161
|
tahun dan telah hilang salah satu dari kedua matanya. Dan ia
melihat waktu maiam, dengan matanya yang satu itu. Katanya: "Tiada yang
lebih aku takuti, selain kaum wanita".
Dari Abdullah bin Abi Wida'ah, yang berkata: "Aku
duduk-duduk dengan Sa'id bin Al-Musayyab. Lalu ia tiada bertemu dengan aku
beberapa hari lamanya. Tatkala aku mendatanginya, maka ia bertanya:
"Dimana engkau dalam beberapa hari ini?". Aku menjawab:
"Isteriku meninggal. Lalu aku sibuk mengurusnya. Maka ia bertanya: "Mengapa
tidak engkau beri kabar kepada kami, supaya dapat kami menghadiri
jariazahnya?". Abdullah bin Abi Wida'ah meneruskan ceriteranya:
"Kemudian, aku ingin berdiri dari duduk, lalu Sa'id bin Al-Musayyab
bertanya: "Adakah engkau bicarakan wanita lain?". Maka aku menjawab:
"Kiranya Allah mencurahkan rahmatNya kepada engkau! Siapakah kiranya yang
akan mengawinkan aku, sedang aku tiada mempunyai uang, selain dua atau tiga
dirham?" Lalu Sa'id bin Al-Musayyab menjawab: "Aku!". Maka aku
menyambung: "Sanggup engkau laksanakan?". Ia menjawab. "Ya,
sanggup!".
Lalu ia memuji Allah Ta'ala dan berselawat kepada Nabi صلى الله عليه وسلم . Dan di- kawinkannya
aku dengan uang dua atau tiga dirham saja". Abdullah bin Abi Wida'ah
meneruskan ceriteranya. "Lalu aku bangun berdiri. Dan aku tidak tahu apa
yang akan aku perbuat, lantaran gembira. Maka aku menuju kerumahku. Dan aku
berpikir, dari siapa aku mengambil dan pada siapa aku berhutang. Lalu aku
bershalat Maghrib. Dan aku kembali kerumahku dan aku pasang lampu. Dan tadi aku
berpuasa. Lalu aku makan makanan malam untuk berbuka. Makanan itu hanyalah roti
dan minyak zaitun. Tiba-tiba pintu rumahku diketok orang. Lalu aku bertanya:
"Siapa itu?"; Ia menjawab: "Sa'id!".
Abdullah bin Abi Wida'ah meneruskan ceriteranya: "Lalu
aku terpikir pada setiap orang yang namanya Sa'id, selain Sa'id bin
Al-Musayyab. Se- babnya, orang tiada melihatnya selama empatpuluh tahun, selain
dia diantara rumahnya dan masjid".
Abdullah bin Abi Wida'ah meneruskan ceriteranya: "Lalu
aku keluar menemui tamu tersebut. Tiba-tiba benarlah kiranya Sa'id bin Al-Musayyab.
Lalu aku menyangka, telah ada pikiran dan pendapat baginya. Lalu aku berkata:
"Hai Aba Muhammad! Jikalau engkau mengirim surat kepadaku, niscaya aku
datang kepada engkau". Sa'id bin Al-Musayyab menjawab: "Tidak! Engkau
lebih berhak untuk didatangi". Lalu aku menjawab: "Apa yang engkau
perintahkan?".
Sa'id bin Al-Musayyab menjawab: "Engkau adalah laki-laki
yang tidak beristeri. Maka engkau kawin. Aku tiada suka engkau tidur malam sen-
dirian. Inilah perempuanmu!".
Tiba-tiba perempuan itu berdiri dibelakang Sa'id, setinggi
dia. Kemudian dipegangnya tangannya, lalu didorongnya kepintu dan ditutupnya
pintu.
1162
|
Lalu wanita itu jatuh karena malu. Lalu ia berpegang pada
pintu. Kemudian aku datang kepiring besar, yang didalamnya roti dan minyak
zaitun. Lalu aku letakkan piring tersebut pada bayang-bayang lampu, supaya ia
tiada melihatnya. Kemudian aku naik kebahagian atas rumah, lalu aku lemparkan
tetangga dengan batu-batu kecil. Maka tetangga itu datang kepadaku. Mereka itu
bertanya: "Apa kabar?". Lalu aku menjawab: "Wahai
saudara-saudara! Sa'id bin Al-Musayyab telah mengawinkan aku dengan puterinya
pada hari ini. Dia sudah datang membawa puterinya dengan diam-diam kemari malam
ini". Lalu mereka itu bertanya: "Sa'id mengawinkan engkau?". Aku
menjawab: "Ya!".
Mereka bertanya lagi: "Wanita itu sekarang
dikamar?". "Ya!" - jawabku.
Lalu mereka turun dari bagian atas ketempat wanita itu.
Kejadian ini sampai kepada ibuku. Maka beliau datang dan berkata: "Mukaku
haram memandang mukamu, jikalau engkau menyintuhnya, sebelum aku memperbaikinya
sampai tiga hari".
Abdullah bin Abi Wida'ah meneruskan ceriteranya: "Maka
aku tinggal sendirian tiga hari. Kemudian baru aku bersebuh dengan dia. Rupanya
dia termasuk wanita yang tercantik, manusia yang terpandai menghafal Kitab
Allah Ta'ala (Al-Qur-an), yang terbanyak pengetahuannya tentang Sunnah
Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم . dan yang paling
mengetahui tentang hak suami".
Abdullah bin Abi Wida'ah meneruskan ceriteranya: "Maka
aku berdiam sebulan, Sa'id tidak datang kepadaku dan aku tidak datang
kepadanya. Maka sesudah sebulan, baru aku datang kepadanya. Dan ia berada di-
pondoknya (halqahnya). Lalu aku memberi salam kepadanya. Ia menjawab salamku
dan tidak berkata-kata dengan aku, sampai orang banyak pergi dari majelisnya.
Lalu ia bertanya: "Apa kabar manusia itu?". Aku menjawab: "Baik,
wahai Aba Muhammad, menurut yang disukai teman dan dibenci musuh".
Lalu Sa'id bin Al-Musayyab menyambung: "Jikalau
meragukan engkau sesuatu dari manusia itu, ambillah tongkat!".
Maka aku kembali kerumahku. Lalu Sa'id memberikan kepadaku
duapu- Iuh ribu dirham".
Abdullah bin Sulaiman (salah seorang perawi kissah ini)
berkata: "Adalah puteri Sa'id bin Al-Musayyab ini telah dipinang oleh
khalifah Abdul- malik bin Marwan untuk puteranya Al-Walid ketika dilantik
menjadi pu- tera-mahkdta. Sa'id enggan mengawinkannya dengan Al-Walid. Dan selalu
Abdulmalik mencari jalan pada Sa'id, sampai dipukulnya Sa'id seratus kali
dengan cambuk pada suatu hari yang dingin. Dan dituangkannya seember air
kebadan Sa'id. Dan diselimutinya Sa'id dengan baju jubah bulu".
1163
|
Bersegeranya Sa'id mengawinkan puterinya pada malam itu,
memberikan pengertian kepada kita akan bahayanya nafsu-syahwat. Dan harus
berse- gera - menurut agama - memadamkan apinya dengan kawin. Allah Ta'ala
meridlai dan mencurahkan rahmatNya kepada Sa'id bin Al- Musayyab!
PENJELASAN: keutamaan orang yang menentang nafsu syahwat
kema-
Ketahuilah, bahwa nafsu-syahwat ini adalah yang paling
mengerasi pada manusia dan yang paling mendurhakai akal-pikiran ketika ia
berkobar. Kecuali, yang dikehendakinya itu keji. Orang malu daripadanya dan takut
mengerjakannya. Dan tidak maunya kebanyakan manusia daripada yang dikehendaki
oleh nafsu-syahwat itu, adakalanya karena lemah atau karena takut atau karena
malu atau karena menjaga jasmaniahnya. Dan tidak ada pada suatu pun dari yang
demikian itu, pahala. Karena yang demikian itu mengutamakan sesuatu bahagian
dari bahagian-bahagian nafsu, terhadap bahagian lainnya. Benar, termasuk
sebagian dari penjagaan, bahwa ia tidak mampu mengerjakan sesuatu yang
menyalahi. Maka pada pencegahan-pencegahan ini, ada faedahnya. Yaitu: tertolak-
nya dosa. Maka orang yang meninggalkan zina, niscaya tertolakiah daripadanya
dosanya, dengan sebab apa pun adanya ia meninggalkan zina itu.
Sesungguhnya keutamaan dan banyaknya pahala pada meninggalkan
zina itu, karena takut kepada Allah Ta'ala, serta mampu dan menghilangkan
halangan-halangan serta mudahnya sebab-sebab untuk zina itu. Apalagi ketika
nafsu-syahwat itu sudah benar-benar.
Inilah tingkat orang-orang siddiq. Karena itulah Nabi صلى الله عليه وسلم . bersabda:
(Man 'asyiqa fa'affa fa katama fa maata fa huwa syahiid).
Artinya: "Siapa yang sudah rindu sekali, lalu menjaga diri serta menyembunyikan,
lalu ia meninggal, maka orang itu syahid". (1). Nabi صلى الله عليه وسلم . bersabda: "Tujuh orang akan
dilindungi oleh Allah pada hari kiamat pada naungan 'ArasyNya, pada hari yang
tak ada naungan, selain naungannya". Dan terhitung dari orang tujuh
tersebut, laki-laki yang dipanggil oleh seorang wanita cantik dan bangsawan,
kepada dirinya. Lalu laki-laki tadi menjawab: "Aku takut kepada Allah
Tuhan semesta alam". (2).
(1).
|
Dirawikan AI-Hakim dari Ibnu Abbas.
|
(2).
|
Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah. Dan
hadits ini telah diterangkan
|
1164
|
luan dan rnata.
dahulu.
1164
Kissah Nabi Yusuf a.s. dan tidak maunya dengan Zalikha, serta
mampu dan sukanya Zalikha itu terkenal. Dan Allah Ta'ala memuji Yusuf a.s. dengan
demikian dalam Kitab SuciNya. Dan Yusuf itu pemuka (imam) bagi setiap orang
yang mendapat taufik untuk berjuang melawan setan pada nafsu-syahwat yang
besar ini.
Diriwayatkan, bahwa Sulaiman bin Yassar, adalah termasuk
manusia yang tercantik wajahnya. Lalu masuklah seorang wanita ketempatnya.
Wanita itu menanyakanSulaiman akan nafsunya. Sulaiman tidak mau kepada perempuan
itu dan keluar, lari dari tempatnya. Dan ditinggalkannya wanita itu disitu.
Sulaiman berkata: "Maka pada malam itu aku bermimpi berte- mu dengan Yusuf
a.s. Seakan-akan aku berkata kepadanya: "Engkau Yusuf?".
Orang itu menjawab: "Ya, saya Yusuf yang suka (hamamtu)
dan engkau
Sulaiman yang tidak suka".
Ia mengisyaratkan kepada firman Allah Ta'ala:-
(Yi-Suifi&jffiyteifa j+c&^j
(Wa laqad hammat bihii wa hamma bihaa, laulaa an ra-aa
burhaana rab- bih).
Artinya: "Dan perempuan itu memang suka kepadanya. Dan
dia suka pula kepada perempuan itu, kalau dia tidak melihat keterangan dari
Tuhannya". - S. Yusuf, ayat 24.
Dari Sulaiman juga, yang lebih ajaib dari ini lagi. Yaitu:
Sulaiman itu keluar dari Madinah untuk naik haji. Dan bersamanya seorang
teman. Sehingga keduanya sarnpailah di Abwa\ Lalu temannya bangun berdiri dan
mengambil alas meja dan pergi ke pasar untuk membeli sesuatu. Dan Su-
"^timan duduk dalam kemah. Sulaiman itu termasuk orang yang paling cantik
mukanya dan paling wara'. Lalu ia dilihat oleh seorang wanita desa dari puncak
bukit. Wanita itu lalu turun,' datang kepada Sulaiman dan berdiri dihadapannya.
Wanita itu memakai kain tudung muka dan dua sa- rung tangan. Lalu dibukanya
mukanya, seakan-akan mukanya itu bulan purnama. Dan wanita itu berkata:
"Berilah aku kepuasaan!". Sulaiman menyangka, bahwa wanita itu
menghendaki makanan. Lalu ia bangun berdiri mengambil makanan diatas alas meja,
untuk diberikannya kepada wanita tersebut. Wanita itu menjawab: "Aku tidak
bermaksud kepada ini. Aku bermaksud, apa yang dari laki-laki kepada
isterinya". Lalu Sulaiman menjawab: "Rupanya Iblis menyediakan engkau
kepadaku".
Kemudian, Sulaiman meletakkan kepalanya diatara dua lututnya
dan terus menangis dengan suara keras. Ia menangis terus menerus, tiada
berhenti. Maka sewaktu wanita tadi melihat demikian, lalu menurunkan kain tu-
1165
|
dung muka ke atas mukanya dan terus pergi kembali. Sehingga
sampailah ia kepada keiuarganya.
Teman Sulaiman pun datang. Lalu ia melihat Sulaiman, kedua
matanya sudah bengkak, lantaran menangis dan suaranya sudah -putus-putus. Lalu
bertanya: "Apakah yang membuat engkau menangis?". Sulaiman menjawab:
"Baik! Aku teringat kepada anak kecilku". Teman itu menyambung:
"Tidak, demi Allah! Kecuali engkau mempunyai kissah sendiri. Masa engkau
berpisah dengan anak kecil engkau, baru semenjak tiga hari atau kira-kira
demikian".
Teman itu terus bertanya, sehingga Sulaiman menceriterakan
kepadanya berita tentang wanita desa itu. Lalu temannya itu meletakkan alas
meja dan terus menangis dengan suaia keras. Lalu Sulaiman bertanya: "Apakah
yang membawa engkau kepada menangis?".
Teman itu menjawab: "Aku lebih berhak menangis dibandingkan
dengan engkau. Karena aku takut, sekiranya aku berada pada tempat engkau, niscaya
aku tidak akan sabar terhadap wanita itu".
Maka senantiasalah kedua menangis. Tatkala, Sulaiman sudah
sampai di Mak- kah, lalu ia mengerjakan sa'i dan thawaf. Kemudian ia datang ke
Hajaras- wad, Lalu duduk dengan membelitkan kain dari pinggang kelutut (duduk
ihtiba'). Matanya meminta tidur, lalu ia tertidur. Maka ia bermimpi, seorang
laki-laki yang cantik parasnya tinggi semampai, mempunyai pemba- waan bagus dan
bau yang harum. Sulaiman lalu bertanya kepada laki-laki tersebut: "Kiranya
Allah mencurahkan rahmat kepada engkau. Siapakah engkau ini?".
Laki-laki itu menjawab: "Aku Yusuf!".
Sulaiman bertanya lagi: "Yusuf Siddik (yang selalu
benar)?".
Orang itu menjawab: "Ya!".
Lalu Sulaiman menyambung: "Keadaan engkau dengan wanita
yang mulia itu, sungguh mena'jubkan".
Maka Yusuf ri^enjawab: "Keadaan engkau dengan wanita
Abwa' itu lebih mena'jubkan lagi".
Diriwayatkan dari Abudullah bin Umar, yang mengatakan:
"Aku mendengar Rasulu'llah صلى الله عليه وسلم .
bersabda: "Tiga orang dari orang-orang sebelum kamu pergi berjalan,
sehingga datanglah malam, lalu mereka bermalam disuatu gua. Maka mereka masuk
ke gua itu. Lalu jatuhlah sebuah batu besar dari bukit. Maka menutup pintu gua.
Mereka itu berkata sesama- nya: "Sesungguhnya tiada yang melepaskan kita
dari batu besar ini, selain kita berdo'a kepada Allah Ta'ala dengan amal shalih
(amal yang baik). Lalu seorang dari mereka bertiga itu berdo'a: "Wahai
Allah Tuhanku! Sesungguhnya Engkau mengetahui, bahwa aku mempunyai ibu-bapa
yang sudah tua dan lanjut usianya. Aku tiada memberi minuman kepada anak
isteriku dan budak hartaku, sebelum keduanya. Pada suatu hari aku pergi jauh
tempat menggeinbala ternak. Maka aku tiada sampai kepada ibu-bapaku
1166
|
pada sore hari. Sehingga keduanya sudah tidur. Lalu aku
sediakan minuman malam untuk keduanya. Maka aku dapati keduanya masih tidur.
Aku tiada senang, memberi minuman anak-isteriku dan budak hartaku sebelum
keduanya (ibu-bapaku). Maka terus aku menunggu sampai keduanya bangun, sedang
gelas minuman itu dalam tanganku, sampai terbit fa- jar. Anak-anakku yang
kecil-kecil memekik-mekik menangis karena lapar keliling tapakku. Maka
bangunlah keduanya, lalu meminum muumannya. Wahai Allah Tuhanku! Jikalau adalah
aku berbuat demikian, karena mencari keredlaan Engkau, maka renggangkanlah
kami dari batu besar ini yang sedang kami alami sekarang!". Lalu batu
besar itu renggang sedikit, dimana mereka belum sanggup keluar daripadanya.
Yang lain berdo'a pula: "Wahai Allah, Tuhanku! Sesungguhnya Engkau
mengetahui bahwa aku mempunyai anak perempuan pamanku, yang sangat aku cintai.
Lalu aku bujuk dia. Tetapi ia tidak mau kepadaku. Sehingga aku menderita
setahun lamanya. Lalu ia datang kepadaku, maka aku berikan kepadanya uang
seratus duapuluh dinar, asal ia menyerahkan dirinya kepadaku. Maka ia perbuat
demikian, sehingga tatkala aku telah berkuasa terhadap dirinya, lalu ia
berkata: "Takutlah kepada Allah! Jangan engkau membawa cincin, kecuali
dengan yang sebenarnya (ikatan perkawinan)!". Lalu aku menjauhkan diriku
daripada bersetubuh dengan dia. Aku berpaling daripadanya, sedang dia adalah
manusia yang paling aku cintai. Aku tinggalkan emas yang aku berikan kepadanya.
Wahai Allah, Tuhanku! Jikalau aku telah berbuat itu, karena mengharap
keredlaan- Mu, maka lapangkanlah dari kami, apa yang kami alami
sekarang!". Maka rengganglah batu besar itu dari mereka, tetapi mereka
belum sanggup keluar daripadanya.
Yang ketiga berdo'a pula: "Wahai Allah, Tuhanku!
Sesungguhnya aku irotemakai tenaga beberapa orang karyawan. Aku berikan kepada
mereka upahnya, selain seorang saja. Ia meninggalkan upah yang menjadi milik-
nya dan terus pergi. Maka bertambah-tambahlah upahnya itu, sehingga menjadi
harta yang banyak. Sesudah beberapa lama kemudian, ia pun datang kepadaku,
lalu ia berkata: "Hai hamba Allah! Beriiah kepadaku u- pahku!". Lalu
aku menjawab: "Semua yang engkau lihatdari upahmu itu, unta, sapi, kambing
dan budak". Orang itu lalu menjawab: "Hai hamba Allah! Apakah engkau
bermain-main dengan aku?". Lalu aku jawab: "Aku tidak
mempermain-mainkan engkau, ambillah!". Lalu dihalaunya dan diambilnya
semuanya. Tidak ditinggalkannya sedikit pun. Wahai Allah, Tuhanku! Jikalau aku
berbuat demikian karena mencari keredlaanMu maka renggangkanlah dari kami, apa
yang kami alami sekarang ini!". Maka rengganglah batu besar itu, lalu
mereka keluar dan pergi". (1). Maka ini, adalah kelebihan dari kemampuan
penunaian nafsu-syahwat.
(1). Dirawikan Ai-Bukhari dalam kitab
"Shahih"nya.
|
1167
|
Lalu ia menjaga diri daripadanya. Dan lebih dekat dari
padanya, kemam- puan penunaian nafsu-syahwat mata. Sesungguhnya mata itu
permulaan zina. Maka menjaganya penting dan itu sukar, dimana kadang-kadang di-
pandang mudah dan tidak besar ketakutan daripadanya. Pada hai semua bahaya,
terjadi daripadanya. Dan pandangan pertama, apabila tidak dise- ngaja, maka
tidak berdosa. Mengulang kembali melihatnya itu yang disik- sa (berdosa). Nabi صلى الله عليه وسلم . bersabda:
"Bagimu yang pertama dan atasmu (tanggung jawabmu) yang kedua" (1).
Artinya: pandangan pertama dan kedua.
Al-'Ala' bin Ziyad berkata: "Janganlah engkau ikutkan
penglih'atanmu kepada selendang wanita! Sesungguhnya pandangan itu menanamkan
nafsu- syahwat dalam hati".
Sedikitlah manusia itu terlepas dalam pulang-perginya, dari
jatuhnya pandangan kepada kaum wanita dan kanak-kanak muda-belia. Manakala
terkhayal kepadanya kecantikan, niscaya tabiat (instink) yang menghert- daki
pengulangan kembali melihatnya. Dan selayaknyalah pada ketika itu, ia
menetapkan pada dirinya, bahwa pengulangan melihat itu adalah kebo- dohan
sejati. Karena jikalau ia meneguhkan betul pandangan itu, lalu ia memandang
baik, niscaya berkobarlah nafsu-syahwat. Dan ia lemah sampai kepada yang
dimaksud. Maka tiada hasilnya baginya, kecuali keluhan.
Jikalau ia memandang buruk, niscaya ia tiada memperoleh
kelazatan. Dan ia merasa kepedihan. Karena ia bermaksud kelazatan, maka
diperbuatnya apa yang dirasakan kepedihannya. Lalu dalam dua hai tersebut, ia
tiada terlepas dari maksiat, dari kepedihan dan kekeluhan. Manakala
dipeliharanya mata dengan jalan tersebut, niscaya tertolaklah banyak bahaya
dari hatinya. Jikalau matanya bersalah dan ia memelihara kemaluannya dengan
ketetapan hati, maka yang demikian mengajak kekuatan yang dituju dan taufik
yang penghabisan. Diriwayatkan dari Abubakar bin Abdullah Al-Mazani, bahwa
seorang tu^ kang potong tertarik kepada seorang budak perempuan, kepunyaan sebahagian
tetangganya. Lalu oleh keluarganya, budak itu diutus untuk suatu keperluan mereka,
pada desa lain, Maka tukang potong tadi mengikuti budak itu dan mencoba
membujuknya untuk berbuat jahat. Lalu budak wanita itu berkata kepadanya:
"Jangan engkau berbuat demikian! Sesungguhnya aku sangat mencintai
engkau, dibandingkan dengan engkau kepadaku. Akan tetapi, aku takut kepada
Allah".
Lalu tukang potong itu menjawab: "Jadi, engkau takut
kepadaNya dan aku tiada takut kepadaNya!".
Lalu Abubakar bin Abdullah itu meneruskan riwayatnya:
"Maka tukang potong itu pun kembali ketempatnya dan bertaubat. Lalu ia
ditimpa keha-
(1). Dirawikan Abu Daud dan At-Tirmidzi dari hadits
Buraidah.
|
1168
|
usan, sehingga hampir ia binasa. Tiba-tiba ia bersama seorang
utusan dari sebahagian nabi Bani Israil. Lalu utusan itu bertanya, seraya
berkata: "A- pakah yang engkau deritai?". Tukang potong itu menjawab:
"Haus!". Maka utusan itu berkata: "Mari kita berdo'a pada Allah,
kiranya dilin- dungi kita oleh awan, sehingga kita masuk kedesa". Tukang
potong itu menjawab: "Tiada bagiku amal saleh, untuk aku berdo'a. Berdo'alah
engkau saja!".
Utusan itu menyahut: "Aku yang berdo'a dan engkau
mengaminkan do'a- ku". Maka utusan itu berdo'a dan tukang potong itu
mengaminkan. Lalu keduanya dilindungi oleh awan, sehingga keduanya sampai
didesa. Kemudian, tukang potong itu kembali ketempatnya. Lalu awan itu condong
kepadanya. Maka utusan tadi berkata kepadanya: "Engkau menda'wakan, bahwa
engkau tiada mempunyai amal saleh. Aku yang berdo'a dan engkau yang
mengaminkan. Lalu kita dilindungi oleh awan. Kemudian, awan itu mengikuti
engkau. Hendaknya, engkau ceriterakan kepadaku keadaan engkau".
Tukang potong itu lalu menceriterakannya. Maka utusan itu
berkata: "Sesungguhnya orang yang bertobat itu, pada sisi Allah Ta'ala
disuatu tempat, yang tiada seorang pun dari manusia ditempatnya". Dari
Ahmad bin Sa'id Al-'Abid, dari ayahnya, yang mengatakan: "Pada kami di
Kufah, ada seorang pemuda yang banyak beribadah, yang selalu dimasjid jami'
(1).
Hampir tidak pernah ia berpisah dengan masjid itu. Ia
mempunyai wajah cantik, bagus bentuknya, baik kelakuannya. Lalu seorang wanita
cantik dan berakal memandang kepadanya. Maka wanita itupun amat tertarik
kepadanya. Dan lamanya yang demikian itu bagi wanita tersebut. Maka pada suatu
hari, wanita itu berdiri di jalan. Dan pemuda itu bermaksud kemasjid. Lalu ia
menegur. "Hai pemuda! Dengarlah daripadaku beberapa kalimat, yang akan
kukatakan kepada engkau! Kemudian, berbu- atlah apa yang engkau
kehendaki!"
Pemuda tadi terus berjalan dan tiada berkata-kata dengan
wanita tersebut. Sesudah itu, wanita tadi berdiri pula dijalan, yang dilalui
pemuda tersebut. Dan pemuda itu bermaksud pulang kerumahnya. Wanita itu
menegur lagi: "Wahai pemuda! Dengarlah beberapa kalimat daripadaku yang
akan aku katakan kepadamu!".
Pemuda tersebut menundukkan kepalanya sebentar, seraya
berkata: "Ini tempat perhentian kecurigaan. Aku tidak suka, bahwa aku
adalah tempat kecuriagaan".
Wanita itu menjawab: "Demi Allah! Aku tidak berhenti
pada tempat per- hentianku ini, lantaran kebodohanku dengan keadaanmu. Tetapi
dengan berlindung kapada Allah, hendaknya orang-orang 'abid itu menjernihkan
(1). Masjid Jami', ialah: masjid yang ada diadakan shalat
jum'at. Kalau tidak diadakan shalat jum'at, maka dinamakan masjid saja atau
musholla.
|
1169
|
hai yang seperti ini daripadaku. Dan yang memba\va aku untuk
berjumpa dengan engkau, dalam keadaan yang seperti ini dengan diriku sendiri,
karena aku tahu, bahwa yang sedikit dari ini, pada manusia itu banyak. Engkau
hai para abid, adalah seperti botol (keranjang sampah), hai yang paling kecil
pun, akan diejek orang. Kesiropulan yang akan kukatakan ke- padamu, ialah bahwa
anggota badanku seluruhnya sibuk dengan engkau. - Allah-Allah, tentang urusanku
dan urusanmu". Ahmad bin Sa'id meneruskan ceriteranya: "Maka pemuda
tersebut terus pulang kerumahnya. Ia bermaksud mengerjakan shalat. Lalu
pikirannya terganggu, bagaimana ia mengerjakan shalat itu. Lalu diambilnya
sehelai kertas dan ditulisnya sepucuk surat. Kemudian ia keluar dari rumahnya.
Tiba-tiba wanita itu berdiri ditempat yang sudah-sudah. Lalu dicampak- kannya
surat itu kepada wanita tadi. Dan ia terus kembali kerumahnya. Surat itu,
bunyinya:-
BismillaahVrrahmaani'rrahiim
Ketahuilah, wahai wanita; bahwa Allah 'Azza wa Jalla, apabila
seorang hambaNya berbuat maksiat kepadaNya, niscaya Ia amat penyantun. Apabila
hamba itu kembali kepada perbuatan maksiat pada kali yang lain, niscaya Allah
menutupkan dosanya. Apabila hamba tersebut memakai bagi maksiat itu,
pakaian-pakaiannya, niscaya Allah Ta'ala marah kepadanya, suatu kemarahan,
dimana langit, bumi, gunung-gunung, pohon kayu dan hewan menjadi sempit
daripadanya. Siapakah yang sanggup menahan ke- marahanNya?
Kalau apa yang aku sebutkan itu batil, maka aku peringatkan
engkau akan hari, dimana langit pada hari itu seperti hancuran tembaga dan gunung-gunung
menjadi seperti bulu yang dicelup. Dan ummat-ummat itu duduk diatas lututnya
karena qudrahNya Tuhan Yang Mahaperkasa dan Mahaagung. Sesungguhnya aku, demi
Allah, sudah merasa lemah untuk memperbaiki diriku sendiri, maka betapa lagi
untuk memperbaiki orang lain.
Jikalau yang aku sebutkan itu benar, maka sesungguhnya aku
menunjukkan engkau, kepada tabib penunjuk jalan, yang mengobati luka-luka yang
menyakitkan dan sakit-sakit yang membakar. Yaitu: Allah Rabbul-ala- min. Maka
tujukanlah itu dengan benar persoalan. Sesungguhnya aku sibuk dari engkau
dengan firman Allah Ta'ala:-
1170
|
Artinya: "Peringatkanlah kepada mereka akan hari yang
sudah dekat . waktunya; ketika itu hati (menyesak sampai) kepada kerongkongan,
perih menahan hati. Orang-orang yang bersalah itu tiada mempunyai teman yang
setia dan penolong yang dipatuhi. (Tuhan) mengetahui kekhianatan mata dan apa
yang tersembunyi didalam hati". S. Al-Mu'min, ayat 18 19.
Kemanakah jalan lari dari ayat ini?".
Kemudian, sesudah beberapa hari sesudah itu, wanita itu
datang lagi. Lalu berdiri dijalan untuk bertemu dengan pemuda tersebut. Sewaktu
pemuda tadi melihat wanita itu dari jauh, lalu ia mau kembali kerumahnya.
Supaya ia tidak melihatnya.
Lalu wanita tersebut menegur: "Hai/pemuda! Jangan puMng
dnj-Jr Tidak ada lagi perjumpaan sesudah hari ini untuk^elama-lamany^, kecuali
besok dihadapan Allah Ta'ala".
Kemudian wanita itu menangis dengan keras sekaliseraya
berkata: "Aku bermohon kepada Allah, dimana didalam taiVganNya'anak kunci
hati engkau, kiranya IA memudahkan -apa yang sulit^dairi urusan engkau!".
Kemudian, wanita tadi mengikmti-p^mudaitu, seraya berkata: "Anugerah- ilah
kepadaku pelajaran, yan.g akan akubawa dari engkau! Wasiatkanlah kepadaku
sesuatu wasiat, yajig Eikan aku laksanakan wasiat itu!". Pemuda tadi lalu
menjawa'o: -'Aku wasiatkan engkau menjaga diri engkau, dari diri engkau
sendiiri., Dan aku ingatkan engkau akan firman Allah Ta'ala:-
huwal-Iadsii
yatawaffaakum bil-laili wa ya'lamu maa jarah-tum bin- nahaar).
Artinya: Dan Dialah yang mengambil jiwa kamu dimalam hari
(waktu tidur) ddn Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan diwaktu siang". -
S. / Al-An ami, ayat 60. AhmascL bin Sa'id meneruskan ceriteranya: "Wanita
itu lalu menundukkaq kei^alanya dan terus menangis dengankeras sekali, lebih
keras dari tangisan- - nya jyadg pertama tadi. Kemudian, ia sadar akan dirinya
dan terus mene- tap diriimahnya mengerjakan ibadah.
Terus-meneruslah wanita itu demikian, sehingga ia meninggal
dalam keadaan buta. Adalah pemuda tersebut menyebut-nyebutkan wanita tadi sesudah
meninggalnya. Kemudian ia menangis. Ada orang bertanya kepadanya:
"Mengapa engkau menangis? Bukankah engkau yang memutuskan asanya dari diri
engkau?".
Pemuda tersebut menjawab: "Sesungguhnya aku telah
menyembelihkau
1171
|
harapannya pada permulaan urusannya. Aku jadikan
perpindahannya wanita itu, simpanan bagiku disisi Allah Ta'ala. Maka aku malu
pada Allah untuk menarik kembali, simpanan yang sudah aku simpankan
padaNya". Tamatlah sudah "Kitab Menghancurkan Dua Nafsu-Syahwat"
dengan puji- an dan kemurahan Allah Ta'ala. Akan diiringi -insya Allah- oleh
"Kitab Bahaya Lidah",
Segala pujian bagi Allah pada awal dan pada akhir, pada zahir
dan pada batin. RahmatNya kepada penghulu kita Muhammad makhlukNya yang terbaik
dan kepada semua hamba pilihan dari penduduk bumi dan langit. Anugerahilah
kiranya ya Tuhan kesejahteraan yang banyak!
1172
|